![]() |
Kadis Pertanian Lombok Timur, Lalu Fathul Kasturi, (Foto: Rosyidin/MP). |
MANDALIKAPOST.com – Kepala Dinas Pertanian Lombok Timur (Lotim), Lalu Fathul Kasturi, memastikan bahwa stok pangan di wilayahnya, termasuk beras dan jagung, aman menjelang Hari Pangan Nasional. Namun, di tengah klaim ketahanan pangan tersebut, program pengembangan bawang putih di Sembalun menjadi sorotan, khususnya terkait jaminan harga jual bagi petani.
Lalu Fathul Kasturi menyampaikan bahwa produksi padi di Lombok Timur saat ini menunjukkan hasil yang menggembirakan.
"Alhamdulillah proses ini cukup bagus, termasuk tanaman padi kita dari target tanam kita Januari sampai Desember kita targetkan kita 60.000 hektar dan sampai pada saat ini produksi kita rata-rata 7,2 ton per hektar, produksi yang cukup tinggi," ujarnya saat ditemui pada Kamis (16/10).
Ia menambahkan bahwa produksi tersebut sudah diserap oleh Bulog dan kondisi stok beras sudah melebihi target, mencapai 115% dari target Bulog.
Terkait komoditas lain, Lalu Fathul Kasturi menyebut komoditas cabai sempat mengalami penurunan saat musim hujan, tetapi kini kembali normal dengan harga yang stabil.
"Kalau cabai Alhamdulillah sekarang Rp18.000 di pasar. Kita sudah survei harga segala macam di beberapa pasar Rp18.000 dan itu sudah normal," katanya.
Program pengembangan bawang putih, khususnya di Sembalun, juga terus digalakkan dengan hasil panen yang menjanjikan.
Lalu Fathul Kasturi menargetkan Lombok Timur menjadi sentra nasional bawang putih. "Target kita juga untuk bawang putih memang kita sesuaikan dengan luasan yang ada. Memang di Sembalun itu luasannya kita kita punya 1.300 hektar," terangnya. Ia juga mengungkapkan bahwa hasil panen dari program tersebut bisa mencapai 20 ton per hektar.
Di sisi lain, perwakilan petani Sembalun, Hidmatul Arif, menyambut baik program upline bawang putih. Namun ia menyoroti pentingnya jaminan dan perlindungan terhadap harga hasil produksi.
Ia juga mengeluhkan bahwa waktu tanam tidak bisa disamakan di semua desa di Sembalun karena perbedaan kultur dan pola taman berbeda terutama ketersediaan air.
"Khusus di wilayah kami di Desa Sajang. Seandainya program ini berlanjut dan untuk dibudidayakan kembali, kami berharap bibit bawang putih itu sudah bisa masuk sekitar di akhir bulan dua atau awal bulan tiga," ujar Arif, menyinggung masalah waktu tanam yang bergantung pada curah hujan.
Namun, perhatian utama petani adalah pada jaminan harga jual. Arif menekankan, "Yang paling penting adalah dari program ini kita bukan hanya sekadar mengejar hasil produksi ya, akan tetapi bagaimana memberikan perlindungan dan jaminan terhadap hasil produksi itu sangat penting." Ia mencontohkan harga jual bawang putih sempat anjlok hingga di bawah Rp500 ribu per kuintal.
Menurutnya, harga tersebut tidak sebanding dengan biaya produksi. "Dengan harga yang saat ini Rp500 per kuintal saat ini. Petani rugi dan sangat miris lah, tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani," keluhnya.
Petani berharap adanya jaminan harga yang layak agar mereka bisa mendapatkan keuntungan.
"Paling tidak harga bawang putih basah baru dipanen itu di angka Rp1.100.000 per kuintal (11 ribu per kilogram). Itu baru petani bisa untung dan mengembalikan apa yang sudah dikeluarkan," pungkasnya.
Pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian diharapkan dapat menjembatani petani dengan pasar dan menjamin stabilitas harga.
Lalu Fathul Rahman menanggapi aspirasi petani dengan menyatakan tugas dinas adalah memproduksi setinggi-tingginya dan akan mengarahkan ke petani.
"Begitu produksi kita berhasil, ya secara moral kami pun harus memberikan peluang pasar kepada petani-petani kita," janjinya.