Jejak Intelektual Tuan Guru Zainuddin Abdul Madjid, NU-Muhammadiyah-NWDI Duduk Bersama Menyulam Ukhuwah di Bumi Lombok

Rosyidin S
Minggu, September 07, 2025 | 16.51 WIB Last Updated 2025-09-07T08:51:14Z
Tiga tokoh besar ormas Islam duduk bersama bedah pemikiran Pahlawan Nasional, Almagfurullah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, (Foto: Istimewa/MP).

MANDALIKAPOST.com — Dalam rangka memperingati Hultah NWDI ke-90, Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) Pancor menggelar talkshow bertema "Organisasi Masyarakat Bicara Almagfurullah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid."


Acara ini menjadi momen langka di mana tiga organisasi Islam terbesar yakni Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) bersatu untuk mengupas warisan intelektual dan dakwah pendiri NWDI tersebut.


Dialog yang berlangsung pada Sabtu, 6 September 2025, ini menghadirkan tiga tokoh utama: Dr. Falahuddin (Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah NTB), Prof. Dr. Adi Fadli (Sekretaris Syuriah PW NU NTB), dan Prof. TGH. Abdul Fattah (Sekretaris PW NWDI NTB).


Menggali Keteladanan Maulana Syaikh dari Berbagai Perspektif


Dalam sesi dialog, para narasumber berbagi pandangan dan kekaguman mereka terhadap sosok Pahlawan Nasional asal NTB ini.


Dr. Falahuddin dari Muhammadiyah menyoroti konsistensi Maulana Syaikh dalam mentradisikan kajian kitab kuning, sebuah praktik yang menurutnya masih lestari hingga saat ini.


"Muhammadiyah banyak berguru kepada NU dan kepada NW," ungkap Falahuddin.


Ia juga mengapresiasi ketaatan jamaah NW dan NWDI yang menjalankan prinsip sami’na wa ato’na (kami dengar dan kami patuhi). 


“Kami berikan apresiasi kepada Maulana Syaikh, karena sudah membangun dan merajut kebersamaan dalam rangka membangun umat di NTB,” tambahnya.


Sementara itu, Prof. Dr. Adi Fadli dari NU mengenang kesaksian dari salah satu tokoh NU, Tuan Guru Haji Turmuzi Badaruddin, yang mengakui Maulana Syaikh sebagai gurunya. 


"Tuan Guru Bagu pernah berkata kepada saya, bahwa Tuan Guru Pancor adalah guru mustamiq saya," tuturnya, menggambarkan betapa luar biasanya rasa takzim seorang guru kepada muridnya.


Ia juga menyoroti perjuangan Maulana Syaikh dalam menuntut ilmu hingga ke luar negeri, sebuah langkah yang sangat luar biasa di masanya.


“Bayangkan, di saat dulu itu orang-orang pergi menuntut ilmu ke luar negeri itu sangat luar biasa, apalagi dulu sewaktu belum ada teknologi dan masih masa penjajahan,” kata Adi Fadli.


Identitas dan Persatuan: Warisan untuk Umat dan Bangsa


Lebih lanjut, Prof. Adi Fadli juga memuji ketekunan Maulana Syaikh dalam mendokumentasikan karya-karyanya. 


Menurutnya, karya-karya kitab tersebut seharusnya menjadi kurikulum wajib bagi madrasah NWDI. Ia juga menyinggung identitas khas yang diciptakan oleh Maulana Syaikh.


"Pancor mempunyai identitas yang luar biasa, ketika menyebut 'bismillahiwabihamdihi' itu sudah kita kenal, pasti orang Pancor," ujar Fadli.


Di sisi lain, Prof. Abdul Fattah dari NWDI menegaskan bahwa Maulana Syaikh diakui sebagai tokoh besar, yang dibuktikan dengan gelar Pahlawan Nasional.


Menurutnya, kebesaran Maulana Syaikh tidak lepas dari pertemuannya dengan tokoh-tokoh besar lain seperti KH. Hasyim Asy'ari dan KH. Ahmad Dahlan.


Ia juga menyampaikan pesan penting dari Ketua Umum NWDI, Dr. TGB Muhammad Zainul Majdi, yang selalu menekankan bahwa NW dan NWDI adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.


“TGB pernah menyampaikan, NWDI ini bagian dari sayap Bapak Maulana Syaikh, jadi tidak bisa dipisahkan dengan NW,” kata Prof. Abdul Fattah.


Pesan tersebut menggarisbawahi komitmen untuk selalu "menjaga agama dan negara" secara bersamaan, tanpa memisahkan keduanya.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Jejak Intelektual Tuan Guru Zainuddin Abdul Madjid, NU-Muhammadiyah-NWDI Duduk Bersama Menyulam Ukhuwah di Bumi Lombok

Trending Now