Gubernur NTB Dr H Zulkieflimansyah. |
MATARAM - Namanya digadang-gadang maju sebagai Capres dalam Pilpres 2024 bersama sejumlah kepala daerah lainnya, Gubernur NTB Dr H Zulkiefliemansyah menilai hal tersebut sebagai hal yang wajar dalam dinamika politik.
Zulkieflimansyah mengatakan, dicalonkan ataupun mencalonkan diri adalah hal yang sah-sah saja terjadi dalam dunia politik. Bagaimana pun, hal tersebut bukan mustahil bisa saja terjadi.
"Artinya kalau nama kita diperhitungkan, ya itu sah-sah saja," ujarnya kepada sejumlah wartawan di Mataram, Rabu (21/4).
Zul mengatakan, menghadapi Pilpres 2024 semua partai politik tentu akan mengambil sikap realistis, mengingat Pilpres dan Pemilu Legislatif (Pileg) dilaksanakan bersamaan, sehingga semua partai akan berusaha untuk menampilkan calon-calonnya. Namun, bukan sekedar ingin memenangkan Pilpres tetapi untuk menyelamatkan suara partai di Pileg.
Ia mencontohkan saat Pileg 2019, di mana yang menerima panen dari Pilpres adalah Gerindra dan PDI Perjuangan, karena masing-masing punya calon ketika itu.
"Siapa yang kenal calon Gerindra di satu kabupaten tapi dapat kursi, karena ada Prabowo sebagai capresnya. Nah sekarang kita juga ingin demikian," ujarnya.
Oleh karena itu, pada Pilpres maupun Pileg 2024 mendatang, PKS tidak ingin main-main, kenapa demikian agar PKS juga diperhitungkan oleh partai lain.
"Contoh Anies pernah jadi Ketua Senat UGM, Gubernur Jakarta sekarang. Kita juga pernah jadi Ketua Senat UI, jadi gubernur juga. Lalu yang lain-lain saja nggak punya partai berani, masak kita nggak. Artinya kita maju bukan sesuatu yang mustahil juga. Tapi bukan berarti kita maju karena kebelet atau ngotot juga," tegasnya.
"Saya tiga periode di DPR dan dikenal banyak orang, apalagi semua itu adalah teman. Karena saya tiga periode di DPR dan dikenal banyak orang. adi maksud saya itu menjadi capres dan cawapres itu bukan hal yang terlampau mewah juga buat kita itu biasa saja," sambungnya.
Disinggung apakah pengabdian di NTB sebagai gubernur hanya cukup satu periode?. Zulkieflimansyah secara tegas menyatakan bahwa antara Pilpres dan Pilgub berbeda, apalagi Pilgub dilakukan belakangan setelah Pilpres dan Pileg.
"Pilgub inikan belakangan, masih lama. Jadi kita lihat saja, karena kita belum tentu besok masih hidup. Ini kan cita-cita ingin jadi begini begitu," ujarnya.
Zulkieflimansyah sendiri mengaku tidak ingin masyarakat NTB melihat isu dirinya menjadi capres dan cawapres sebagai sesuatu yang wow dan wah. Namun bagaimana hal-hal semacam itu dianggap sesuatu hal yang biasa terjadi.
Terlebih, di NTB sendiri banyak tokoh-tokoh asal NTB yang layak diperhitungkan dalam kancah politik nasional.
"Orang NTB banyak yang bisa, contoh ada Tuan Guru Bajang (TGB), Hamdan Zoelva, Fahri Hamzah, dan Din Syamsudin. Jadi jangan kerdilkan tokoh-tokoh kita dalam kolam yang kecil. Jadi biasakan saja, sehingga orang mengatakan orang NTB itu jadi capres biasa aja, bukan hal yang wow gitu biasa aja. Sehingga kenapa kita sekolahkan orang-orang kita keluar negeri itu supaya mereka melihat itu biasa, ndak melihat itu hebat. Jadi bagaimana alam sadar kita tidak di kreat diciptakan untuk membiasakan hal yang besar," katanya.