Rusa Boleh Ditangkar, Bisa jadi Ikon Wisata NTB

MandalikaPost.com
Rabu, Juni 08, 2022 | 17.32 WIB
Pengunjung memberi makan Rusa di Sanctuary Rusa Timor, TWA Gunung Tunak, Lombok Tengah, NTB.

MANDALIKAPOST.com - Populasi Rusa (Cervus Timorensis) di wilayah NTB terus menurun. Selain upaya konservasi alami yang dilakukan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTB, pola penangkaran Rusa juga perlu dikembangkan, untuk menjaga populasi hewan endemis yang menjadi maskot Pemerintah Provinsi NTB.


"Pola penangkaran diperbolehkan, seperti di Aceh dan Buluran Jatim. Malah jika berhasil, Rusa bisa menjadi ikon wisata kita karena F2 dari penangkaran bisa dimanfaatkan," kata Kepala BKSDA NTB, Joko Iswanto SP MH, Rabu 8 Juni 2022.


Kepala BKSDA NTB, Joko Iswanto SP MH.

Joko mengatakan, masyarakat yang ingin melakukan penangkaran Rusa, BKSDA NTB akan memfasilitasi dengan cara dicarikan di sanctuary maupun dari penangkar lain.


"Bisa mengajukan permohonan, lalu akan dilakukan penilaian dan pemeriksaan teknis. Setiap tiga bulan akan dilakukan monitoring ke semua penangkar,” katanya.


Ia menjelaskan, sejauh ini BKSDA NTB sudah menerbitkan izin untuk sekitar 30 penangkaran Rusa di NTB. Jumlah populasi keseluruhannya berkisar 500 ekor. Hanya aja, umumnya penangkaran belum maksimal berkembang biak dan belum bisa menghasilkan Filial 2 (F2) atau generasi anakan selanjutnya.


"Rata-rata penangkaran kita belum menghasilkan F2, sehingga belum boleh dimanfaatkan," katanya.


BACA JUGA : Hampir Punah, Tapi Rusa Masih Ada di Gunung Tunak


Hasil analisa BKSDA NTB, lambannya perkembangan Rusa penangkaran salah satunya disebabkan jumlah populasi indukan Jantan yang lebih banyak dari populasi indukan Betina. Padahal idealnya satu ekor Rusa jantan memiliki setidaknya empat Rusa betina.


Selain itu, proses reproduksi Rusa pun cukup sulit. Rerata seekor betina hanya bisa melahirkan 1 anakan dalam setahun.


"Masalah utamanya populasi jantan lebih banyak. Bukan saja di penangkaran taoi juga di Sanctuary kami. Ini juga yang harus dikaji karena setiap lahir di NTB ini lebih banyak jantan. Beberapa penangkaran sampai minta indukan Betina lagi," katanya.


Joko mengatakan, untuk menjaga populasi Rusa dan pengembangan penangkaran di NTB dibutuhkan upaya dan sinergi bersama. Apalagi, Rusa merupakan maskot daerah NTB.


Ia mencontohkan di Aceh dan Buluran Jatim, F2 hasil penangkaran sudah bisa dimanfaatkan untuk pasar kuliner, daging Rusa.


"Pemda bisa bersinergi misalnya dalam hal edukasi. Masyarakat atau penangkar bisa dibawa studi banding ke Aceh atau Buluran Jatim. Karena kami hanya sebatas upaya konservasinya saja," katanya.


Ia mengajak semua pihak mulai peduli dengan populasi Rusa ini.


"Karena sangat sayang jika maskot NTB ini terancam punah," ujarnya.


Populasi Rusa menjadi perhatian serius Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi NTB. Untuk mencegah kepunahan mamalia bertanduk eksotis ini, BKSDA NTB membangun Sanctuary Rusa seluas 1,5 hektare di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tunak, Lombok Tengah, sejak tahun 2017 silam.


Saat ini populasi Rusa di Sanctuary ini ada 38 ekor. Sebelumnya 48, tetapi 10 ekor sudah berhasil dilepasliarkan ke alam.


Saat ini BKSDA NTB memperkirakan penyebaran populasi Rusa liar di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa tinggal tidak lebih dari 2000 ekor. Jumlah itu tersebar di hutan lepas di kawasan Gunung Rinjani Lombok sekitar 300-400 ekor, di kawasan Gunung Tambora Sumbawa sekitar 400 ekor, pulau Moyo 200 ekor, dan di kawasan hutan lindung Lombok dan Sumbawa sekitar 300 ekor, serta di penangkaran masyarakat sekitar 400 ekor.


Populasi ini menurun drastis, sebab Data BKSDA NTB menyebutkan, pada survey populasi Rusa NTB tahun 2005 silam, jumlah populasi Rusa masih sekitar 6000 ekor tersebar di pulau Lombok dan Sumbawa.


Populasi Rusa itu menurun akibat masih terjadi perburuan liar, dan juga faktor terganggunya habitat Rusa akibat alih fungsi hutan dan perubahan iklim beberapa tahun terakhir.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Rusa Boleh Ditangkar, Bisa jadi Ikon Wisata NTB

Trending Now