Pemprov NTB Bersama Universitas Bakrie Luncurkan Program Integrasi Zero Waste dan Agrowisata

MandalikaPost.com
Rabu, Oktober 05, 2022 | 11.54 WIB
Wagub NTB Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah bersama Warek II U-Bakrie, Muhammad Tri Andika Kurniawan saat memberikan keterangan pers di Hotel Lombok Raya, Mataram.

MANDALIKAPOST.com - Wakil Gubernur NTB Dr H Sitti Rohmi Djalilah mengapresiasi Universitas Bakrie yang sudah mendukung program Zero Waste Nusa Tenggara Barat dan mendorong integrasi program ini dengan agrowisata.


"Kita sangat mengapresiasi Universitas Bakrie, apalagi Zero Waste ini merupakan salah satu program unggulan kita di NTB," kata Wagub Sitti Rohmi Djalilah, Rabu 5 Oktober 2022 di sela kegiatan peluncurkan program Universitas Bakrie Matching Fund Kedaireka 2022 "Integrasi Zero Waste dan Agrowisata Dalam Pertanian Berkelanjutan Melalui Budidaya Larva Black Soldier Fly (BSF)", di Hotel Lombok Raya, Mataram.


Wagub Rohmi mengatakan, mengintegrasikan Zero Waste dengan Agrowisata sangat matching di NTB. Apalagi saat ini NTB juga terus mendorong konsep desa wisata.


"Pemprov NTB menyambut baik kerjasama dengan Universitas Bakrie," ujarnya.


Dalam kegiatan peluncuran Pemprov NTB dan Universitas Bakrie saling menyerahkan Memorandum of Understanding (MoU) yang dilakukan Wagub NTB Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah bersama Wakil Rektor II Universitas Bakrie, Muhammad Tri Andika Kurniawan.


Wakil Rektor II Universitas Bakrie, Muhammad Tri Andika Kurniawan mengatakan, Program Universitas Bakrie Matching Fund Kedaireka 2022 diinisiasi oleh Peneliti Universitas Bakrie bermitra dengan Dompet Dhuafa. Pembiayaan program Matching Fund Kedaireka 2022 didapat dari Kemendikbudristek RI.


"NTB dipilih karena ada program zero waste, dan sebelumnya kita sudah bekerjasama untuk budidaya BSF di Desa Midang, Lombok Barat tahun 2021 lalu," katanya.


Sementara itu, Ketua Matching Fund Kedaireka 2022 Universitas Bakrie Deffi Ayu Puspito Sari menjelaskan, program ini merupakan upaya untuk mendukung keberhasilan NTB Zero Waste atau dikenal dengan "nol dedoro' sekaligus perwujudan dukungan prioritas Proyek Strategis Nasional (PSN) yang secara khusus berfokus pada solusi ramah lingkungan dan penerapan ekonomi sirkular untuk mendukung terciptanya pertanian dan pariwisata yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan hal ini maka dikembangkan budidaya larva Black Soldier Fly (BSF) di NTB.


"Integrasi Zero Waste dan Agrowisata merupakan wujud kolaborasi dan penerapan inovasi yang dihasilkan di perguruan tinggi sebagai solusi untuk memecahkan masalah timbulan sampah sekaligus mewujudkan pertanian dan pariwisata berkelanjutan," kata Deffi.


Pupuk organik sebagai hasil budidaya BSF dapat mengurangi pemakaian pupuk anorganik. Pakan ternak dari larva BSF dapat meringankan biaya penyediaan pakan ternak dan mensubsitusi pakan ternak biasa dengan pakan yang kaya nutrisi.


"Lokasi budidaya BSF juga dapat dijadikan tempat edukasi kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah organik oleh BSF," jelasnya.


Dijelaskan, tujuan dari program Matching Fund Kedaireka 2022 ini ialah mendorong lebih banyak masyarakat dan kemandirian pelaku usaha di sektor pertanian di NTB untuk turut andil dalam merespon permasalahan timbulan sampah dengan memanfaatkan potensi sumberdaya lokal.


Inovasi yang akan dihasilkan dari program ini berupa pembinaan budidaya BSF kepada peternak, peningkatan kapasitas masyarakat melalui berbagai pelatihan kepada petani, membangun instalasi reaktor BSF di BRIDA NTB, menghasilkan pupuk organik sebagai hasil samping olahan BSF, dan rencana pembentukan agrowisata BSF.


