Pesona Taman Ayu, Desa dengan Segudang Potensi Seni Budaya

MandalikaPost.com
Jumat, Agustus 13, 2021 | 19.52 WIB
Wayang kulit Sasak, salah satu kesenian yang masih lestari di Desa Taman Ayu.

MANDALIKAPOST.com - Aksi bersih-bersih mingguan Dinas Pariwisata (Dispar) Lombok Barat (Lobar), Jumat (13/8) menyasar Desa Wisata Taman Ayu yang berada di Kecamatan Gerung.


Selain sebagai sarana edukasi dan diskusi dengan masyarakat, aksi bersih-bersih ini ternyata mempunyai target lain yang menyentuh unsur-unsur kepariwisataan lainnya.


Hal itu diungkapkan Kepala Dispar Lobar Saepul Akhkam usai aksi bersih-bersih yang dinamakan “Berwisata Sambil Bersih-bersih di Kawasan Wisata” itu.


Dikatakannya, target lainnya dari kegiatan ini adalah membangun kesadaran pariwisata. Kesadaran pariwisata itu dasarnya ada di masyarakat, soal kebersihan, soal kenyamanan, keamanan, ketertiban dan keramahan itu budaya-budaya yang harus ditumbuh kembangkan oleh masyarakat.


Kegiatan bersih-bersih Dinas Pariwisata Lombok Barat di pantai Induk, Desa Taman Ayu.

Selain itu, Akhkam berharap kegiatan ini juga mampu menumbuhkan solidaritas, kebersamaan, saling mengingatkan dan yang terpenting adalah bertemu  atau bersentuhan langsung dengan masyarakat, serta berdiskusi tentang keadaan kepariwisataan di desa.


"Ini bukan hanya sekedar bersih-bersih, tapi ini merupakan kegiatan membangun kepariwisataan," tegas mantan Kabag Humas Setda Lobar ini.


Ia kemudian menyampaikan apresiasi terhadap antusias pemerintah desa yang disebutnya dalam enam bulan terakhir memberikan dukungan luar biasa terhadap kegiatan rutin Dispar Lobar ini.


"Keterlibatan pemerintah itu luar biasa dalam kegiatan ini, kami mengapresiasi teman-teman di desa termasuk yang ada di Taman Ayu yang telah mulai membangkitkan semangat mereka, bahwa untuk membangun perekonomian di era pandemi dengan skema tumbuh bersama itu ternyata pintu masuknya bisa melalui pariwisata," tandasnya.


Desa Taman Ayu sendiri, selain dikenal dengan wisata alam pantainya, ternyata menyimpan kekayaan seni budaya yang merupakan warisan para leluhur dan yang masih terjaga kelestariannya hingga saat ini.


"Mungkin orang taunya Pantai Induk dan PLTU, tapi kami punya banyak kesenian budaya seperti gendang beleq, gamelan, kesenian wayang, budaya nyesek (tenun,red), hikayat, dan budaya lainnya yang bahkan pernah kami kemas dalam bentuk festival, dan itu yang kami prioritaskan," ungkap Kepala Desa Taman Ayu M. Tajudin.


Hal tersebut disebutkan Tajudin selain bertujuan sebagai atraksi wisata, juga sebagai usaha melestarikan budaya yang sudah diwariskan orang tua terdahulu.


Agar tetap eksis, dan untuk menunjang profesionalitas para seniman, pihak desa secara rutin memberikan pelatihan-pelatihan. Terlebih di masa pandemi saat ini , para seniman jarang keluar sehingga mereka dibuatkan jadwal latihankhusus.


“Jadi nanti kalau ada turis yang datang, kita gak perlu harus buat event dulu, cukup mereka melihat prosesi latihan. Mungkin juga sambil mereka mencoba ikut memainkan, misalnya seperti pagelaran wayang, gamelan, gendang beleq bahkan ikut nyesek juga nanti,” paparnya.


Ia pun kemudian menceritakan satu per satu potensi kesenian budaya yang dimiliki Desa Taman Ayu, dari Gamelan dan Gendang Beleq Bongor yang memang sudah dikenal luas di Lombok.


Gendang Beleq di Bongor (nama dusun,red) terangnya, yang sampai disewa kesana kemari bahkan sampai ikut festival dan menang.


“Ada lagi prosesi Nyesek di Dusun Gunung Malang, itu potensi besar yang sudah ada dari dulu, dan setiap hari masyarakat di sana Nyesek. Gak perlu ada event pariwisata atau apa, itu sudah aktivitas sehari-hari mereka,” lanjutnya. 

 

Selain gendang beleq, gamelan dan prosesi nyesek tadi, salah satu kesenian budaya lainnya yang ada di Desa Taman Ayu adalah kesenian wayang. Keberadaan seni wayang di Taman Ayu dikatakan Tajudin masih belum sementereng daerah lain. Hal itu diakuinya karena tema pementasan para seniman wayang di Taman Ayu lebih memilih tema yang idealis, bukan yang komersil. 


“Bagi orang awam mungkin wayang di sini kurang diminati karena cenderung temanya lebih idealis, berfokus pada kisah-kisah kerajaan dahulu. Beda dengan pentas wayang lainnya yang sudah bisa mengkolaborasikannya dengan cerita-cerita komersil,” katanya.


Namun, imbuhnya, bagi orang yang benar-benar paham seni pewayangan, wayang di Taman Ayu sangat diperhitungkan. Bahkan kebanyakan dari pengiring musik pentas wayang itu berasal dari Desa Taman Ayu.


“Di salah satu festival di Jogjakarta malah wayang di desa kami pernah dapat juara tiga,” sebutnya bangga.


Dengan potensi besar yang dimiliki Desa Taman Ayu, Tajudin berharap bisa memaksimalkan kekayaan seni budaya yang dimiliki, hingga mampu berkata banyak dikancah kepariwisataan Lombok khsusunya dalam bidang seni budaya.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Pesona Taman Ayu, Desa dengan Segudang Potensi Seni Budaya

Trending Now