Dijenguk Teman Suami Waktu Sedang Hamil

MandalikaPost.com
Senin, Juli 17, 2023 | 11.20 WIB Last Updated 2024-03-15T08:08:02Z
Ilustrasi.

KISAH HIDUP - Perkenalkan namaku Santi Wijaya (28), samaran. Pengalaman hidupku ini terjadi tiga tahun yang lalu, di saat aku masih mengandung anak pertamaku, Reihan (3,5).


Saat itu, kehamilanku berusia tiga bulan, sedang rewel-rewelnya dengan ngidam. Sementara suamiku justru dapat tugas dinas dari kantornya untuk ikut pendidikan satu tahun di Jakarta.



Awalnya kupikir nggak apa-apa, karena mas Roni suamiku janji bakal cuti dan pulang saat aku melahirkan. Toh di rumah, ada bibiek Narsih yang menjagaku dan mengurusku.


Tapi ternyata masalahnya bukan di situ. Bukan di saat melahirkan, melainkan di saat kehamilan. Aku termasuk wanita yang ngidamnya aneh aneh saat hamil. Kalau nggak keturutan keinginanku maka aku bisa sakit. Si Reihan memang super rewel waktu masih di perut.






Dua bulan mas Roni di Jakarta, aku mulai tersiksa di rumah. Soalnya, aku sering sekali merasa ingin dibelai dan dimanjakan. Perasaan itu makin kuat diusia kandunganku yang sudah masuk 5 bulan.


Kisahku pun dimulai saat Hendra sahabat suamiku datang ke rumah membawakan aku bubur ayam. 


Waktu itu memang sudah malam sekitar jam 9.30 malam. Aku nelpon mas Roni bilang kalau pingin bubur Ayam. Rupanya dia minta tolong ke Hendra untuk membelikan.


"Ini bubur ayamnya mbak Santi, tadi mas Roni nelpon minta tolong saya carikan," kata Hendra.


"Waduh kok jadi ngerepotin mas Hendra. Maaf ya soalnya ini bawaan bayi," kataku.


"Ya gapapa mbak, namanya juga lagi ngidam. Dulu istriku pas hamil juga begitu kok, mintanya yang aneh aneh," ujarnya.






Aku nggak enak dan mempersilahkan Hendra duduk dulu, sementara aku membiarkannya kopi. Jadi Hendra ikut menemaniku makan bubur ayam sambil kami ngobrol.


Hendra banyak cerita tentang Susi istrinya, waktu hamil anak pertama dulu. Sekarang Hendra dan Susi sudah punya 3 anak. Kata dia masa kehamilan memang harus dijaga dengan baik agar anaknya kelak tumbuh sehat dan cerdas.


"Termasuk harus sering dikunjungi oleh bapaknya si jabang bayi di dalem perut itu mbak," kata Hendra.


"Iya sih mas Hendra. Tapi kan mas Roni pendidikan setahun, jadi gimana bisa jenguk si dedek di perut ini," ujarku sambil mengelus perutnya yang sudah nampak membesar.



"Kalau mbak nggak keberatan, sini biar saya elus-elus. Biasanya bayi di perut senang di belai gitu," kata Hendra sambile mendekatiku di sofa. 


Aku belum menjawab tapi Hendra sudah lebih dulu mengelus perutnya pelan pelan. Aku pun diam menghayatinya, ternyata benar juga rasanya nyaman sekali.


"Gimana nyaman kan mbak?," bisik Hendra.


"Iya mas, lumayan. Makasih ya," balasku.


Hendra terus mengelus perut itu dengan kasih sayang. Dia merasa kasihan juga aku jauh dari suamiku di saat sedang membutuhkan di masa kehamilan ini.


"Ih mas, jabang bayinya bergerak-gerak di perutku. Dia seneng kali ya dielus gini," bisikku.


"Iya mbak, sudah pasti. Tapi ibunya seneng juga apa enggak nih?," goda Hendra. Sinta jadi malu menyadari kalau yang sedang bersamanya adalah sahabat suaminya dan suaminya Susi.


"Ah mas Hendra, aku malu tau," kataku.


"Gapapa mbak, anggap aja saya mas Roni, demi jabang bayi ini," jawab Hendra.








Nyaman sekali rasanya perutku dibegitukan oleh Hendra. Tak sadar kepalaku malah bersandar di bahunya Hendra. Hendra merasakan wangi aroma rambutku, pikirannya mulai aneh terhadap istri sahabatnya ini.


Tangan kiri Hendra merangkulkudi sofa sementara yang kanan tetap menengelus perutku dengan lembut.


"Hmm, kok jadi ngantuk aku mas, nyaman banget soalnya," bisikku. 


"Mbak Santi rileks saja, kalau ngantuk bobok aja. Saya pamit pulang ya," ujar Hendra. Aku menyesal bilang ngantuk, jadi Hendra mau pulang. Soalnya masih ingin dielus begitu biar jabang bayinya bisa tenang boboknya.





Bener saja, setelah Hendra berhenti mengelus, perutku bergerak lagi. Bayinya nendang nendang.


"Ih dedeknya nakal nih mas, malah bangun," ujarkusambil tersenyum indah.


"Oh ya udah, sini saya elus lagi mbak," kata Hendra. Kami kembali ke posisi semula. Kini bukan hanya dedek di perut ku yang bangun, Hendra juga merasa ada yang lain yang ikut bangun dan aku tahu itu.


"Mungkin dedeknya pingin main main sama bapaknya mbak?," tanya Hendra menggoda.


"Gak tau ah mas, tapi kan bapaknya lagi jauh di Jakarta," jawabku.





"Kalau mbak nggak keberatan, biar saya bantu jengukin dedeknya di dalem. Anggap aja saya bapaknya," bisik Hendra.


"Hmm, apa mas mau?," balaaku. Aku sudah terbawa suasana saat itu. Hendra tak menjawab melainkan mengecup bi bierku dengan lembut.


Malam itu, kami terbawa arus yang makin hangat. Aku membiarkan perlakuan Hendra yang membuatku merasa semakin nyaman.


"Gapapa diterusin mbak?," bisik Hendra.


"Engghh, tapi jangan disini mas, malu. Pindah ke dalem aja yuk," balasku seraya menarik tangan Hendra menuju kamar depan.


"Tapi beneran gapapa mbak? Kalo dilihat bibiek gimana?," tanya Hendra, ragu waktu sudah masuk kamar.


"Hmm bibiek sudah tidur dari tadi kok mas. Matiin lampunya ya," bisikku.


Dalam kegelapan kamar, hanya aku dan Hendra yang tahu apa yang terjadi dan apa yang kami lakukan.


Sejak saat itu, sahabat suamiku ini jadi lebih sering menjengukku.


"Biar dedek bayinya bisa sehat dan pintar mbak," katanya.








DISCLAIMER :


RUBRIK Kisah Hidup menuangkan kisah kehidupan yang diangkat dari cerita kisah nyata dan dikemas ulang dalam bentuk cerita romantis, cerita dewasa.


Kisah yang diangkat diambil dari Kisah Nyata, dan juga fiksi rekaan semata. Kesamaan nama, tempat, dan alur cerita bukanlah sebuah kesengajaan.




Simak Kisah Hidup lainnya di channel YouTube PUTRIE MANDALIKA.


https://www.youtube.com/@putriemandalika1277


Semoga setiap cerita bisa diambil hikmah dan manfaatnya. 


Punya cerita dan ingin berbagi? Kirim ke email : redaksimandalikapost@gmail.com




















Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Dijenguk Teman Suami Waktu Sedang Hamil

Trending Now