![]() |
Juliana Marins, turis Berasil yang jatuh saat mendaki puncak Gunung Rinjani, Lombok, NTB. (Foto: Istimewa/MP). |
MANDALIKAPOST.com – Pemandu wisata berinisial AM yang mendampingi Juliana Marins (27), turis asal Brasil yang meninggal akibat jatuh saat mendaki Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), kini tengah menjalani pemeriksaan intensif oleh Satreskrim Polres Lombok Timur (Lotim).
Juliana Marins ditemukan tewas setelah terjatuh ke tebing sedalam 200 meter di jalur menuju puncak Rinjani pada Sabtu (21/6).
Dilansir dari detikbali.com Pemandu AM telah diperiksa dua kali, yakni pada Rabu (25/6) dan Kamis (26/6). Kasatreskrim Polres Lotim, AKP I Made Dharma Yulia Putra, membenarkan pemeriksaan tersebut.
"Iya (sudah diperiksa) tadi sama kemarin. Sudah dua kali (diperiksa)," ujar Dharma saat dikonfirmasi.
Pemeriksaan terhadap AM dilakukan untuk menggali lebih dalam kronologi kejadian yang menimpa Juliana Marins hingga akhirnya meninggal dunia.
"Interogasi-interogasi awal saja," tambah Dharma.
Informasi yang dihimpun mandalikapost.com menyebutkan adanya dugaan bahwa AM meninggalkan Juliana saat menuju puncak Gunung Rinjani. Namun, Dharma enggan berkomentar banyak mengenai dugaan tersebut.
"Masih didalami. Tidak bisa dugaan-dugaan itu, belum pasti itu. Kami belum tahu juga seperti apa, masih pendalaman," tegasnya.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Yarman, menjelaskan bahwa ada jarak antara AM dengan Juliana sebelum korban terjatuh.
"Benar ada space (jarak) antara korban dan rombongan. Jadi saat korban jatuh ada jarak dengan rombongan sehingga tidak terkontrol dengan baik," ungkap Yarman.
Menurut Yarman, sebelum terpisah dari rombongan di jalur pendakian, Juliana sempat meminta istirahat kepada AM. AM dan rombongan kemudian melanjutkan perjalanan dengan perkiraan jarak beberapa menit di depan.
"Jadi dia (korban) sedang istirahat di bawah, tidak naik tapi teman-temannya naik dan jarak yang agak berjauhan dengan rombongan, tidak dekat dari lokasi guide-nya," jelas Yarman.
Berselang sekitar 30 menit, AM bersama lima teman Juliana Marins mendengar suara minta tolong. Namun, karena kondisi kabut tebal, AM tidak bisa melihat keberadaan Juliana.
"Kurang lebih 30 menit jarak korban dan rombongan ternyata korban sudah tidak ada di lokasi, dilihat dia sudah jatuh oleh guide-nya," kata Yarman.
Saat ini, jenazah Juliana Marins telah diberangkatkan menuju Bali pada Kamis (26/6/2025) sore untuk proses autopsi. Rencananya, autopsi akan dilakukan di Rumah Sakit (RS) Bali Mandara, Denpasar, pada Jumat (27/6/).
Plt Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Mataram, Mike Wijayanti Djohar, menjelaskan alasan autopsi dilakukan di Bali.
"Jenazah ini akan dilakukan (autopsi) di Bali, karena kami punya dokter spesialis forensik satu-satunya di NTB sedang ada tugas di Sumatera," terang Mike.
Jenazah Juliana diberangkatkan dari RS Bhayangkara sekitar pukul 15.15 WITA melalui jalur laut dari Pelabuhan Lembar menuju Pelabuhan Padangbai, Karangasem, dengan pengawalan ketat pihak kepolisian.