Cerita "Wik-Wik" HRD Cantik Dipaksa Sopir Sampai Lemes

MandalikaPost.com
Sabtu, Maret 25, 2023 | 14.53 WIB
Ilustrasi.

Lidya hanya bisa menggigit bibirnya saat Bram mulai melakukan aksinya. Dendam Bram terbalaskan, terkekeh mengejek sebelum meninggalkan Lidya. 


****


MANUSIA pasti punya perasaan dan seringkali sakit hati, bahkan terbelenggu rasa dendam. Maka itu hati-hatilah dalam menjaga lisan kita. Sebab jika menyakiti hati orang lain, pasti ada balasannya.








Hal ini juga yang terjadi pada Lidya, nama samaran. Wanita 35 tahun yang berprofesi sebagai Kepala HRD di sebuah perusahaan transportasi yang cukup ternama di Kota ini.


Selama menjadi HRD, Lidya selalu tegas dan keras. Ia tak segan memberikan surat peringatan dan memecat karyawan perusahaan yang malas, atau pun yang dinilainya bermasalah dalam kerjaannya.


Tapi, tanpa disadari sikapnya itu banyak menimbulkan rasa kecewa dan sakit hati dari karyawan yang dipecat. Apalagi jika si karyawan merasa kesalahan yang menjadi alasan bukan kesalahan yang disengaja.









Malam itu Lidya sedang lembur di kantornya. Hanya ada seorang staf wanita, Susi yang menemani. Dua Satpam setia berjaga malam di kantor seperti biasanya.


Sudah jam 10 malam, Lidya meminta Susi untuk pulang saja. Dia bisa mengerjakan sisa pekerjaannya sendiri karena sudah hampir rampung. 


"Sus kamu pulang aja gapapa. Ini kan dah mau rampung juga," katanya.


Susi sangat senang karena memang dia masih punya anak bayi yang harus dapat ASI menunggu di rumah. "Baik Bu. Tapi ibu nggak papa sendirian?. "Nggak apa Sus, lagian kan ada Satpam,".


Setelah Susi pergi, Lidya ke toilet untuk pipis. Tapi pas selesai, dia sangat kaget, ada seseorang di ruangan kerjanya.


"Hah, kamu? Kamu mau apalagi datang ke kantor ini," teriaknya ketus.


Lelaki itu adalah Bram, bukan nama sebenarnya. Salah satu sopir perusahaan yang dipecat oleh Lidya, dua bulan yang lalu. 


Bram duduk di sofa ruang kerja itu, sambil tersenyum.


"Tenang Bu bos yang cantik. Saya cuma mau kasih lihat ini ke ibu," Bram menyela kemarahan Lidya. HPnya diserahkan ke tangan Lidya yang berdiri di depan sofa tempat Bram duduk.


Lidya bagai disambar petir. Video yang diputar di HP Bram adalah video dirinya. Video tak senonoh saat sedang Vidcall dengan seorang pria.


"Wah wah wah.., hmm ternyata kamu nakal juga ya bos..?," Bram berdiri dan kembali mengambil HP dari tangan Lidya yang mematung kaku.


"Tolong, saya mohon jangan permalukan saya," kata Lidya, suaranya mulai merendah.


Sebulan yang lalu, Bram pun seperti itu. Dai sangat memohon pada Lidya agar dirinya jangan dipecat. Ia sudah menjelaskan bahwa kecelakaan mobil transportasi yang dikemudikan itu terjadi tak sengaja dan bukan kesalahannya.









Pemecatan yang dilakukan Lidya sangat memukul hati Bram. Apalagi Bram baru enam bulan kerja di perusahaan itu. Selain itu Bram juga butuh kerja karena sedang menanti kelahiran anaknya.


Bram berusia 27 tahun. Dia sebenarnya pekerja yang rajin dan disiplin. Sialnya saat itu kendaraan yang dibawanya ditabrak dari belakang. Dan yang menabrak adalah oknum pejabat.


