NTB Petakan Komoditi yang Siap Dikembangkan dalam Industrialisasi

MandalikaPost.com
Jumat, Juni 21, 2019 | 14.30 WIB
Gubernur NTB Dr H Zulkieflimansyah bersama Wagub NTB Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah. (Dok.Istimewa)

MATARAM - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tengah melakukan pemetaan (mapping) terhadap berbagai komoditi yang segera memasuki tahapan industrialisasi atau peningkatan nilai tambah.

Kepala Dinas Perindustrian NTB, Andi Pramaria mengatakan, dari hasil mapping yang dilakukannnya selama ini, sudah ada beberapa produk primer yang teridentifikasi kesiapannya untuk diindustrialisasikan.

Diantaranya adalah Jagung dengan potensi produksi 2,3 juta ton/tahun dan untuk konsumsi hanya 500.000 ton.

Kemudian garam rakyat dengan produksi 280.000 ton/tahun dan konsumsi 27 ton.

Sedangkan untuk sapi, menurut Andi, saat ini sedang dibahas dengan LIPI, khususnya terkait produksi sperma.

Demikian juga halnya penyiapan permesinan mendukung industri hulu, utamanya alat pertanian, penyiapan mesin pengolah industri hilir lainnya, kini terus berproses.

Sementara untuk produk smelter, menurutnya masih menunggu kelanjutan tim smelter dan fasilitasi KI dalam RTRW.

"Sedangkan pengolahan daging sapi, masih dibahas secara teknis mengenai rencana operasionalisasi RPH banyumulek dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB," terang Andi.

Laporan Kadis Perindustrian berkaitan dengan arahan Gubernur  NTB, Dr H Zulkieflimansyah pada forum diskusi via WA itu, setelah sebelumnya sempat membaca di media hearing, dimana Kepala Dinas Perdagangan  NTB, Hj Putu Selly membahas masuknya Daging beku.

"Saya kira ini menarik sebagai awal kita memulai bahwa daging produksi NTB sangat mungkin dibekukan dengan alat dan teknologi yang pas," ungkap Gubernur Zul.

Menurutnya, ke depan daging beku ini harus berasal dari daging daerah NTB sendiri.

"Inilah awal dari industrialisasi kita," katanya.

Gubernur Zul meminta Kadis Peternakan NTB dan Kadis Perdagangan NTBuntuk merealisasikan ini.

 "Ayo coba direalisasikan ini bu kadis Peternakan dan bu kadis Perdagangan," tukasnya.

Gubernur Zul menegaskan bahwa menghadirkan selain daging segar import juga daging daerah kita juga mulai bisa dibekukan agar tahan lama.

Pada diskusi Jumat pagi itu, Gubernur Doktor Zul kembali menyinggung hasil diskusi pada  'kuliah umum' dan acara diskusi penyusunan Road map industrialisasi beberapa waktu yang lalu.

Ditekankan, bahwa  Industrialisasi sesungguhnya adalah proses penambahan nilai produk-produk unggulan NTB secara terencana. PIJAR (sapi, jagung dan rumput laut) misalnya.

Menurut Gubernur Zul semua itu merupakan program yang sudah sangat bagus. Tetapi untuk melanjutkannya bukan sekedar jual Sapi, Jagung dan Rumput laut saja.

Namun tahapan selanjutnya mulai mengarah kepada langkah mengolah  sapi, jagung dan rumput laut tersebut menjadi produk-produk olahan yang kompetitif.

"Sehingga teridentifikasi bahwa produk-produk tersebut setiap tahun berubah dan terukur peningkatan nilai," tambahnya.

Gubernur Zul menegaskan,  NTB tidak akan maju kalau setiap tahun kita jual jagung, kopi, garam dan madu saja.

"Sekarang okelah kita punya jagung, kopi, garam dan madu. Tapi tahun depan sudah harus jagung, kopi, madu dan garam yang diolah," tegasnya.

Ia berharap tahun depan NTB harus memiliki produk-produk unggulan seperti mesin-mesin pengolah hasil perikanan, mesin pengolah hasil pertanian, mesin pengolah hasil hutan, perkebunan dan lainnya.

Gubernur Zul mengajak seluruh jajaran berpikir inovatif dan agak detail.

"Saya nggak mau dengar lagi, kita mau memproduksi semata jagung, kopi, madu dan garam. Bikin list 10 atau 15 produk- produk di sektor pertanian dan pertambangan, termasuk dengan akan hadinya smelter, akan banyak yang bisa dilakukan. Bahkan di SIKIM UTS sudah akan ada pengolahan rumput laut dan daging," ujarnya.

Sementara, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB, Budi Septiani menyampaikan bahwa industrialisasi bidang peternakan dinilainya paling berpeluang dilakukan segera.

Karena menurutnya, bahan baku tersedia, ditambah dukungan sarana prasarana juga sudah tersedia.

Seperti RPH yang berstandar nasional. Di pulau Lombok, ada RPH Banyumulek. Sedangkan RPH yang ada di Kota Bima dan Pototanu di KSB serta Sumbawa, nantinya bisa ditingkatkan untuk memenuhi standar yang ditentukan.

"Hal ini juga salah satu strategi memotong rantai distribusi yang mengakibatkan harga daging sangat tinggi," katanya.

Ia juga mengungkapkan hasil FGD pihaknya bersama kadis perindustrian dan pak Ihwan dari STIP juga perwakilan bappeda di LIPI, terdapat  5 produk olahan daging, dan 2 produk diantaranya yang sudah siap ijin edarnya.

Di akhir diskusi, Penjabat Sekda NTB, Ir.H.Iswandi, M.Si menyarankan kepada Kepala Bappeda agar fokus terlebih dulu pada mapping produknya dari semua perangkat daerah yang telah memiliki proses pengolahan/pasca panen.

Sebagai contoh dari dinas lingkungan hidup dan kehutanan ternyata sudah memiliki proses industrialisasi beberapa produk. Seperti minyak kayu putih dll.

"Nanti saya akan mengundang semua Kepala Perangkat Daerah terkait untuk menghimpun produk-produk olahan yang sudah eksis," pungkasnya. (Diskominfotik NTB/*)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • NTB Petakan Komoditi yang Siap Dikembangkan dalam Industrialisasi

Trending Now