![]() |
| Humaria: Para Mahasiswa jadi peserta International Confrence on Social Humanitis, berpose bareng setelah acara, (Foto: Istimewa/MP). |
MANDALIKAPOST.com
– Fakultas Dakwah dan Komunikasi Institut Agama Islam
Hamzanwadi (IAIH) Pancor kembali menunjukkan kiprahnya dalam dunia akademik global
dengan menggelar International Conference on Social Humanities (ICSH) 2025,
Kamis (11/12).
Acara Tersebut, mengusung tema “Resilience and Harmony: Navigating Social
Change, Humanities and Da’wa”, konferensi ini berlangsung di Ruang Rapat
Lantai 3 IAIH Pancor dan menghadirkan akademisi dari dalam dan luar negeri.
Ketua Panitia ICSH 2025, Daeng Sani Ferdiansyah, M.Sos., dalam sambutannya menyatakan bahwa konferensi ini dirancang sebagai wadah kolaborasi untuk memperkuat kontribusi akademisi terhadap isu-isu sosial yang terus berkembang.
“Konferensi ini bukan sekadar forum ilmiah, tetapi ruang kolaborasi untuk membaca ulang kondisi sosial kita. Melalui pertukaran gagasan, riset, dan dialog lintas negara, kita berharap dapat merumuskan perspektif baru yang relevan bagi masyarakat,” ujarnya.
Menurut Daeng, perubahan sosial yang cepat menuntut perguruan tinggi hadir memberikan arah dan solusi nyata. Karena itu, ICSH 2025 ditujukan sebagai platform berkelanjutan bagi peneliti, mahasiswa, maupun praktisi.
“Kami ingin ICSH 2025 menjadi tradisi akademik yang konsisten, yang tidak hanya memotret masalah, tetapi juga menawarkan arah perbaikan,” tegasnya.
Rektor IAIH Pancor, Dr. TGB. M. Zainul Majdi, MA, menilai tema ICSH tahun ini sangat relevan dengan perubahan pola pikir masyarakat, terutama dalam konteks dakwah kontemporer.
Ia menyoroti bahwa karakter audiens dakwah telah berubah
signifikan dalam beberapa dekade terakhir.
“Sekarang
audiens mempertanyakan banyak hal yang dulu dianggap aksioma atau postulat.
Pertanyaan jamaah pun bergeser dari isu domestik ke isu global,”
ujarnya.
Ia mengingatkan bahwa kondisi tersebut menuntut para pendakwah, akademisi, dan pemimpin publik untuk terus meningkatkan kapasitas keilmuan dan sensitivitas sosial.
“Kita tidak bisa lagi berdakwah dengan pendekatan lama. Masyarakat kini menuntut argumentasi, data, dan kedalaman pandangan,” tegasnya.
Sebagai pembicara tamu, Dr. Juzlinda Moh Ghazali, Dekan FMKK Universitas Islam Selangor, Malaysia, mengangkat isu penting terkait literasi digital dan etika kecerdasan buatan (AI).
Ia mengingatkan bahwa mayoritas populasi Muslim dunia merupakan generasi muda yang sangat dekat dengan teknologi.
“Masyarakat mengonsumsi lebih banyak informasi, tetapi menyerap lebih sedikit kebijaksanaan. Kita semakin terhubung secara digital namun semakin terputus secara emosional,” ujarnya.
Dr. Juzlinda menekankan perlunya kerangka etika AI dalam menjaga ketahanan sosial, terutama untuk mencegah disinformasi, manipulasi, dan kecanduan digital pada generasi muda.
“Kita tidak boleh hanya menjadi pengguna, tetapi harus menjadi pembentuk dan penjaga etis AI,” tegasnya.
Konferensi yang berlangsung dinamis ini diwarnai tingginya antusiasme peserta dalam sesi diskusi dan presentasi.
ICSH 2025 menjadi salah satu upaya strategis Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIH Pancor untuk memperkuat kontribusi akademik terhadap isu-isu sosial, kemanusiaan, dan dinamika dakwah di era digital.

