Keren, Roti Produksi SMKN 1 Sakra Mulai Terserap Pasar Luar

MandalikaPost.com
Senin, Oktober 03, 2022 | 17.47 WIB
Kepala SMKN 1 Sakra, Ahmad Suhamka SP saat meninjau stand roti dan jajanan SMKN 1 Sakra, Lombok Timur.

MANDALIKAPOST.com  - Roti dan jajanan produksi SMKN 1 Sakra, Lombok Timur mulai terserap pasar, termasuk ke sejumlah mini market, koperasi, dan Pondok Pesantren di wilayah Lombok Timur.


"Rata-rata produksi roti di SMKN 1 Sakra ini berkisar 250 sampai 300 potong perhari, dan ini sudah mulai terserap di pasaran," kata Kepala SMKN 1 Sakra, Ahmad Suhamka SP, kepada Mandalika Post, Senin 3 Oktober 2022 di Lombok Timur.


Roti dan jajanan produksi SMKN 1 Sakra sejauh ini tercatat memenuhi pasar di beberapa mini market, UD Rinjani, Ponpes Tahir Yasin, dan Koperasi RSUD R Soedjono Selong.


"Bahkan untuk sejumlah kegiatan rutin seperti Donor Darah di RSUD Selong, itu roti dan jajanannya menggunakan produk kami di SMKN 1 Sakra ini," katanya.


Hamka menjelaskan, pasca kebijakan refocusing core SMK yang digagas Dinas Dikbud NTB, SMKN 1 Sakra berfokus pada Core Inti Pertanian, dan Core Tambahan Pariwisata.


Agrobisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP) sebagai sub-core Pertanian menjadi salah satu andalam SMK ini. Progress peningkatannya juga relatif cepat dan berjalan baik.


Menurutnya, produksi roti SMKN 1 Sakra masih terbatas karena kendala peralatan. Namun, dua pekan ke depan akan ada penambahan alat, sehingga produksi rata-rata diharapkan bisa meningkat dua kali lipat dibandingsaat ini.


"Dua minggu lagi peralatan tambahan akan datang, sehingga produksi roti bisa dua kali lipat," ujar dia.


BACA JUGA : Inovasi SMKN 1 Sakra Dipuji Gubernur NTB


Hamka mengatakan, pihaknya selaku Kepala Sekolah terus berikhtiar agar SMKN 1 Sakra bisa memenuhi semangat refocusing core SMK dan 11 Strategi SMK NTB Gemilang Karya. Sebab, dengan begitu akan tercetak lulusan-lulusan SMK yang terampil dan berkompeten yang siap mengisi lapangan kerja dan juga membuka peluang wirausaha.


Dipaparkan, untuk Core Inti Pertanian, SMK ini memiliki 3 sub-core atau Kompetensi Keahlian (KK) antara lain, Agribisnis Ternak Unggas, Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, serta APHP. Sementara di Core Tambahan atau Pendamping Pariwisata, ada dua KK yakni, Perhotelan dan Usaha Perjalanan Wisata.


Menurut dia, animo dan trend peningkatan jumlah siswa memang terus meningkat. Saat ini setidaknya tercatat jumlah siswa keseluruhan di SMKN 1 Sakra sebanyak 774 orang. Jumlah ini diperkiraka akan meingkat terus di tahun-tahun berikutnya.


Program dan Produk Unggulan


Kepala SMKN 1 Sakra Ahmad Suhamka SP mengatakan, semua KK di Core Pertanian SMKN 1 Sakra sudah memiliki program dan produk unggulan.


Di KK APHP ada produksi roti dan jajanan yang sudah mulai dilempar ke pasar luar. Untuk program ini SMK juga mendapatkan support peralatan dari Dinas Dikbud NTB.  Sementara di KK Agribisnis Ternak Unggas, SMKN 1 Sakra sudah memiliki kandang ayam dengan kapasitas 11 ribu ekor.


Kepala SMKN 1 Sakra, Ahmad Suhamka menunjukan kompos hasil olahan SMKN 1 Sakra, Lombok Timur.

