Mengintip Peluang Coffee Shop di Pulau Seribu Masjid

Rosyidin
Kamis, September 14, 2023 | 00.02 WIB Last Updated 2023-09-13T16:02:56Z
Salah satu peserta kursus barista, saat perkatik bikin coffee espresso di kaki Gunung Rinjani. (Foto: Rosyidin/MP).


MANDALIKAPOS.com - Budaya minum kopi kini tak lagi didominasi oleh segelintir orang. Kebiasaan meminum kopi kini telah bertransformasi menjadi sebuah tren dan gaya hidup. Kopi juga tidak mengenal usia tua atau muda, pria atau wanita, anak-anak pun tak luput menggemari minuman berwarna hitam pekat ini. 


Bahkan sebagian orang, menjadikan kopi sebagai teman setia di pagi hari sembari nonton TV atau membaca koran. Ada pula yang menjadikan minuman kopi sebagai minuman wajib tatkala berbincang bersama teman dan keluarganya.


Terlebih teradisi masyarakat Lombok (Suku Sasak) dari dulu hingga sekarang minum kopi dijadikan kebisaan dan sebagai jamuan utama bagi setiap tamu yang bertamu ke rumah warga. 


"Dari dulu hingga sekarang, pertama kali  kita tawarkan ke tamu itu minum kopi, begitu juga sebaliknya. Misal kita bertamu ke rumah tetangga atau kelurga kita,  kadang tiga kali kita minum kopi sehari di tempat  berbeda.Teradisi ini kan, jadi kebiasaan turun temurun dari nenek moyang kita," ujar Muhammad Syahidul Wthan, saat memberikan materi kepada para peserta kursus Barista, Sembalun (12/9) belum lama ini. 


Tren penikmat kopi yang semakin meluas ini tentu saja menjadi ladang bisnis basah bagi sebagian orang yang jeli melihat peluang. Tak heran, bisnis coffee shop atau kedai-kedai kopi pun menjamur di mana-mana.


Muhamad Taopik adalah salah satu pemain di bisnis ini. Dunia kopi memang bukan hal yang baru bagi pria akarab disapa Opik ini. Pria yang pernah bekerja sebagai barista di Sanubari Coffee Bar yang ada di Malang, Jawa Timur, telah lama berkecimpung di dunia kopi.


"Awalnya saya coba-coba bikin kopi di kos waktu kuliah. Eh ternyata asyik tuh dan saya bisa karena otodidak," tutur Opik.


Gagasan untuk membuka Coffee Shop di Lombok pada tahun 2015 lalu. ketika pria ini pulang dari Malang, melihat peluang itu Opik langsung membuka Coffee Shop dengan nama "Sanu Coffe" tepatnya di kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. 


"Gagasan untuk membuka Coffee Shop, berawal dari saya suka minum kopi. Intinya asal ada kemauan pasti kita bisa," pungkasnya. 


Pengalaman bekerja di salah satu kedai kopi ternama di Malang, diakui Opik sangat membantunya dalam memulai bisnis tersebut. Opik juga tak putus belajar meracik kopi untuk menemukan cita rasa yang berbeda.


“Saya sering mencampur bahan-bahan untuk menciptakan varian rasa kopi yang baru. Jangan tanya lagi kalau gagal, awal-awalnya saya sering gagal dan korbannya adalah teman kos dan teman kuliyah,” ujar Opik seraya tertawa.


Inovasi itu sambung Opik, sangat penting ditengah menjamurnya kedai kopi dan persaingan yang semakin sengit saat ini. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi baru untuk menghasilkan rasa kopi dengan varian yang unik dan tidak umum.


Umumnya, para pelaku usaha hanya menjual varian rasa Cappuccino, Black Coffee, Espresso, dan Coffee Latte dengan rasa yang standar. Jika ingin dikenal pasar dan digemari, Opik menyadari satu-satunya langkah yang harus dilakukan adalah menciptakan sesuatu yang berbeda.


Opik sendiri menyuguhkan varian menu yang cukup beragam, mulai dari Single Origin Coffee, Espresso, Cappuccino, Caffe Latte, Caramel Latte, Vanilla Latte, Avocado Coffee, Cookies N’ Cream, Caffe Amarulla, Kopi Tubruk dan Vietnamese Iced Coffee. Minuman kopi itu disajikan dengan garnish sirup cokelat, sirup strawberry atau pun bubuk kayu manis (cinnamon).


