Kilas Balik Tragedi Rinjani: Peringatan Keras untuk Pariwisata Indonesia, Jangan Sampai Bernasib Seperti Pattaya!

Rosyidin S
Senin, Juni 30, 2025 | 06.38 WIB Last Updated 2025-06-29T22:51:12Z
Ilustrasi: Gambar Gunung Rinjani, (Foto: Istimewa/MP).

MANDALIKAPOST.com - Insiden tragis yang menimpa Juliana Marins, seorang pendaki asal Brasil yang tewas di Gunung Rinjani, bukan sekadar berita duka. Ini adalah lonceng peringatan keras bagi industri pariwisata Indonesia, khususnya Lombok.


Dunia sedang menyoroti standar keselamatan kita, dan kita harus bertindak cepat agar tidak kehilangan kepercayaan wisatawan global, persis seperti yang pernah dialami Pattaya, Thailand.


Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun mandalikapost.com dari berbagai sumber. Kasus Juliana Marins menjadi viral secara global, bahkan memiliki halaman Wikipedia sendiri dan akun media sosial yang diikuti jutaan orang. Ini menunjukkan betapa besarnya atensi dan kekhawatiran publik internasional.


Jika kita tidak serius menangani masalah ini, citra Lombok sebagai "Bali kedua" bisa runtuh dalam sekejap.


Pattaya adalah contoh nyata. Dulu sangat populer, namun karena kurangnya kendali, minimnya regulasi keselamatan, dan fokus hanya pada keuntungan, reputasinya hancur dan wisatawan beralih ke destinasi lain.


Lombok, dengan segala potensi dan daya tarik Rinjani sebagai UNESCO Global Geopark serta kehadiran KEK Mandalika, kini berada di persimpangan jalan.


Jika tragedi serupa terulang, efek dominonya bisa fatal:

 * Citra negatif di pasar internasional, terutama Brasil dan Amerika Latin.

 * Kekhawatiran wisatawan global terhadap standar keselamatan wisata alam.

 * Potensi "travel warning" dari negara asing.

 * Terhambatnya investasi dan promosi pariwisata Lombok.


Ungkapan belasungkawa saja tidak cukup. Kita butuh aksi nyata! Pemerintah daerah dan pengelola Taman Nasional Gunung Rinjani harus segera melakukan audit menyeluruh terhadap protokol keamanan dan keselamatan. Ini termasuk memperketat prosedur penanganan darurat, penggunaan GPS, dan pelatihan pemandu.


Selain itu, pemetaan risiko dan kategorisasi jalur pendakian sangat krusial. Tidak semua jalur cocok untuk semua orang, dan setiap pendaki harus melalui skrining kemampuan fisik serta briefing keselamatan. Sertifikasi dan digitalisasi Tour Organizer (operator) wisata juga tidak bisa ditawar lagi; tidak boleh ada lagi operator atau pemandu liar.


Terakhir, manajemen krisis dan komunikasi global yang transparan sangat penting. Libatkan Kementerian Luar Negeri dan kedutaan besar untuk menunjukkan itikad baik dan tanggung jawab pemerintah.


Ini bukan hanya tentang menjual pemandangan indah, tetapi tentang membangun kepercayaan melalui pariwisata yang berbasis etika, edukasi, dan keberlanjutan.


Lombok, dan khususnya Rinjani masih punya waktu untuk berubah dan bangkit lebih baik. Mari jadikan tragedi ini sebagai titik balik menuju pariwisata yang lebih aman, nyaman, dan bertanggung jawab. Jangan sampai kita menyesal setelah terlambat, seperti Pattaya.


Bay. OPINI PUBLIK

#tragedirinjani #justiceforjuliana #JustiçaPorJuliana #RinjaniResponsibility #gunungrinjani #lombok

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kilas Balik Tragedi Rinjani: Peringatan Keras untuk Pariwisata Indonesia, Jangan Sampai Bernasib Seperti Pattaya!

Trending Now