Momen sangkep nyelamet ghumi, Majelis Buddhayana Lombok Barat serukan suara perdamaian Pemilu 2024

Ariyati Astini
Jumat, Februari 02, 2024 | 21.20 WIB Last Updated 2024-02-02T13:20:02Z



Momen Deklarasi Pemilu Damai digaungkan kalangan umat Buddha Desa Mereje Lombok Barat, bersama dengan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha (STIAB) Jinarakkhita





MANDALIKAPOST.com- Suara Perdamaian untuk Pemilu 14 Februari mendatang kembali digaungkan kalangan umat Buddha Desa Mereje Lombok Barat, bersama dengan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha (STIAB) Jinarakkhita yang melakukan Kuliah Kerja Nyata diwilayah setempat pada Jumat (2/2). Kegiatan sekaligus dirangkaikan dengan Sangkep Nyelamet Ghumi, yang merupakan tradisi adat di Desa setempat, sehingga dihadiri oleh para tokoh agama dan tokoh adat juga tokoh masyarakat.



Melalui deklarasi Pemilu Damai ini, Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) Majelis Buddhayana Indonesia wilayah Lombok Barat, Nasib SH., S.Pd.B berharap, agar pesta demokrasi tahun 2024 berjalan aman dan berintegritas. Walaupun terdapat perbedaan dukungan pilihan dari masing - masing anggota maupun individu, namun ia meyakini dengan persamaan persepsi, sebuah bangsa yang berdaulat dengan persatuan yang kuat akan terwujud.



"Dari kegiatan ini juga semoga menjadi momen penting untuk membangun demokrasi Indonesia yang lebih kuat, serta mendapatkan hasil yang terbaik untuk seluruh masyarakat Indonesia," ujarnya.



Oleh umat Buddha setempat, kegiatan inipun menjadi momentum untuk sekaligus meningkatkan partisipasi pemilih. Komitmen menguatkan adat istiadat dan kerukunan umat beragama, juga dilontarkan melalui naskah deklarasi yang dibacakan secara serentak.



Sementara itu bagi kontestan politik, juga diharapkan dapat menjalankan tugas dan kepentingannya dengan jujur dan adil yang berlandaskan taat aturan yang mutlak. "Saran kami bagi semua orang yang tergabung dalam anggota partai politik semoga dapat menjalankan tugasnya dengan JURDIL serta selalu berlandaskan dengan pemikiran sadar penuh, dalam melakukan segala tindakan, dengan begitu maka anggota partai politik tidak akan melanggar etika dan norma yang ada dalam masyarakat," kata Romo Nasib.



Bias kebebasan menyampaikan pendapat di media sosial, juga turut menjadi perhatian para pemuka umat Buddha ini. Dimana setiap orang terkadang saling mengujar kebencian, dengan informasi yang sengaja dibuat seolah - olah menjadi kebenaran atau hoax, tentunya berpotensi memecah belah persatuan dan persaudaraan. Khususnya antar umat beragama yang kini telah terikat dengan toleransi.



"Jadi saya berpesan kepada masyarakat juga, agar tidak mudah percaya pada berita hoax dan ujaran kebencian. Berita hoax dan ujaran kebencian itu dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa," jelasnya.



Saling menghormati perbedaan pendapat politik lanjut Romo Nasib, merupakan budaya masyarakat Indonesia dengan keragaman suku dan agamanya. Dimana setiap orang memiliki hak dan kebebasan untuk memilih pemimpin sesuai yang diinginkan. Namun tetap mendukung upaya - upaya menjaga keamanan dan ketertiban selama Pemilu berlangsung.



"Pemilu damai merupakan wujud nyata dari budaya dan martabat bangsa Indonesia. Pemilu yang damai akan membawa kemajuan bagi bangsa dan Negara," pungkasnya.



Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Momen sangkep nyelamet ghumi, Majelis Buddhayana Lombok Barat serukan suara perdamaian Pemilu 2024

Trending Now