Belajar Zero Waste dari Kampung KBB yang Tak Tersentuh Program Pemprov NTB

MandalikaPost.com
Kamis, Mei 18, 2023 | 16.32 WIB

Kampanye Anti Buang Sampah di Sungai, dari Kelompok Ikrar KBB, Kota Mataram.


MANDALIKAPOST.com - Meski tak pernah tersentuh bantuan Program Zero Waste Pemprov NTB, Kampung Kebon Bawak Barat (KBB) di Kota Mataram mampu melakukan pengelolaan sampah secara holistik dan komprehensif.


Inisiasi warga dan partisipasi publik, menjadi modal dan kekuatan masyarakat di kawasan bantaran sungai Jangkok ini, sekaligus menjadi penggerak yang berkesinambungan.


"Alhamdulillah kami sudah memiliki rumah magot, dan sudah mulai memproduksi magot," kata L. Muh. Salahuddin, SH., MH., inisiator kelompok Ikrar KBB,  Kamis 18 Mei 2023.


Kelompok Ikrar KKB menjadi wadah guyub pemuda di kampung ini sejak 2017 silam. Dari kegiatan awal sekadar bersih-bersih sungai Jangkok yang melintasi wilayah kampung, kini kelompok sudah memiliki aktivitas yang padat.


Secara administratif kampung KBB masuk ke dalam wilayah Kelurahan Pejeruk, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram. Termasuk kampung padat penduduk dengan jumlah keluarga mencapai 600 Kepala Keluarga atau sekira 2.400 jiwa.


Ikrar KBB melayani pengangkutan sampah dari rumah penduduk ke TPS, melakukan proses pemilahan sampah organik dan anorganik, proses daur ulang sampah menjadi kerajinan, dan pengelolaan sampak anorganik, termasuk produksi magot.


Mereka juga berhasil mengubah mindset masyarakat tentang sampah, dan menekan perilaku membuang sampah ke aliran sungai.


"Dulu orang buang sampah di sungai, tapi sekarang sudah menurun jauh. Asumsi kami sampai 70 persen lah perilaku kurang baik itu berhasil ditekan,"kata Didin.


Berawal dari Healing Pasca Gempa


Kelompok Ikrar KBB terinisiasi pasca gempa bumi Lombok Agustus 2018 silam.


L. Muh. Salahuddin, SH., MH., pengacara yang juga pemuda setempat memulainya dengan program trauma healing untuk masyarakat. Konsepnya, menggelar upacara 17 Agustusan di sungai Jangkok, sambil dirangkai kegiatan bersih-bersih sungai.


"Awalnya dari trauma healing itu, kemudian masyarakat dewasa hingga anak-anak ternyata antusias. Sungai kita harus kita yang jaga kebersihannya," katanya.


Dari kegiatan itu, Didin kemudian mampu mengorganisir kelompok Ikrar KBB yang anggotanya adalah anak sekolah dan pemuda di kampung tersebut.


Kegiatan clean up di sungai Jangkok pun menjadi kegiatan rutin yang dilakukan kelompok ini bersama masyarakat secara swadaya.


"Adik-adik di Ikrar KBB juga pernah saya ajak untuk clean up di Gili Trawangan, waktu itu bersama Sama-Sama Cafe Trawangan," katanya.


Menurut Didin, Ikrar KBB bukan sekadar wadah guyub untuk pengelolaan sampah dan kebersihan sungai semata. Ini juga menjadi wadah kaderisasi jiwa kepemimpinan generasi muda di kampung KBB.


"Maka jangan heran kalau ada lomba-lomba, itu ketua panitianya masih SMA atau bahkan SMP. Kita ingin jiwa kepemimpinan tumbuh sejak dini," katanya.


Tak Pernah Tersentuh Program Zero Waste


Kelompok Ikrar KBB melakukan clean up sungai Jangkok sebagai kegiatan rutin. Meski tak tersentuh bantuan Program Zero Waste, partisipasi publik sangat kuat dan bisa dicontoh di kampung ini.

Ramadhan yang lalu, kegiatan clean up cukup besar dilakukan Ikrar KBB bersama masyarakat di sungai Jangkok. Kegiatan ini menjadi kegiatan rutin tahunan setiap menyambut bulan suci Ramadhan.


Melintasi bantaran sungai Jangkok di kampung KBB, mata seakan dimanjakan. Kawasan ini sudah layak dikembangkan untuk destinasi wisata rekreasi.


Sayangnya, belum banyak pihak melirik, termasuk Pemprov NTB yang menggagas program Zero Waste sejak 2019. Sementara Ikrar KBB sendiri enggan menengadah tangan demi bantuan program.


Dukungan hanya datang dari Pemerintah Kota Mataram. Walikota H Mohan Roliskana, cukup peduli. Meski di Pemkot Mataram tak ada program Zero Waste.


"Tidak, kami nggak mau minta-minta. Inisiasi warga dan partisipasi publik saja sudah cukup untuk membuat program kami berjalan berkesinambungan. Kita tetap jalan meski tak tersentuh program Zero Waste," tegas Didin.


Menurut dia, Ummi Rohmi pernah mampir ke rumah magot Ikrar KBB awal April 2023 ini. Tapi, itu tak sengaja, lantaran ada program Posyandu Keluarga di wilayah itu.


Wakil Gubernur NTB, Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah, atau kerap disapa Ummi Rohmi memang mejadi maskotnya program Zero Waste di NTB. Kucuran anggaran daerah untuk program ini pun sangat besar dari tahun ke tahun.


Toh, tanpa perubahan mindset, reformasi mental dan ahlak, serta persepsi tentang sampah, maka dana besar hanya menjadi sampah yang tergerus aliran sungai.


Zero Waste juga dikhawatirkan tak berkesinambungan karena belum maksimal menarik partisipasi publik.


"Saya nggak mau menilai program Zero Waste. Tapi menurut saya program ini ada beberapa yang jalan dan ada yang masih tersumbat. Perlu reformasi ahlak," ujarnya.


Didin mengatakan, pemerintah harusnya lebih memfasilitasi TPS dan armada angkut sampah yang memadai. Soal perubahan mindset biar publik yang bergerak sendiri.


"Saya rasa saat ini masyarakat sudah 100 persen sadar tentang kebersihan dan sampah, tapi masalahnya dimana akan buang sampah?, lalu TPS dan armada angkutnya. Kita masih sangat kurang," katanya.


Awal Mei 2023 ini, dua pemuda utusan Ikrar KBB berkesempatan melakukan studi banding ke Kota Surabaya, Jawa Timur.


Mereka mempelajari pengembangan konsep wisata bantaran sungai di Kota Pahlawan itu. Jika ini berhasil, maka Pemerintah Provinsi NTB tak perlu rendah hati untuk belajar Zero Waste dari kampung KBB. (*)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Belajar Zero Waste dari Kampung KBB yang Tak Tersentuh Program Pemprov NTB

Trending Now