![]() |
Ilustrasi: Salah satu porter Rinjani saat memikul logistik naik ke Gunung Rinjani, (Foto: Istimewa/MP). |
MANDALIKAPOST.com – Penutupan jalur pendakian Gunung Rinjani secara mendadak menimbulkan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat di lingkar Rinjani, terutama mereka yang bergantung pada sektor pariwisata.Para pelaku transportasi, porter, dan pemandu wisata (guide) mengeluhkan kerugian besar dan ketidakpastian nasib mereka.
Zohri, Ketua Transportasi Lingkar Rinjani, mengungkapkan kekecewaannya. "Kalau berbicara masalah Rinjani, kayaknya sedikit agak kurang mengenakkan untuk pagi hari ini atau untuk beberapa hari ini," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa penutupan ini sangat berdampak pada operasional mereka, dengan banyak pemesanan tamu yang dibatalkan.
"Bahkan sampai ada yang kita merugilah istilahnya ya, sebanyak juga kita alihkan ke tempat-tempat yang lain."
Sebelum penutupan, Zohri menyebut pendapatan para pengemudi transportasi bisa mencapai Rp200.000 hingga Rp500.000 per hari, dengan penghasilan bersih bulanan sekitar Rp3 juta setelah dikurangi biaya operasional. Kini, angka tersebut anjlok menjadi nol.
"Lihat aja semua teman-teman pada nganggur semuanya sekarang, bahkan ada banyak yang mengeluarkan budget yang sudah di DP sama tamu dan lain sebagainya," keluhnya.
Tak hanya transportasi, para porter dan guide juga merasakan pukulan telak. Neli Pujiawan, seorang guide Rinjani yang telah berkecimpung sejak 2012, kini terpaksa melakukan kerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
"Ya karena Rinjani saat ini tutup, ya kita ngambil upah harian termasuk kerja serabutan ini," tuturnya.
Ia menjelaskan bahwa penutupan ini bersifat mendadak, menyebabkan banyak pembatalan dari tamu yang sudah memesan. Bahakan DP dari tamu juga yang sudah boking rebound (dikembalikan uangnya) bagi yang sudah beli paket Rinjani.
"Untuk tahun ini peningkatan pengunjung Rinjani lumayan banyak, jadi tiap hari itu selalu ada aja TO [Trekking Organizer] yang booking untuk teman-teman naik," kata Neli, mengungkapkan kontrasnya kondisi saat ini.
Dalam kondisi normal, Neli bisa mendapatkan Rp300.000 per hari dan beroperasi 2-3 kali seminggu, dengan penghasilan mingguan mencapai Rp2-3 juta.
Senada dengan Neli, Rezi Hermawan, seorang porter Rinjani, juga beralih menjadi petani untuk sementara waktu.
"Kita bertani terus," ujarnya.
Ia mengakui bahwa pendapatan dari bertani jauh lebih rendah dibandingkan menjadi porter.
"Jauh kalau dibandinng, jadi porter pengadilan kami. Karena untuk jadi buruh lepas di kebun-kebun itu upahnya Rp100.000 perhari, tapi kalau Rinjani itu di atas rata-rata penghasilan kita," ungkapnya.
Rezi menambahkan bahwa normalnya ia bisa naik Rinjani tiga kali seminggu, dengan upah sekitar Rp275.000 per har. Secara keseluruhan, penghasilan porter selama musim pendakian (April-Desember) bisa mencapai Rp10-15 juta, belum termasuk tip dari tamu.
Ketiga narasumber memiliki harapan yang sama, Rinjani segera dibuka kembali.
"Harapan saya sih Rinjani segera dibuka, agar kami bisa beraktivitas seperti biasa. Selain itu informasinya juga jelas kapan dibuka kembali agar kami bisa mencari pekerjaan lain," harap Rezi.
Ia berharap kejadian insiden yang memicu penutupan dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk berbenah lebih mengedepankan keselamatan.
Zuhri juga mendesak pihak terkait untuk segera mengambil keputusan. "Kami juga di Lombok Timur itu mengharapkan secepat mungkin untuk mengambil kebijakan itu supaya tidak berdampak nanti kalau di Taman Nasional atau Gunung Rinjani ada get diantara para pelaku wisata Sembalun dan Senaru.
"Kami mendukung perjuangan teman-teman terutama masyarakat yangvtergabung dalam Solidaritas Masyarakat Peduli Sembalun (SMPS) untuk pengelolaan pintu pendidikan gunung Rinjani berbasis kawasan," tegasnya, khawatir akan potensi konflik jika situasi berlarut-larut.
Menanggapi wacana Bupati yang mengharuskan wisatawan menginap satu atau dua malam di Sembalun sebelum mendaki, Zohri menyambut baik kebijakan tersebut.
"Sebenarnya itu oke-oke saja gitu ya, tapi kadang mungkin ada orang terbatas dengan budget dan sebagainya. Tapi biasanya kalau orang berwisata ke Rinjani tidak lepas dari biaya juga mereka sudah anggarkan," jelasnya.
Ia melihat kebijakan ini rasional untuk memastikan kondisi fisik pendaki lebih fit, yang juga akan berdampak positif bagi ekonomi lokal di sekitar basecamp dan pedagang.
"Sangat-sangat kita dukung itu apa yang diucapkan oleh pak Bupati Lombok Timur, mengharuskan wisataan yang hendak naik ke Rinjani untuk nginap satu atau dua malam di Sembalun, supaya tidak terjadi lagi insiden serupa di gunung Rinjani," pungkas Zohri.