![]() |
Ilustrasi: Tim SAR gabungan saat berpacu dengan waktu untuk mengevakuasi seorang WNA asal Berasil jatuh di Gunung Rinjani. (Foto: Istimewa/MP). |
MANDALIKAPOST.com – Tim SAR Gabungan TNGR, Polri-TNI dan relawan terus berjuang untuk mengevakuasi seorang pendaki asal Brasil, JDSP (27), yang jatuh di tebing sekitar Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Gunung Rinjani. Hingga Senin sore, upaya evakuasi menghadapi tantangan berat akibat medan ekstrem dan cuaca yang tidak menentu.
Korban, yang terpantau tak bergerak pada kedalaman sekitar 500 meter di tebing batu, pertama kali ditemukan menggunakan drone pada pukul 06.30 WITA.
Dua personel penyelamat segera diturunkan untuk mencapai lokasi dan mengecek kemungkinan pembuatan jangkar. Namun, upaya tersebut terhambat oleh keberadaan dua overhang besar, yang membuat pemasangan jangkar tidak memungkinkan.
"Tim kami harus melakukan climbing untuk bisa menjangkau korban,. Namun, kondisi kabut tebal mempersempit pandangan dan meningkatkan risiko, sehingga demi keselamatan, tim rescue ditarik kembali ke posisi aman," jelas salah satu petugas SAR di lokasi, dalam rilis diterima media ini, Senin (23/6).
Menanggapi situasi kritis ini, rapat evaluasi darurat digelar via Zoom pada pukul 14.30 WITA bersama Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Lalu Muhammad Iqbal. Gubernur NTB, dalam arahannya, menekankan pentingnya percepatan evakuasi.
"Kami mendorong percepatan evakuasi dengan opsi penggunaan helikopter, mengingat waktu kritis 72 jam atau 'Golden Time' dalam penyelamatan di alam bebas," ujar Miq Iqbal sapaan akrab Gubernur NTB.
Kepala Kantor Basarnas Mataram, Muhamad Hariyadi secara teknis menjelaskan bahwa evakuasi menggunakan helikopter memang dimungkinkan, tetapi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
"Helikopter harus memiliki spesifikasi yang paling tidak dilengkapi dengan hoist untuk air lifting," katanya.
"Selain itu, cuaca yang sangat cepat berubah juga menjadi faktor penentu apakah proses evakuasi menggunakan helikopter dapat dilakukan," imbuhnya.
Meskipun menghadapi berbagai kendala, tim SAR Gabungan tetap bersiaga dan berkomitmen penuh untuk melanjutkan upaya evakuasi.
"Tim tetap siaga dan berkomitmen melanjutkan upaya terbaik demi keselamatan dan kemanusiaan," tegas Hariyadi.
Evakuasi ini menjadi pengingat bagi semua pihak akan pentingnya menghormati alam dan memprioritaskan keselamatan. Seperti slogan yang kerap digaungkan, "Alam harus dihormati, keselamatan tetap utama. Salam Lestari! Salam Konservasi!"