Bukannya dibantu karena Bram dituntut ganti rugi atas kerusakan mobil, dia justru dipecat oleh Lidya.


Hampir seminggu lamanya Bram memendam kesedihan karena dipecat. Ia tak pernah menceritakan pada Sari istrinya. Tak ingin Sari kecewa dan khawatir akan biaya persalinannya.


Sampai suatu malam Bram bertemu Hendri, tetangganya. Saat itu Hendri menghibur Bram dan memperlihatkan beberapa video di HPnya. Bram ikut liat, awalnya jadi hiburan saja.


"Nah yang ini bagus, solo karir nih bro. Kayak wanita karir gitu modelnya," kata Hendri. Di situlah Bram melihat seorang wanita sedang melakukan vidcall dewasa. Tapi bukan soal itu.


Pandangan Bram fokus ke gelang emas yang terlihat ditangan kanan wanita dalam video tersebut. Ya gelang emas motif bunga mawar, itu sangat dikenalnya.







"Coba kulihat lagi bro," kata Bram dan melihat kembali.


Bagai pucuk dicinta ulam pun tiba. Bram ingat benar gelang itu milik Lidya. Dia melihatnya waktu tiga kali menghadap selama proses pemecatan dirinya. Dan, suara dalam video itu, pas.. suara Lidya.


Entah darimana Hendri mendapat video itu, tapi video Lidya berada diantara belasan video dewasa yang diperlihatkan Hendri malam itu. Bram pun meminta Hendri mengirimkannya via WA.


Dari situ, Bram lalu menggali informasi tentang Lidya. Termasuk dari karyawan dan juga Satpam kantornya. Dia juga mencermati kapan Lidya lembur malam.


Suami Lidya ternyata seorang pejabat juga di sebuah perusahaan tambang. Pasangan ini belum bisa punya anak, karena sama sama sibuk. Suami Lidya pun jarang pulang karena lokasi tambang cukup jauh dari kota dimana mereka tinggal.






"Ha ha ha. Gimana sekarang bos cantik? Mau teriak? teriak saja. Video bagus ini pasti tersebar ke seluruh dunia, ha ha ha," Bram sangat puas melihat Lidya yang berdiri kaku dan pucat dihadapannya.


"Mohon, jangan permalukan saya mas Bram, saya mohon," suara Lidya melemah, dia benar benar takut video itu menyebar dan mempermalukan keluarganya, apalagi suaminya.


Seingat Lidya, itu video sudah setahun lalu. Saat ia menerima vidcall dari Harsono, pemilik perusahaan mitra kerja perusahaan tempat Lidya kerja. Awalnya memang hanya bahas kerjaan.


Tapi karena suami Lidya sedang tidak ada, dan Harsono pun terus merayunya. Akhirnya terjadilah, dan Harsono rupanya diam diam merekam semua kejadian itu tanpa Lidya tahu. Sekarang, penyesalan tinggal penyesalan. 


"Makanya Bu bos, jadi orang jangan angkuh.. Saya nggak kenal Bu bos sebelumnya, tapi kenapa Bu bos tega memecat saya?," kata Bram.


Bram pun menumpahkan semua kekesalan dan kecewanya pada Lidya. Sementara Lidya berdiri gemetar dan pucat. Ia merasa menyesal telah memecat Bram.


"Mmaafin saya mas Bram. Saya menyesal, dan kalau mas mau mulai besok mas boleh kerja lagi ya. Tapi tolong jangan permalukan keluarga saya," Lidya kini membujuk Bram.


"Ha ha ha.. enak rasanya memohon Bu?, dan ibu akan rasakan bagaimana perasaan saya, saat permohonan ditolak, ha ha ha," tegas Bram. 


Lidya makin pucat dan gemetaran. Dia takut Bram benar benar menyebarkan vidionya itu.


Tanpa sadar dia memeluk Bram untuk memelas. "Mas Bram.. tolong, saya akan lakukan apa saja, yang penting video itu jangan sampai..," Lidya belum selesai bicara, Bram menutup bibirnya dengan jari.


