Rapat Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan Dan industri Daerah BLK Lombok Timur dengan Kepala Dinas Tenaga Kerja NTB I Putu Gede Ariyadi |
MATARAM- Sebanyak 1000 tenaga kerja untuk mengisi peluang kerja pada 300 unit home stay yang sudah dibangun untuk mendukung destinasi super prioritas nasional di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika NTB, kini sedang disiapkan. Home stay tersebut tersebar keberadaannya di kawasan lingkar penyangga KEK Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah hingga Kabupaten Lombok Timur.
"Pada tahap awal ini, setidaknya dibutuhkan 1000 orang tenaga kerja untuk home stay yang telah dibangun, dengan asumsi masing-masing homestay membutuhkan 3 hingga 4 orang pekerja dengan spesifikasi skill sebagai house keeping, from ofice dan engineer " ungkap Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi NTB, Gde Putu Aryadi, S.Sos.MH didampingi Kepala BLK Lombok Timur, H.Sabar, S.Pd beserta Ketua dan Pengurus Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan dan Industri (FKLPI) NTB di killa hotel Senggigi, Kamis (8/7-2021).
Para Pekerja Home stay tersebut, kata mantan Kadiskominfotik itu, sebelum dipekerjakan di lembaga usaha dan industri yang mendukung berbagai event nasional dan internasional di KEK Mandalika, maka terlebih dahulu akan dibekali pelatihan kerja berbasis kompetensi di BLK Lombok Timur dan BLKDLN Provinsi NTB serta didukung instruktur profesional dari dunia industri.
Jadi kolaborasi dan sinergi yang kuat antara lembaga pelatihan dan dunia usaha. "Bagi pekerja yang sudah punya pengalaman kerja sebelumnya, maka cukup dilakukan up skilling saja. Tahap pertama pelatihan akan dilaksanakan pertengahan bulan Juli ini dengan total jam pelajaran 80-160 jam," terangnya.
Menurut Aryadi, pola pelatihan kerja yang dilakukan kedepan, tidak lagi hanya berbasis kompetensi saja, melainkan juga berbasis penempatan. Artinya, setiap lulusan pelatihan kerja, selain sudah memiliki spesifikasi skill yang dibutuhkan dunia industri atau lembaga usaha, juga harus langsung diserap oleh perusahaan atau membangun usaha mandiri. "Jadi tidak boleh nganggur," tegasnya.
Ia menegaskan pelaksanaan Pelatihan akan percuma jika tidak terserap di dunia kerja. Jika hal ini terus berlanjut, maka nantinya akan timbul ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga pelatihan jika hasilnya tidak terserap di dunia industri, ujar Pak Gde sapaan akrab Kepala Dinas Nakertrans NTB itu.
Lebih lanjut, untuk mencapai itu dibutuhkan strategi agar kedua sektor, yaitu Lembaga Pelatihan sebagai sektor penyiapan SDM dan sektor dunia industri saling terhubung. “Perlu ada evaluasi terkait metode agar hasil pelatihan dapat terserap ke dunia industri, apalagi di sektor pariwisata yang butuh pengenalan lebih dalam,” kata Mantan Irbansus di Inspektorat Prov. NTB.
Kadisnakertrans Prov. NTB menyampaikan hasil pelatihan BLK/LLK setiap tahun sebanyak 6.000 orang. Namun, BLK/LLK belum bisa memastikan bahwa para lulusan pelatihan itu terserap di dunia industri. Berbeda dengan hasil pelatihan dari LPKS yang bisa terserap sekitar 60% dari hasil pelatihan. “Jadi penting adanya perluasan keanggotaan antara lembaga pelatihan dan dunia industri, apalagi di NTB ini didukung Sektor Pertanian, Kelautan dan Perikanan serta Sektor Pariwisata yang sangat baik, sehingga dapat menyerap hasil pelatihan,” kata Pria yang disapa Gede ini.
Sementara itu, Kepala BLK Lombok Timur Sabar, S.Pd mengatakan Forum ini dapat menjadi jembatan antara dunia pelatihan dan dunia industri. Apalagi tahun 2022 pelatihan tidak lagi berbasis kompetensi, tetapi pelatihan Berbasis Penempatan. Jadi, siswa yang telah dilatih di BLK/LLK tidak hanya memiliki kempetensi, tetapi juga penempatan kerja. “Oleh karena itu, dengan adanya forum ini, kami tahu anak-anak yang kami latih apakah dibutuhkan oleh dunia industri atau dunia kerja,” ungkapnya pada Rapat yang dihadiri oleh perwakilan Hotel E-Commerce & Revenue Community (HERC) Lombok, Indonesian Food & Beverage Association, Asosiasi Chief Engineer Lombok dan perwakilan Kadin NTB.
Pada kesempatan itu, Kepala BLK Lombok Timur menyampaikan akan melaksanakan sekitar 9 paket pelatihan tambahan tahun ini dengan kejuruan House Keeping, Front Office, E-commerce, Engineering, Barista. Bentuk-bentuk pelatihan terbagi menjadi hard skilling, upskillng, dan reskilling. Dengan melibatkan peran asosiasi-asosiasi tersebut, diharapkan hasil pelatihan bisa terserap ke dunia industri.
Sedangkan, untuk pelatihan kejuruan engineering sudah menghasilkan 16 lulusan yang memiliki seritifikat kompetensi dan telah ditempatkan di dunia industri, bahkan menghasilkan wirausaha baru mandiri.
"Total ada 800 engineering yang membutuhkan sertifikat kompetensi agar dapat terserap di dunia industri. Untuk tahap selanjutnya pelatihan engineering dilaksanakan di BLKDLN Provinsi NTB," ujar Chief of Engineering, Wayan Arka.
Tidak hanya itu, Sudirman, Ketua Barista NTB mengungkapkan besarnya potensi kopi di NTB yang mendukung pengembangan industri barista yang tersedia di Lombok dan Sumbawa. Menurutnya saat ini sudah tumbuh pesat industri barista dan talenta di sektor ini cukup tinggi. Hal itu, kata Sudirman jika berkaca pada hasil pelatihan Barista yang sudah dilakukan BLK selama ini, semuanya sudah terserap didunia industri dan sebagian besar lainnya dari lulusan pelatihan itu, sudah berhasil membangun usaha mandiri.
Oleh karena itu, untuk mendukung pengembangan sektor ini, maka selain pelatihan, juga di bulan Oktober nanti akan dilaksanakan workshop dan kompetisi barista, sekaligus pembentukan International Barista Association (IBA). Ajang ini dapat mempromosikan potensi kopi yang ada di NTB.