![]() |
Sekda Lombok Timur, H.M Juaini Taofik, (Foto: Istimewa/MP). |
MANDALIKAPOST.com – Kasus dugaan keracunan makanan yang dialami sejumlah siswa di wilayah Pringgabaya, Lombok Timur (Lotim), setelah mengonsumsi makanan dari program MBG (Makan Bergizi Gratis), telah tertangani dengan baik di tingkat puskesmas.
Ketua Satgas MBG Lombok Timur, HM Juaini Taofik, membenarkan adanya insiden tersebut dan memastikan semua siswa yang terdampak telah mendapatkan penanganan.
“Semua yang terjadi kita tangani, tidak mungkin tidak ditangani. Kita semua tak menginginkan hal ini terjadi,” ucap Juaini Taofik, yang juga menjabat Sekda Lotim, Senin (20/10).
Ia menambahkan bahwa semua siswa berhasil ditangani di puskesmas tanpa ada yang perlu dirujuk ke rumah sakit, sebuah kondisi yang disyukuri.
“Alhamdulillah proses penanganan telah dilakukan, kita tidak menghendaki hal itu terjadi, tetapi kalau sudah terjadi, tidak mungkin berdiskusi, tetapi dilakukan penanganan,” jelasnya.
Investigasi Satgas: Jarak dan Waktu Penyajian Jadi Pemicu
Menanggapi permasalahan ini, Satgas MBG Lotim segera melakukan investigasi untuk mengidentifikasi penyebab siswa mengalami gejala diare dan muntah-muntah usai mengonsumsi makanan tersebut.
“Satgas melakukan investigasi,” kata Taofik.
Ia mengungkapkan bahwa hasil sementara investigasi mengarah pada masalah teknis penyajian.
“Dan Hasil investigasi salah satu penyebabnya, jarak lokasi penyajian terlalu jauh, dan lama,” paparnya.
Rekomendasi Satgas: Sekolah Wajib "Makan Bareng"
Untuk mencegah terulangnya insiden serupa, Satgas MBG mengeluarkan rekomendasi tegas. Satgas merekomendasikan agar pihak sekolah memastikan makanan MBG dinikmati langsung di sekolah oleh siswa dan tidak dibawa pulang.
“Sehingga Satgas merekomendasi agar pihak sekolah memastikan MBG tersebut dinikmati siswa di sekolah, karena itu untuk siswa, bukan dibawa pulang,” tegasnya.
Taofik bahkan mendorong pihak sekolah untuk memimpin kegiatan makan bersama (makan bareng) saat makanan tiba, mencontoh praktik baik di MTS Model Lotim. Di sana, proses belajar dihentikan sementara untuk mengajak semua siswa menyantap makanan tersebut.
“MBG ini juga harus tepat sasaran. Kalau itu jatah siswa harus dimakan oleh siswa,” jelas Sekda.
Ia menambahkan bahwa dugaan sementara siswa mengalami diare dan muntah-muntah adalah karena makanan dibawa pulang.
“Karena dibawa pulang ini dugaan siswa alami diare dan muntah-muntah,” sebutnya.
Menurutnya, budaya membawa (berkat) pulang tidak boleh diterapkan dalam program MBG ini karena dapat menyebabkan makanan segar menjadi kelamaan tidak langsung dimakan.
“Makanan MBG ini makanan segar semua, bukan makanan pengawet,” pungkas Taofik, menekankan bahwa langkah antisipasi ini bertujuan agar niat baik program ini tercapai.