"Sssttt.. Oke, apapun akan kamu lakukan ya bu Lidya?," tanya Bram sambil memegang kedua pipi Lidya. 


Tadinya Bram sudah cukup yang penting dia bisa kembali kerja. Tapi pikirannya berubah nakal disaat melihat kecantikan Lidya.


Apalagi saat Lidya memeluknya untuk memelas, Bram merasakan getaran lembut  rengekan Lidya saat itu pun terdengar manja di telinga menggugah kelelakiannya.


"Benar? apapun kau lakukan cantik. ha ha ha," Bram mulai dirasuki niat jeleknya.


"Engh he eh," Lidya mengangguk pasrah, Bram makin terkekeh keras dan bangga. Dendamnya segera terbalaskan.


"Baiklah pintar. Sekarang naik ke meja kerjamu, dan lakukan seperti kau lakukan di video bagus itu," Bram mendorong Lidya. Lidya semakin pucat dan gemetar, tapi tak ada pilihan.


"Cepat, lakukan cantik," tegas Bram. Lidya mengangguk dan mulai meneteskan air mata. Dia duduk di tepian meja kerjanya, dan mulai mereka ulang setiap gerakan dan suara dalam video itu.


"Terus cantik, terus pintar," ucapan Bram seperti aba aba bagi Lidya. Dia melalukannya di hadapan Bram.


Bram menatap dengan terpukau, kemudian berdiri mendekati Lidya. Lidya sadar, jika tak ada yang menolongnya pasti beberapa waktu kedepan, anak buahnya ini akan leluasa berbuat apa saja terhadap dirinya. 


Tapi dia hanya bisa pasrah. Relung hatinya menyesali semua keangkuhannya saat memecat Bram. Tapi semua terlambat. Kini Bram semakin dekat dan mulai memyentuhnya.


Di mata Bram, Lidya adalah wanita yang secara fisik sempurna dan memenuhi idamannya. Meski usia sudah 35, tubuh Lidya sintal dan terawat. Wajahnya pun cantik dengan kulit putih.


Anehnya, perlakuan Bram yang lembut dan tidak kasar berhasil membuai Lidya. Hingga Bram berhasil menyatu utuh, dan membawa hayalan Lidya terbang tinggi, meraih kebahagiaan semu.


Bram berdiri menatap nanar pada Lidya, dia tersenyum kecil. Lidya menatap Bram dengan sayu. Dia tak pernah menyangka, memecat Bram menimbulkan konsekwensi ini.


Tapi dia juga heran, yang tadinya dia sangat ketakutan kini berubah dia merasa nyaman sekali. Perlakuan Bram yang lembut dan lihai sudah membawanya melayang jauh.


Lidya melayani Bram dan mulai mengimbangi perlakuan Bram itu. Untuk beberapa saat lamanya keduanya melambung tinggi hingga akhirnya kembali membumi.


Bram sangat bersyukur malam itu. Selain bisa dapat kerja kembali, dia juga berhasil mencicipi kecantikan Lidya, pimpinan HRD yang selama ini menentukan nasib pekerjaannya.


Sejak kejadian itu, Lidya pun berubah menjadi pimpinan HRD yang ramah dan tidak arogan dalam menghukum karyawan. Bram pun kembali kerja di perusahaan itu.


Beberapa teman Bram yang pernah dipecat Lidya pun bisa kembali kerja. Bedanya, Bram ditempatkan sebagai staf di HRD, mendampingi Lidya. Posisi yang selama ini tak terpikirkan.


Hubungan Lidya dan Bram pun semakin dekat. Tapi mereka berkomitmen setelah kejadian malam itu tak akan mengulangi lagi. Karena keduanya punya suami dan istri yang tak mungkin dilukai.




Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Cerita "Wik-Wik" HRD Cantik Dipaksa Sopir Sampai Lemes

Trending Now