Program "Integrasi Zero Waste dan Agrowisata dalam Pertanian Berkelanjutan melalui Budidaya Larva Black Soldier Fly (BSF)" merupakan program lanjutan dari program "Pengolahan Sampah dengan Pembudidayaan Maggot Black Soldier Fly (BSF)" pada tahun 2021 yang dilaksanakan di desa Midang, Lombok Tengah.


Timbulan sampah merupakan permasalahan yang muncul seiring peningkatan jumlah penduduk. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) menyatakan bahwa di tahun 2021, total timbulan sampah di Indonesia mencapai 21,88 juta ton, yang mana 40,4% diantaranya merupakan jenis sampah organik.


Salah satu wilayah yang terdampak oleh permasalahan timbulan sampah ialah Kabupaten Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Berdasarkan data pasokan sampah yang diperoleh, Tempat Penampungan Sampah Terpadu (TPST) di NTB hanya dapat menampung sekitar 47% dari perkiraan total volume sampah yang diproduksi (43.388 ton/hari), sehingga diperlukan sebuah terobosan yang tepat gura untuk menanggulangi dampak timbulan sampah yang tidak terkumpul di TPST.


Pada dasarnya sampah organik dapat terurai dengan sendirinya oleh organisme pengurai namun membutuhkan waktu yang cukup lama, dan dalam proses penguraiannya melepaskan gas rumah kaca yang meningkat akumulasinya di atmosfer. Dalam jangka panjang dapat menjadi pemicu perubahan iklim.


United Nations Environment Programme (UNEP) melaporkan emisi metana dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan salah satu penyebab utama terhadap dampak iklim di sektor sampah. Inventarisasi Gas Rumah Kaca (IGRK) pada 2018 mengumumkan bahwa kontribusi emisi dari pengelolaan limbah/sampah menempati urutan empat besar dengan total emisi sebesar 127 ribu Gg CO2e.


Penggunaan larva Black Soldier Fly (BSF) dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi timbulan sampah dan mengurangi gas metana yang muncul. BSF akan cepat mengkonsumsi sampah organik. Berdasarkan siklus hidupnya, larva BSF dapat dipanen untuk dijadikan pakan ternak maupun dikeringkan sehingga lebih tahan lama. Hasil samping berupa pupuk organik dan berbagai produk turunan lain yang


Tentang Kedaireka dan Matching Fund


Kedaireka adalah solusi terkini yang dihadirkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) Republik Indonesia dalam mewujudkan kemudahan sinergi kontribusi perguruan tinggi dengan komersialisasi industri untuk kemajuan bangsa Indonesia.


Kedaireka mewujudkan kemudahan sinergi antara perguruan tinggi dan industri dalam satu platform. Komitmen terhadap Kedaireka turut didukung hadirnya program Matching Fund sebagai insentif bersinergi. Program Matching Fund adalah bentuk nyata dukungan dari Kemendikbudristek RJ untuk penciptaan kolaborasi dan sinergi strategis antara Insan Perguruan Tinggi (lembaga perguruan tinggi) dengan pihak Industri. Melalui program Matching Fund Kediareka, Kemendikbudristek RI menggelontorkan dana hibah yang dapat dimanfaatkan oleh Perguruan Tinggi.


Tentang Universitas Bakrie (UBakrie)


Universitas Bakrie berdiri pada 2010 dan saat ini telah terkreditasi B. Kampus UBakrie terdapat di Kawasan Rasuna Epicentrum Jakarta. UBakrie memiliki 10 program studi S1 yaitu Manajemen, Akuntansi, Ilmu Komunikasi, Hubungan Internasional, Kebijakan Publik, Informatika, Sistem Informasi, Teknik Industri, Teknik Sipil, Teknik Lingkungan, dan Ilmu dan Teknologi Pangan.


UBakrie juga memiliki 2 program studi S2 yaitu Magister Manajemen dan Magister Ilmu Komunikasi. Pada tahun 2022 UBakrie berhasil meraih penghargaan sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) No 1 Terbaik di bawah LLDIKTI Wilayah III dan World's Best Young Campus dari lembaga pemeringkatan Internasional Times Higher Education (THE).


Universitas Bakrie berkomitmen untuk terus mendukung pencapaian SDG's dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim. Sejak tahun 2021 dan 2022 menjadi Universitas peringkat pertama untuk kategori Climate Action.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Pemprov NTB Bersama Universitas Bakrie Luncurkan Program Integrasi Zero Waste dan Agrowisata

Trending Now