"Untuk ternak unggas, kita punya kandang kapasitas 11 ribu ekor, dan sudah ada produk uggulannya yakni ayam broiler. Kotorannya juga dikelola menjadi pupuk kompos," ujarnya.


Menurutnya, ke depan SMKN 1 Sakra juga membutuhkan rumah potong. Sebab potensi ayam broiler sangat bagus jika dikembangkan.


"Ada beberapa memang yang sangat kami tekan butuhkan di sekolah, salah satu sudah terjawab dengan Dikbud Provinsi NTB memberikan mesin pengolahan hasil pertanian, ke depan kita butuh rumah potong. Kami sudah punya kandang dengan kapasitas 11 ribu. Kalau bisa dikembangkan hasilnya tentu cukup baik," katanya.


Yang cukup membanggakan juga, SMKN 1 Sakra sudah berhasil membuat mesin pengupas pemipil  jagung. Beberpa pekan lalu, kelompok tani di sekitar juga sudah memesan mesin pencacah rumput.


"Dua minggu lalu salah satu kelompok tani minta dibuatkan alat pencacah rumput, jadi mereka mau yang lebih halus lagi, dan ini sedang dikerjakan. Itu lah beberapa produk unggulan di SMKN 1 Sakra," katanya.


Sementara di Core Pendamping Pariwisata, SMKN 1 Sakra juga terus berikhtiar membangin insan pariwisata yang andal. Beberapa MoU dengan pihak perhotelan sudah ditandatangani.


"Untuk Pariwisata ada jasa disitu misalnya Costumer Service (CS), kemudian ada Perhotelan dan Tiketing, termasuk Tour Guide," katanya.


Para guru Pariwisata di Sekolah ini sebagian besar adalah praktisi. Mereka ada yang bekerja di hotel dan resort, dan juga beberapa chef.


Menariknya, untuk Praktek Kerja Industri (Prakerin) SMKN 1 Sakra menjalin kerjasama dengan sejumlah hotel dan resot di destinasi ternama seperti Senggigi dan Gili Trawangan. Sehingga tak diragukan lagi untuk kompetensinya.


"Prakerinnya juga gaya-gaya. Mereka nggak mau di hotel-hotel Kota, tetapi di resort dan destinasi ternama seperti di Gili Trawangan. Alasannya simple tapi masuk akal, agar para siswa bisa lebih terlatih komunikasi bahasa Inggrisnya karena berinteraksi dengan banyak tamu. Sehingga bukan keilmuan dan kompetensinya saja didapat tetapi juga kemampuan bahwa Inggrisnya," jelasnya.


Sejumlah hotel yang sudah meneken MoU dengan SMKN 1 Salra antara lain Hotel Scallywags Resort Gili Trawangan, Hotel Gili Amor Boutique Resort Gili Trawangan. Hotel Resto Resort Gili Trawangan, dan beberapa lainnya di Senggigi dan kawasan Kuta Mandalika.


Tujuan dari pendandatangan MOU adalah untuk memudahkan proses pembelajaran di SMKN 1 Sakra khususnya. Salah satu pembelajaran yang wajib dilakukan setiap tahun adalah Praktek Kerja Industri (Prakerin).


Hamka menekankan, SMKN  1 Sakra yang beralamat di Jl. Soekarno Hatta, Suangi Timur, Kecamatan Sakra, Kabupaten Lombok Timur akan terus berupaya mendukung dan memenuhi 11 strategi SMK NTB Gemilang Karya dari Dinas Dikbud NTB.


"Ya tentu kami akan terus berikhtiar dan fokus untuk core yang ada, sehingga lulusan SMK ini bisa memiliki keahlian dan kompetensi di bidangnya. Muaranya akan terserap lapangan kerja, dan juga berwirausaha," katanya.


11 Strategi SMK NTB Gemilang Karya


Seperti diketahui, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melakukan re-focusing core untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di daerah itu. 


Tiap SMK didorong untuk berfokus pada satu dua jurusan yang berkaitan, sehingga proses pembelajaran dan hasilnya lebih efektif dan efisien. Mengembalikan marwah pendidikan SMK dan mempercepat penyerapan tenaga kerja terampil, menjadi salah satu alasannya.


