![]() |
| Hj. Nurhidayati Taofik S.St.,Nph, Kabid Penyuluhan dan Pergerakan Dinas DP3AKB Lotim, (Foto: Rosyidin/MP). |
MANDALIKAPOST.com - Pemerintah Kabupaten Lombok Timur (Lotim) terus mempercepat upaya penurunan angka stunting melalui penguatan kolaborasi lintas sektor. Komitmen ini dikukuhkan dalam Mini Lokakarya (Minilok) Pencegahan Stunting yang digelar di Kecamatan Sembalun (23/10) belum lama ini.
Acara ini menjadi forum strategis untuk menyelaraskan program dan strategi penanganan stunting, khususnya yang menargetkan Keluarga Risiko Stunting (KRS) di Sembalun.
Minilok dihadiri oleh berbagai pihak penting, termasuk perwakilan DP3AKB Lotim, Camat Sembalun, Kepala Puskesmas beserta tim gizi, KUA, Polsek, Danramil, Kepala Desa se-Kecamatan Sembalun, dan UPTD-KP.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian 21 Mini Lokakarya yang diagendakan DP3AKB di seluruh kecamatan di Lotim.
Hj. Nurhidayati Taofik S.St.,Nph, Kabid Penyuluhan dan Pergerakan Dinas DP3AKB Lotim, menjelaskan bahwa fokus utama pembahasan adalah progres program Genteng (Gerakan Pencegahan Stunting) yang menyasar KRS. Keluarga berisiko ini mencakup balita bermasalah gizi, ibu hamil dengan kondisi "4P" (terlalu tua/muda, terlalu banyak/dekat jarak anak), dan keluarga dengan perkawinan usia anak.
"Logikanya mencegah lebih baik dari mengobati. Orang-orang yang menjadi data tunggu risiko stunting harus ditangani dengan baik agar jumlah kasus tidak bertambah," tegas Hj. Nurhidayati Taofik.
Beliau menekankan pentingnya pencegahan dini yang dimulai sejak remaja (usia SMP), yaitu dengan memastikan mereka tidak anemi dan memiliki status gizi yang baik sebelum menjadi calon pengantin.
Sebagai langkah preventif, calon pengantin diwajibkan memeriksakan kesehatan (skrining) ke Puskesmas sebelum mendapat rekomendasi menikah dari KUA. Skrining kesehatan ini, terutama untuk mendeteksi indikasi anemia pada calon ibu, merupakan intervensi vital dalam siklus hidup calon pengantin.
Sementara itu, Ainuddin S.I.P, Kepala UPTD DP3AKB Kecamatan Sembalun, menyebutkan bahwa KRS di Sembalun tercatat sebanyak 298 keluarga. Angka ini menjadi target utama intervensi program dan penyaluran bantuan dari orang tua asuh, termasuk dari ISWARA dan Ketua TP-PKK Lotim.
Untuk mengatasi risiko stunting ke depan, Ainuddin menyatakan akan memperkuat intervensi spesifik di tingkat desa melalui program Dapur Sehat Atasi Stunting (DASH).
"DASH dilaksanakan setiap bulannya di masing-masing Kampung KB. Kami melibatkan ahli gizi Puskesmas untuk mengedukasi KRS mengenai cara penyediaan menu makanan yang baik," tutup Ainuddin.
Mini Lokakarya ini menegaskan komitmen Lotim untuk menekan angka stunting dengan pendekatan terstruktur dan holistik, mulai dari pencegahan hulu (remaja dan calon pengantin) hingga intervensi hilir (balita dan KRS) melalui program inovatif seperti Genting dan DASH.