Berbagai varian rasa itu merupakan hasil inovasi dan kreasi Opik, ditambah dengan bekal pengalaman sebelumnya. Produk kopi milik Opik itu untuk varian harga dibanderol bervariasi, mulai dari Rp25-35K per cup dengan varian kopi, Milk Based hingga varian Moktail include makanan ringan sebgai pendampingnya. 


Dalam sehari, Opik mengungkapkan bisa kedatangan pengunjung 20-40 orang per hari waktu dibuka jam operasional selama 12 jam. Pengunjung yang datang ke coffee shop yang dikelolanya itu dari kalangan mahasiswa, pegawai kantoran dan masyarakat umum.


"Jika kita hitung rata-rata, pendapatan saya mencapai Rp500-1 juta per hari. Berarti jika dikalkulasikan dalam sebulan, omset saya mencapai Rp15-30 juta per bulan," tuturnya Opik,  sembari tersenyum sumringah.


Selain jadi owner dan barista kopi di " Sanu Coffee" di kota Mataram, pekerjaan utamanya ia sebagai distributor peralatan coffee shop dan bahan baku untuk area Indonesia Timur. Yang mencakupi Bali, NTB, Plores dan Makasar.


"Kita buka cabang di Mataram, pusatnya di Malang Jawa TimurTimur," katanya.


Ke depannya, Opik akan terus berinovasi dengan produk kopi miliknya, dan dia juga menyimpan keinginan untuk memperluas usaha tersebut. Hingga saat ini, dia masih terus melakukan inovasi untuk menemukan varian baru.


"Pasar terus berkembang. Permintaan yang muncul pun semakin beragam. Kalau tidak ada inovasi baru, kita akan kalah.” pungkasnya.

Peserta kursus barista, praktik membuat kopi menggunakan mesin espresso. (Foto: Rosyidin/MP).


Dulu kopi itu dikenal indentik minuman para bapak-bapak (orang tua) saat ini tidak lagi. Dimana salah satu keunikan kopi, sambung Opik dengan satu jenis bahan baku yaitu kopi bisa membuat berbagai macam minuman dari kopi.


Sekarang, ternyata kopi itu sudah menjadi gaya hidup (life stayle). Jadi kedepannya tidak ada istilah kopi itu akan mati dan punah, artinya peluang bisnis di kopi ini sangat menjajikan.


"Banyak lini dan usaha yang bisa kita buat dari kopi. Seperti saya. Pekerjaan utama saya sebagai suplayer alat coffee shop,  jadi saya menjual alat untuk teman-teman kopi shop resto dan villa," terangnya. 


Di Mataram sendiri, sekarang sedang menjamurnya kopi shop resto yang menjual menu-menu varian kopi. Banyak lini usaha yang bisa dikembangkan dari kopi itu sendiri, baik jadi petani kopi, barista dan pengusaha kopi. 


"Banyak teman-teman beralih ke rostri (tukang sangrai), terus ada yang jadi barista juga. Kedepannya kopi ini sangat berkembang terutama di Lombok, Sembalun khususnya," ujar Opik.


Tidak dipungkiri olenya tetkait persaingan, memang disemua bisnis ada persaingan. "Disini benar-benar kita diuji maslah mental dan ketekunan kita untuk menggeluti usaha tersebut," tegas Opik. 


Ia pun menceritakan pengalamannya sejak menggeluti duni barista itu, selalu ada yang dibicarakan terkait kopi, selalu ada bahasan yang dibicarakan. Entah dengan sesama peminum, penikmat dan pengusaha kopi, baik belum saling kenal atau sudah lama saling kenal. 


"Itu serunya kopi, selalu ada kesan yang kita temukan. Kalau boleh saya bilang, kopi itu bisa menjadi inspirasi, bisa mencairkn suasana dan menjalin silaturahmi terutama dalam sosilanya.Itu kesan yang kita dapat dari kopi," tutur Opik.


Terkait dengan pelatihan barista yang diselenggarakan oleh Derektur Al-Ummah Foundation Indonesia di Taman Surga Rinjani belum lama ini. Harapannya tidak muluk-muluk,  hanya sekeder mengenalkan kepada peserta. Bahwa, tahapan maupun proses kopi itu sangat panjang baru bisa dinikmati.


"Yang penting teman-teman tahu kopi itu seperti ini tahapannya,  dan sipa saja yang bergelut di dunia kopi. Na nati, kita pingin tahu sejauh mana teman-teman tertarik, entah itu tertarik menggeluti usahanya, tertarik menggeluti dunia barista dan atau tertarik lebih dalam mempelajari kopi," harapan Opik, sembari menutup perbincangannya. 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Mengintip Peluang Coffee Shop di Pulau Seribu Masjid

Trending Now