Jurnalis Lombok Timur Perkuat Pendekatan Gender dalam Peliputan Isu Remaja

Rosyidin S
Kamis, Juni 19, 2025 | 15.49 WIB Last Updated 2025-06-19T07:49:13Z
Koordinator YGSI, Safrudin (kiri) saat memaparkan capain YGSI di NTB, didampingi ketua FJLT, Rusliadi (tengah) dan Haikal (kiri). (Foto: Rosyidin/MP).

MANDALIKAPOST.com – Kalangan jurnalis di Lombok Timur (Lotim) berkumpul dalam sebuah diskusi tematik yang berfokus pada Pendekatan Transformatif Gender (Gender Transformatif Approach/GTA) dalam pemberitaan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) remaja. Berlangsung di aula DP3AKB Lotim, Kamis (19/6).


Acara yang diinisiasi oleh Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Lombok Timur dan sejumlah pemangku kepentingan ini bertujuan meningkatkan kapasitas media massa dalam menyajikan berita yang lebih berpihak pada gender, khususnya bagi para korban.


Sejak tahun 2022, YGSI aktif melatih media lokal untuk meningkatkan kesadaran jurnalis tentang HKSR. Diskusi kali ini menjadi tindak lanjut, menekankan pentingnya penerapan GTA saat meliput program-program Power to Youth (PtY).


Haekal dari Yayasan Gemilang Sehat Indonesia menjelaskan bahwa lembaganya menaruh perhatian pada dua isu utama yakni HKSR serta Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS). Di Nusa Tenggara Barat, YGSI beroperasi di Lombok Tengah dan Lombok Timur.


"Tujuan kegiatan kami hari ini adalah memberikan pemahaman tentang bagaimana pemberitaan yang berbasis gender dan positif, serta tidak menyudutkan gender," ujar Haekal.


Ia juga menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai evaluasi terhadap pemberitaan yang telah dimuat.


"Disinilah kita mengevaluasi diri sendiri melalui pemberitaan yang teman-teman buat," tambahnya.


Ia menyoroti kecenderungan pemberitaan yang kerap menyudutkan korban, terutama dalam kasus kekerasan seksual.


Senada dengan Haekal, Koordinator YGSI, Safrudin, menggarisbawahi pentingnya sensitivitas dalam meliput isu HKSR dan KBGS. Ia menekankan agar jurnalis selalu mengutamakan sudut pandang korban.


"Bantu korban mendapat keadilan, Ungkap akar masalah dengan objektif, Gali dan ungkapkan kebutuhan korban," ujarnya.

Safrudin juga mengingatkan para jurnalis untuk mengedepankan empati, dengan menghindari pertanyaan klise yang dapat membangkitkan trauma dan detail kronologis yang memilukan.


Selain itu, kecermatan dalam memilih narasumber yang kompeten dan mampu melindungi identitas korban juga menjadi poin krusial.


"Hindari mengandalkan satu narasumber, seperti pernyataan dari APH saja," tegasnya.


Ia juga berharap jurnalis dapat menonjolkan cerita-cerita positif, seperti kisah inspiratif dari kaum muda atau korban perundungan yang berhasil bangkit.


Sementara itu, Rusliadi, Ketua Forum Jurnalis Lombok Timur (FJLT), menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif YGSI.


"Jarang-jarang NGO tergerak untuk memperhatikan pemberitaan yang berpihak pada korban," katanya.


Rusliadi menegaskan bahwa media memegang peranan krusial dalam membentuk opini publik.


"Apa yang kita tulis, apa yang kita beritakan, akan menjadi kebiasaan masyarakat," jelasnya.


Ia menambahkan bahwa jika media terus-menerus menyajikan berita negatif, maka pemikiran masyarakat akan cenderung negatif, dan begitu pula sebaliknya.


Sebagai "pilar keempat demokrasi", media memiliki kekuatan besar dalam memengaruhi dunia.


"Tidak heran kalau media di Lombok Timur juga memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan, bahkan mengubah pandangan masyarakat," terang Rusliadi.


Untuk itu, Rusliadi merekomendasikan agar jurnalis memiliki pemahaman yang kuat tentang isu-isu gender, termasuk konsep kesetaraan dan keadilan gender.


"Jurnalis perlu mampu mengidentifikasi dan menghindari stereotip gender dalam peliputan, serta menyajikan narasi yang inklusif dan memberdayakan," pungkasnya.


Ia juga mendorong perusahaan media untuk meningkatkan kapasitas dan profesionalisme jurnalis melalui pelatihan tentang Pendekatan Transformatif Gender.


"Kita berharap, perusahaan media berinisiatif untuk meningkatkan kapasitas dan profesionalisme melalui pelatihan-pelatihan cara penulisan dan peliputan," tutup Rusli.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Jurnalis Lombok Timur Perkuat Pendekatan Gender dalam Peliputan Isu Remaja

Trending Now