Kepala Bidang Pembinaan SMK, Dinas Dikbud NTB, M Khairul Ihwan mengatakan, refocusing core SMK menjadi bagian dari arah kebijakan pendidikan SMK di NTB yang tertuang dalam 11 Strategi SMK NTB Gemilang Karya.


"Refocusing core SMK ini sudah berjalan. Ini menjadi bagian dari 11 strategi SMK NTB Gemilang Karya yang kita jalankan saat ini," kata Ihwan.


Menurutnya, 11 strategi SMK NTB Gemilang Karya ini bertujuan untuk memastikan bahwa lulusan SMK harus terampil dan berkompeten di bidangnya. Kemudian yang kedua, lulusan SMK harus terserap, baik dalam dunia kerja, melanjutkan studi ke perguruan tinggi, dan juga berwira usaha.


Ihwan mengatatakan, saat ini setidaknya ada 99 SMK Negeri dan sekitar 235 SMK Swasta di Nusa Tenggara Barat. Setiap tahun tercatat jumlah lulusan SMK rata-rata sebanyak 35 ribu orang.


"Dengan total lulusan pertahun mencapai 35 ribu orang ini, jika tidak dipetakan dengan seksama mereka mau bekerja dimana dan melanjutkan kemana, maka kita akan gagal menyalurkan lulusan SMK ini. Sehingga 11 strategi ini kita buat untuk memastikan lulusan SMK bisa maksimal terserap, baik di dunia kerja maupun berwirausaha," ujarnya.


11 Startegi SMK NTB Gemilang Karya tersebut antara lain SMK harus sukses dengan refocusing core.


Refocusing core ini untuk memudahkan tata kelola. Tata kelola yang baik adalah efektif dan efisien. 


"Tidak mungkin satu SMK menyediakan pendidikan beranekaragam jurusan yang tak berkaitan. Oleh karena itu SMK harus dikembalikan ke marwahnya semula, misalnya Teknologi Rekayasa dan Manufaktur atau dulu STM, harus kembali.  Tidak boleh ada jurusan pertanian di dalamnya, sebaliknya SMK Pertanian tidak boleh kelola jurusan Pertambangan, jurusan Listrik, atau komputer di dalamnya, karena akan menyulitkan tata kelola. Maka dalam refocusing kita kembalikan SMK ke marwah sebenarnya, karena kalau masih multi-core itu kita akan kesulitan tata kelola program. Maka sukses refocusing adalah tujuan pertama dalam strategi ini," tegas dia.


Yang kedua, ujarnya, SMK harus segera menjadi BLUD. Dengan demikian hal ini memudahkan menjalin kerjasama SMK dengan dunia industri.  


"Perjanjian kerjasama bisa dilakukan dengan mudah, kemudian hasil praktik anak-anak bisa dikolaborasikan dengan industri. Bayangkan saja kalau praktik menghasilkan produk misalnya jajan, roti kemudian akan terbuang sia-sia jika tidak dimitrakan dengan industri. Nah, ruang memitrakan itu, maka SMK harus menjadi BLUD," katanya. 


Strategi ketiga adalah pembelajaran berbasis produk yang dikemas dalam teaching factory. 


Ihwan menjelaskan, aktivitas kegiatan pembelajaran di SMK selalu melahirkan produk dan jasa. Ke depan produk dan jasa yang dihasilkan ini harus bisa bernilai industri dan harus bisa dijual dan diterima oleh masyarakat luas. Teaching factory juga menjadi indikator kompetensi para siswa SMK.


"Disitu indikator suksesnya sebuah praktek di sekolah. Misalnya SMK jurusan permesinan, dia potong besi dan dibuat produk tidak boleh jadi rongsokan tetapi harus bisa diterima oleh pasar. Nah, kegiatan pembelajaran yang tadi ketika diterima pasar, maka siswa itu sukses dalam pembelajaran ptaktej dan  materi. Kalau ada siswa yang hasilnya tidak diterima industri berarti dia tidak lulus kompetensi itu," tukasnya.


