Pencarian Pendaki Brasil di Rinjani Hadapi Medan Ekstrem dan Kabut Tebal, Korban Belum Ditemukan

Rosyidin S
Minggu, Juni 22, 2025 | 23.16 WIB Last Updated 2025-06-22T15:16:26Z
Tim SAR gabungan saat melakukan pencarian seorang WNA asal Berasil jatuh di Gunung Rinjani. (Foto: Istimewa/MP).

MANDALIKAPOST.com – Proses evakuasi terhadap J.D.S.P. (27), seorang pendaki asal Brasil yang dilaporkan terjatuh di sekitar Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Gunung Rinjani, terus dilanjutkan oleh tim SAR gabungan.


Namun, upaya penyelamatan yang telah berlangsung sejak Sabtu (21/6) hingga hari Minggu (22/6) ini korban belum ditemukan. Karena tim menghadapi tantangan berat akibat medan ekstrem dan kondisi cuaca yang diselimuti kabut tebal.


Tim SAR gabungan, yang terdiri dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Kantor SAR Mataram, BPBD Lombok Timur, Kompi 3 Yon B NTB, Unit SAR Lombok Timur, Damkar Mataram Lombok Timur, Polsek Sembalun, Koramil Sembalun, EMHC, dan para relawan, telah berjuang tanpa henti untuk menemukan korban.


Kronologi Pencarian: Perjuangan Melawan Waktu dan Alam


Pada Sabtu, 21 Juni 2025, tim pendahulu berhasil tiba di lokasi kejadian sekitar pukul 14.32 WITA dan segera memulai pemasangan tali untuk evakuasi. Namun, situasi memburuk pada pukul 16.00 WITA ketika korban dilaporkan semakin terperosok.


"Kami telah menurunkan tali sepanjang 300 meter, namun itu belum cukup untuk menjangkau titik keberadaan korban," ujar salah satu anggota tim SAR yang terlibat dalam operasi, Samsul saat dikonfirmasi melalui via WhatsApp, Minggu (22/6).


Dropping peralatan dan logistik dilakukan pada pukul 19.38 WITA untuk mendukung operasi yang semakin kompleks. Pukul 20.00 WITA, tim telah turun hingga kedalaman 300 meter, namun masih belum berhasil menemukan korban.


"Upaya untuk memanggil dan mendapatkan respons dari J.D.S.P. juga tidak membuahkan hasil. Demi keberlanjutan operasi, salah satu anggota tim SAR bahkan terpaksa bermalam di tebing pada kedalaman 200 meter dalam kondisi flying camp," tuturnya.


"Selain Medan yang curam dan cuaca buruk, nampaknya korban bergerak kearah Danau Segara anak dari titik jatuhnya," imbuh Samsul.


Senada dengan Samsul, Kepala Balai TNGR, Yarman juga menceritakan kondisi dilapangan. Memasuki hari Minggu, 22 Juni 2025, tim kembali beraksi sejak pagi hari dengan melanjutkan penyambungan tali dan mencoba menggunakan drone thermal. Namun, tantangan baru muncul.


"Pada pukul 10.00 WITA, informasi visual dari drone menunjukkan bahwa korban tidak lagi berada di titik semula," jelas Yarman ketika dikonfirmasi.


Lebih lanjut, Yarman menambahkan bahwa upaya lanjutan menggunakan drone thermal terhambat oleh kabut tebal dan cuaca basah yang ekstrem.


"Kondisi ini membuat drone thermal belum dapat digunakan secara maksimal untuk memantau area pencarian," imbuhnya.


Dua Skema Pencarian Ditetapkan


Melihat kondisi di lapangan, tim SAR gabungan kemudian mengadakan rapat untuk menentukan strategi selanjutnya. Hasil rapat memutuskan untuk menerapkan dua skema pencarian secara simultan.


"Kami akan melanjutkan pencarian secara manual menggunakan tali di tebing, sekaligus mengoptimalkan penggunaan drone thermal dari udara ketika kondisi memungkinkan," terang Kepala Kantor SAR Mataram, I Nyoman Sidakarya.


Ia juga menekankan betapa sulitnya operasi ini. "Ini adalah salah satu operasi penyelamatan paling menantang yang pernah kami hadapi, mengingat lokasi jatuhnya korban berada di medan yang sangat curam dan kondisi cuaca yang ekstrem," pungkas Nyoman Sidakarya.


Seluruh tim dan pihak terkait memohon doa serta dukungan dari masyarakat agar proses pencarian dapat berjalan lancar dan korban segera ditemukan dalam keadaan selamat.


Imbauan untuk mencintai Rinjani dengan peduli, menghormati alam, dan selalu mewaspadai risiko juga terus digaungkan oleh pihak TNGR.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Pencarian Pendaki Brasil di Rinjani Hadapi Medan Ekstrem dan Kabut Tebal, Korban Belum Ditemukan

Trending Now