![]() |
Ilustrasi: Seorang wisatawan saat berselancar di pantai Ekas Lombok Timur. (Foto: Istimewa/MP). |
MANDSLIKAPOST.com – Pantai Ekas di Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, NTB semakin mengukuhkan diri sebagai magnet bagi para peselancar internasional. Dikenal dengan keindahan alamnya yang autentik dan ombak yang konsisten menantang, pantai ini menjadi buruan para penggila selancar dari berbagai belahan dunia.
Namun, di balik pesonanya, muncul sorotan terkait tata kelola dan akses yang belum optimal, membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak.
Berlokasi strategis di sisi tenggara Pulau Lombok, Pantai Ekas menghadap langsung ke Samudra Hindia, menawarkan panorama laut yang memukau. Keberadaannya yang relatif terpencil justru menjadi daya tarik tersendiri, menjanjikan nuansa alami dan jauh dari hiruk pikuk destinasi wisata komersial lainnya.
Dua Spot Favorit, Dua Tantangan Berbeda
Para peselancar mengenal dua spot utama di kawasan ini yakni Ekas Inside dan Ekas Outside. Ekas Inside menawarkan ombak yang lebih bersahabat, sangat ideal untuk peselancar pemula yang ingin mengasah kemampuan. Sebaliknya, Ekas Outside menyuguhkan gelombang besar dan cepat, menjadikannya arena favorit bagi para peselancar profesional yang mencari tantangan adrenalin.
"Ombak di Ekas Outside itu luar biasa, konsisten dan menantang," ujar seorang peselancar profesional enggan disebut namanya yang sering berkunjung, mengindikasikan kualitas ombak yang setara dengan spot-spot selancar kelas dunia. Saat dikonfirmasi via telepon. Jum'at (20/6).
Selain aktivitas selancar, Pantai Ekas juga menjadi tempat yang sempurna untuk beragam kegiatan bahari lainnya. Mulai dari snorkeling, paddleboard, hingga memancing, semua dapat dinikmati di perairan Ekas yang terumbu karangnya masih terjaga dengan baik, menjanjikan potensi besar sebagai destinasi ekowisata bahari.
Pesona Alam dan Tantangan Akses
Hamparan pasir putih yang luas, gradasi warna air laut dari hijau toska hingga biru pekat, serta latar belakang bukit-bukit hijau yang mengelilingi teluk, menciptakan lanskap tropis yang nyaris sempurna di Pantai Ekas.
Keasrian desa pesisir yang masih kental juga menambah daya tarik bagi wisatawan yang mencari ketenangan. Meskipun akses jalan yang belum sepenuhnya mulus sering menjadi tantangan, hal ini justru memberikan sensasi petualangan tersendiri bagi para pengunjung.
Musim kemarau, yang berlangsung sekitar Mei hingga September, menjadi periode emas bagi para peselancar. Pada masa ini, ombak di Ekas mencapai puncaknya, menawarkan kondisi terbaik untuk menantang diri sekaligus menikmati liburan jauh dari keramaian turisme massal.
Polemik Tata Kelola: Tantangan di Balik Keindahan
Sayangnya, di balik ketenangan alamnya, Pantai Ekas tengah menghadapi dinamika sosial, terutama terkait polemik akses dan pengelolaan spot surfing yang belum tertata dengan baik.
Minimnya regulasi dan koordinasi di lapangan telah menimbulkan tumpang tindih kewenangan dan potensi konflik antar pelaku wisata lokal. Situasi ini mendorong munculnya tuntutan akan kejelasan tata kelola dan perlindungan bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari sektor ini.
"Kami berharap ada kejelasan dari pemerintah mengenai pengelolaan Pantai Ekas. Potensi besar ini harus dikelola secara profesional dan berkeadilan bagi semua pihak, terutama masyarakat lokal," kata salah seorang tokoh masyarakat setempat, menyuarakan harapan akan intervensi pemerintah.
Potensi Kelas Dunia Menanti Sentuhan Profesional
Geliat kunjungan wisatawan ke Ekas terus meningkat, menjadikannya alternatif menarik dari destinasi populer seperti Kuta Lombok atau Senggigi, berkat suasananya yang lebih sepi, privat, dan eksotis.
Potensi Pantai Ekas sebagai ikon surfing dunia sebenarnya sudah lama terdeteksi, dengan karakteristik ombak yang disebut-sebut bisa disandingkan dengan spot-spot legendaris di Indonesia seperti Uluwatu, Nihiwatu, atau Mentawai. Namun, promosi dan infrastruktur yang belum sepenuhnya mendukung masih menjadi pekerjaan rumah.
"Ekas punya potensi besar untuk bersaing di kancah internasional, tapi butuh dukungan infrastruktur dan promosi yang lebih gencar," ungkap seorang pelaku industri pariwisata. "Kami juga berharap pemerintah bisa segera menata regulasi pengelolaan agar ekosistem pariwisata di sini bisa tumbuh berkelanjutan."
Jika dikelola secara profesional dan berkelanjutan, Pantai Ekas tidak hanya akan menjadi destinasi wisata unggulan Nusa Tenggara Barat yang indah, tetapi juga berdaya guna bagi kesejahteraan masyarakat sekitar.
Ekas lebih dari sekadar pantai; ia adalah aset strategis dalam peta pariwisata bahari Indonesia, di mana harmoni antara alam, budaya, dan olahraga laut bertemu dalam setiap tarikan ombak.
Kini, kesadaran semua pihak menjadi krusial dalam menjaga Ekas demi masa depan pariwisata NTB. Dengan potensi yang besar, keberhasilan pengelolaan akan sangat bergantung pada visi yang matang dan keberpihakan pada rakyat. Tanpa kerumunan, tanpa polusi, dan tanpa gemerlap artifisial, Pantai Ekas berdiri sebagai simbol keindahan yang jujur, memikat siapa pun yang mencintai laut dalam kesederhanaannya.