Yang keempat adalah pembelajan berbasis proyek yang dikemas dalam Kelas Wirausaha. Kelas di luar jam sekolah ini merupakan kumpulan dari beberapa siswa  lintas jurusan. Misalnya saja, siswa jurusan mesin, elektronik dan pengelasan kolaborasi dalam membuat sepeda listrik.


"Nah sepeda listrik itu hasil kolaborasi dari beragam jurusan yang dilakukan di luar jam sekolah, ini yang disebut Kelas Wira Usaha. Sehingga ke depan SMK ini bisa menjadi ujung tombak Indsutrialisasi di NTB," jelasnya.


Strategi kelima adalah link and match antar SMK dengan dunia indsutri. Perjanjian kerjasama harus didesain dengan jelas dan tak sekadar MoU yang terkadang kabur tolak ukurnya.


"Misalnya ketika industri membutuhkan tenaga kerja maka dia prioritaskan lulusan SMK mitranya itu. Atau ketika membutuhkan bantuan tenaga ketika ada over produksi, harus libatkan siswa SMK. Sebaliknya ketika SMK butuh guru tamu dari industri, maka industri menyiapkannya. Jadi ada link and match," katanya.


Menurut Ihwan, dunia industri lebih dulu maju dengan perkembangan teknologi, sehingga untuk mengimbanginya dunia pendidikan juga harus melakukan terobosan. Oleh karena itu, strategi ke enam dalam 11 strategi SMK NTB Gemilang Karya adalah program magang guru ke dunia industri. Agar para pendidik juga bisa mendapatkan update teknologi di dunia industri yang terkini.


Strategi selanjutnya adalah program guru tamu. Tiap SMK harus mulai mengundang guru tamu dari dunia industri. Baik praktisi, pengusaha, para ahli yang datang ke sekolah untuk mengajar sesuai kompetensi keahlianya.


"Sekolah harus sering mengundang guru tamu karena banyak pengalaman yang bisa dibagi ke siswa," katanya.


Untuk memastikan lulusan SMK terserap di dunia kerja, maka strategi selanjutnya adalah Bursa Kerja SMK. Unit ini dibangun di tiap SMK yang bisa berkolaborasi dengan Disnaker dan juga Job Fair umum.


Strategi ke sembilan adalah membentuk lembaga sertifikasi internasl SMK.


"Sebab ada beberapa industri yang membutuhkan tenaga kerja bersertifikat. Maka dalam sekolah harus bisa difasilitasi lembaga sertifikasi internal untu memudahkan. Memang syaratnya agak berat, tetapi harus diupayakan, hadir di sekolah. Kalau SMK ada lembaga sertifikasi maka itu berarti mutunya sudah baik," katanya.


Ihwan menambahkan, strategis yang ke 10 adalah menumbuhkan kembali budaya kerja di lingkup SMK.


"Saat ini seperti ada yang mulai luntur di siswa lulusan SMK adalah Karakter Kerja, Disiplin. Budaya kerja dan industri harus mulai kita budayakan lagi dengan Budaya Kerja atau Sabtu Budaya," katanya.


Dalam program ini diatur bahwa setiap Sabtu para siswa SMK bisa membersihkan ruang praktek, menerapkan standar keselamatan kerja, dan mengerjakan sesuatu sesuai bidang dan kejurusannya. Intinya semua aktivitas yang akhirnya bisa membiasakan budaya kerja.


Yang terakhir adalah Kunjungan Industri. Dimana para guru dan siswa bisa melakukan wisata belajar atau kunjungan ke dunia industri yang ada.


"Karena seluruh insan sekolah baik itu guru siswa harus mengenal industri yang sesuai dengan program jurusan SMK," katanya.


Ihwan mengatakan, sejauh ini 11 Strategi SMK NTB Gemilang Karya sudah mulai berjalan dan dilakukan masing-masing SMK di NTB.


"Sudah berjalan dan kami terus me lakukan evaluasi tiap bulan. Sejauh mana 11 strategi ini bisa dilakukan Kepala Sekolah dan bagaimana evaluasinya yang perlu kita benahi di masing-masing sekolah," katanya.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Keren, Roti Produksi SMKN 1 Sakra Mulai Terserap Pasar Luar

Trending Now