![]() |
Budaya: Prosesi besembek yang dilakukan oleh Mangku Gunung kepada masyarakat Desa Sajang sebelum mendaki ke Gunung Rinjani. (Foto: Rosyidin/MP). |
MANDALIKAPOST.com - Di tengah keindahan alam Gunung Rinjani, terdapat sebuah tradisi yang sudah mengakar kuat di Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur. Ritual yang dikenal dengan nama 'Ngasuh Gunung' ini merupakan wujud kearifan lokal masyarakat setempat dalam memohon keselamatan bagi para pendaki. Ritual ini kembali digelar pada Senin (4/8/), sebagai penolak bala dan bentuk penghormatan terhadap alam.
Ritual ini telah dilakukan secara turun-temurun oleh nenek moyang masyarakat Sembalun yang meyakini pentingnya menjaga harmoni antara manusia dan alam.
Kiai Adat Edi Susanto menjelaskan bahwa 'Ngasuh Gunung' adalah ritual untuk memohon keselamatan agar terhindar dari marabahaya saat mendaki Gunung Rinjani.
"Ngasuh Gunung ini sebagai cara tolak bala (tolak musibah), itulah spiritual meminta keselamatan," ujar Edi Susanto, saat ditemui usai acara.
Menurutnya, Gunung Rinjani tidak hanya dihuni oleh para pendaki, tetapi juga makhluk tak kasat mata. Oleh karena itu, para pendaki diingatkan untuk selalu menjaga tata krama, memiliki akhlak yang baik, dan mencintai alam.
Prosesi 'Ngasuh Gunung' diawali di rumah adat dengan penyembelihan kerbau dan ayam. Dagingnya dimasak untuk dibagi-bagi jadi lauk masyarakat setempat dan para tamu undangan, kemudian pembacaan doa-doa, kemudian dilanjutkan dengan ritual 'besembek', yaitu meminta restu sebelum memulai pendakian.
Setelah itu, masyarakat bersama Mangku Gunung dan Kiai Adat akan melanjutkan perjalanan menuju Gunung Rinjani untuk melaksanakan ritual puncaknya membawa andang-andang ke pos dua, dilanjutkan di titik tempat jatuhnya Juliana Marins wisatawan asal Berasil serta tempat jatuhnya wisatawan asal Suis dan Belanda.
"Andang-andang itu dibawa ke pos dua dan titik-titik tempat jatuhnya wisatawan asal Berasil, Suwis dan Belanda," terang Edi.
Edi menambahkan, tradisi ini adalah warisan leluhur yang mengajarkan pentingnya etika dan penghormatan.
"Adat itu tata cara yang baik, baik mau ke Gunung, orang kita dulu kalau dia naik ke gunung dia menghormati dan cinta kepada alam," jelasnya.
Ia juga menceritakan bagaimana orang tua zaman dahulu selalu meminta petunjuk dari Mangku Gunung dan mengenakan pakaian rapi sebelum mendaki.
"Dengan niat dan akhlak dan adat baik, sehingga pergi dan kembali dari gunung selamat, itu bentuk sederhana orang tua dulu," pungkas Edi, menegaskan bahwa niat dan akhlak yang baik adalah kunci keselamatan.