![]() |
Hj. Aryanti Dwiyani, S.Pt.,M.Pd., Anggota VI BKOW NTB Bidang Kesehatan Masyarakat Provinsi NTB, (Foto: Rosyidin/MP). |
MANDALIKAPOST.com - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terus menunjukkan komitmennya dalam menekan angka stunting dengan menggelar kegiatan Bakti Stunting di Kecamatan Sembalun, pada Jumat (29/8).
Berfokus di Desa Sembalun Bumbung dan Desa Sajang, program ini merupakan bagian dari upaya memperkuat program, 'Desa Berdaya' di bidang kesehatan, khususnya dalam penanganan stunting pada balita.
Kegiatan ini secara khusus menyasar balita yang mengalami masalah berat badan, yang menjadi indikator awal terjadinya stunting. Intervensi yang diberikan adalah pemberian protein hewani secara langsung berupa dua butir telur per hari selama 14 hari kepada setiap anak sasaran.
Muhammad Johansyah, Ketua Tim Kerja Gizi Percepatan Penurunan Stunting Dinas Kesehatan Provinsi NTB, menjelaskan tujuan utama dari program ini.
"Kami ingin memutus rantai stunting itu sendiri dengan pemberian protein-protein hewani berupa telur," ujar Johansyah.
"Intervensi balita tidak naik berat badannya jika didampingi akan tuntas dan mengalami peningkatan berat badan selama 14 hari. Ini merupakan petunjuk dari Kementerian Kesehatan," imbuhnya.
Ia juga menambahkan bahwa telur dipilih sebagai intervensi karena ketersediaannya yang melimpah dan mudah didapat.
"Telur menjadi salah satu bagian, tapi kalau sumber protein seperti yang kita ketahui ya bukan telur saja, ada abon, ada ikan, ada ayam," terangnya.
"Apa yang kami lakukan ini bukan satu-satunya yang diterima oleh sasaran. Sebenarnya sasaran sudah menerima pemberian makan melalui pemenuhan gizi seimbang," katanya menambahkan.
Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Jumat, 29 Agustus ini merupakan hasil kolaborasi multipihak. Selain Dinas Kesehatan Provinsi NTB dan Dinas Kesehatan Lombok Timur, turut hadir pula Tim Penggerak PKK, Puskesmas Sembalun, bidan desa, petugas gizi, hingga kader posyandu.
Dr. Hj. Aryanti Dwiyani, S.Pt.,M.Pd., Anggota VI Bidang Kesehatan Masyarakat NTB yang mewakili Badan Kerja Sama Organisasi Wanita (BKOW) Provinsi NTB, menyampaikan kebanggaannya bisa berpartisipasi dalam kegiatan ini.
"Dengan semangat gotong royong, semangat kolaborasi, dan kerja sama dari semua pihak, terutama ada Dinas Kesehatan yang bergerak di depan, dan kami BKOW NTB mendampingi, itu merupakan bukti nyata bahwa pemerintah ini fokus dan peduli serta hadir di tengah-tengah masyarakat," tutur Dr. Aryanti.
Ia menyoroti pentingnya penanganan stunting yang komprehensif dan berkelanjutan. "Tidak bisa satu dua pihak saja yang terlibat, harus semua, dan harus terus-menerus. Continuity-nya terus-menerus, itu yang sangat-sangat penting," tegasnya.
Dr. Aryanti juga mengingatkan bahwa stunting tidak hanya dipengaruhi oleh asupan gizi, tetapi juga faktor lain seperti pola asuh orang tua, keluarga dekat dan lingkungan sekitanya.
"Pola asuh orang tua, karena anak yang terdepan yang dia lihat itu adalah orang tua. Bagaimana ibu dan bapak itu memperhatikan betul kondisi anaknya," pungkasnya.
Program ini diharapkan tidak berhenti sampai di sini. Dengan dukungan dari berbagai pihak, upaya pencegahan dan penanganan stunting di NTB akan terus berlanjut demi menciptakan generasi penerus yang sehat dan kuat, menuju generasi emas 2045.