![]() |
| Ketua Solidaritas Masyarakat Peduli Sembalun, Handanil SH, (Foto: Rosyidin/MP). |
Organisasi ini menilai kebijakan tersebut berpotensi merusak dua sektor penting di wilayah Sembalun yakni pendidikan dan keberlangsungan UMKM lokal.
Aset daerah yang direncanakan untuk dialihfungsikan itu diketahui masih digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan, mulai dari Sekretariat Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) hingga ruang pembinaan mutu guru. SMPS menilai pemindahan fungsi aset tersebut merupakan langkah yang keliru dan abai terhadap kebutuhan dasar masyarakat.
“Aset ini adalah ruang pendidikan, bukan ruang jual beli. Mengorbankan fasilitas guru demi proyek ritel modern adalah bentuk pengabaian terhadap masa depan pendidikan Sembalun,” tegas Handanil SH, Ketua SMPS saat dikomfirmasi, Kamis (4/12).
Tidak hanya sektor pendidikan yang menjadi sorotan. SMPS juga menilai bahwa kehadiran ritel modern berpotensi memukul keberlangsungan UMKM dan pedagang kecil. Berdasarkan pengalaman di berbagai daerah, ritel modern seringkali menggerus pasar lokal dan membuat usaha kecil tersingkir.
“Ritel modern sudah terbukti menjadi ancaman bagi ekonomi rakyat. Kalau satu gerai baru dibangun lagi di Sembalun, kita sudah bisa menebak dampaknya. Warung akan tutup, kios kehilangan pembeli, dan uang warga mengalir ke entah kemana,” kritik Handanil.
Mereka menilai Pemda justru memilih langkah tidak berpihak pada masyarakat dengan mengejar Pendapatan Asli Daerah (PAD) jangka pendek melalui kerja sama ritel modern, tanpa memikirkan dampak sosial dan ekonomi jangka panjang.
“PAD yang diperoleh sangat kecil, tapi harga yang harus dibayar masyarakat jauh lebih besar. Ini kebijakan yang tidak kreatif dan jelas tidak memihak UMKM,” ujarnya.
SMPS menegaskan bahwa pendidikan dan UMKM harus menjadi prioritas pembangunan daerah. Mereka meminta Pemda membatalkan rencana pembangunan ritel modern di atas aset pendidikan tersebut dan lebih fokus memperkuat ekonomi rakyat.
“Kami berdiri bersama masyarakat Sembalun. Pendidikan dan UMKM adalah fondasi kekuatan ekonomi lokal. Menjaganya berarti menjaga masa depan kita,” pungkasnya.
Rencana pembangunan ritel modern ini kini menuai sorotan dan mendorong warga untuk menggalang solidaritas lebih luas agar aset pendidikan tetap dipertahankan dan ekonomi lokal tidak tergerus dominasi usaha besar.

