"Dengan latihan yang sebelumnya, Alhamdulillah cepat sekali dilakukan evakuasi, beberapa jam kemudian helikopter mendarat dan langsung evakuasi," kata Iqbal saat diwawancarai awak media usai membuka sekolah Rinjani Rescue Vertikal Evacuation di Sembalun, Lombok Timur, Kamis (17/7).
Ia menambahkan, "Kita sudah menunjukan ke dunia internasional bahwa kita mampu mengurus Gunung Rinjani dengan baik," ujarnya.
Menyikapi insiden tersebut, Iqbal menekankan pentingnya perubahan cara pandang terhadap Gunung Rinjani. Ia berpesan kepada para travel agent dan trekking organizer (TO) untuk mulai memperkenalkan Rinjani sebagai destinasi "mountaineering", bukan lagi sekadar "trekking".
Perubahan istilah ini, menurutnya, adalah kunci untuk mengubah pola pikir pengunjung agar lebih mempersiapkan diri.
"Masalah mindset, kalau dijual dengan trekking nanti dikira bule-bule itu mereka jalan-jalan biasa seperti di bukit Teletubbies," terang Iqbal.
"Tapi kalau dijual dengan kata mountaineering, orang-orang akan lebih mempersiapkan diri dan membawa peralatan yang tepat," imbuhnya.
Gubernur Iqbal juga berjanji untuk terus meningkatkan keamanan dan keselamatan pengunjung di Rinjani melalui pelatihan dan penyediaan fasilitas yang memadai.
"Hari ini tahap pertama, yang ikut pelatihan rescue vertical dari Tim SAR, Porter dan pemandu," ujarnya.
"Kedepannya akan kami lakukan lagi kegiatan seperti ini dengan harapan sebanyak mungkin untuk sertifikasi rescue vertical kelas internasional," tambah Iqbal.
Selain itu, komitmen juga diberikan untuk menyiapkan peralatan evakuasi berstandar nasional yang akan ditempatkan di zona rawan kecelakaan.
"Kami siapkan alatnya sehingga kalau terjadi situasi seperti kemarin akan lebih mudah menurunkannya ke lokasi yang rawan," tutup Iqbal, menegaskan keseriusan pemerintah provinsi dalam menjadikan Rinjani sebagai destinasi mountaineering yang aman dan berkelas dunia.