![]() |
Technical meeting: Juri dari ALTI, Lusianto Andrian Lee sedang menjelaskan aturan dan rute loba lari lintas alam kepada para peserta, (Foto: Rosyidin/MP). |
MANDALIKAPOST.com – Sebanyak 201 pegiat olahraga lari trail dari 11 provinsi siap menguji ketahanan fisik dan mental mereka dalam ajang Festival Olahraga Masyarakat Nasional (Fornas) VIII NTB 2025.
Kompetisi lintas alam ini akan digelar di Sembalun, Lombok Timur, pada Minggu (27/7), setelah para peserta mengikuti technical meeting di salah satu hotel yang ada di Sembalun pada Sabtu (26/7) sore.
Para peserta dijadwalkan akan menghadapi rute ekstrem yang melintasi perbukitan curam, jalur hutan yang rapat, area persawahan yang menantang, hingga menyeberangi sungai. Ajang ini tidak hanya menguji kekuatan fisik, tetapi juga ketangguhan mental para pelari.
Juri dari Asosiasi Lari Trail Indonesia (ALTI), Lusianto Andrian Lee, menjelaskan bahwa Fornas VIII tahun ini mempertandingkan empat mata lomba.
"Kategori yang dilombakan meliputi 10 kilometer dan 20 kilometer untuk putra dan putri," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa setiap kategori juga dibagi lagi berdasarkan usia, yaitu usia senior, Master 1, dan Master 2, mencakup rentang usia 21 hingga di atas 50 tahun.
Panitia telah menetapkan syarat kualifikasi khusus, terutama untuk kategori 20 kilometer. "Kalau 10 kilometer kita nggak ada syarat kualifikasi, tapi yang 20 kilometer wajib sudah pernah lari jarak 10K," tegas Lusianto.
Menariknya, mayoritas peserta bukan berasal dari kalangan atlet profesional, melainkan para pengurus asosiasi lari dari tingkat provinsi.
Lusianto menilai hal ini justru menjadi keuntungan karena mereka sudah terbiasa menangani atlet dan memahami seluk-beluk medan lomba serta potensi bahayanya.
"Karena mereka biasa ngurus atlet, mereka juga paham rute dan potensi bahayanya," kata Lusianto.
Untuk menjamin keselamatan para peserta, panitia telah menyiapkan berbagai fasilitas. Water station (WS) akan tersedia setiap lima kilometer, dijaga oleh petugas dan dilengkapi tim medis untuk mengantisipasi kebutuhan darurat.
"Peserta bisa isi ulang minum di titik-titik itu, ada petugas medis juga," jelasnya.
Selain itu, penunjuk arah (marking) telah dipasang di seluruh lintasan. Jalur sudah ditandai dengan jelas seperti anak panah dan dijaga oleh marshal di titik-titik penting.
Sebagai tambahan navigasi, peserta juga dibekali jam tangan GPS. "Jam GPS itu bisa menunjukkan arah, karena rute kita ini masuk keluar hutan dan area sawah," terang Lusianto.
Lusianto mengungkapkan bahwa medan lomba 20 kilometer memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan kategori lainnya.
"Yang paling teknikal itu rute 20 kilometer karena harus naik ke Bukit Pergasingan lalu turun lagi," ungkapnya.
Panitia bahkan menyebut turunan dari Bukit Pergasingan sebagai bagian paling berbahaya dari lintasan.
"Turunannya lumayan menantang, apalagi kalau hujan. Lebih berbahaya pas turun daripada mendaki," tegasnya, mengingatkan akan risiko cedera jika jalur menjadi licin.
Oleh karena itu, peserta diwajibkan menggunakan sepatu khusus trail run sesuai standar perlombaan.
"Sepatunya wajib trail run, bukan sepatu biasa. Supaya aman saat menanjak maupun turun," ujar Lusianto, menekankan pentingnya sepatu dengan daya cengkeram kuat dan tahan licin.
Lomba akan dimulai pukul 05.30 WITA. Panitia menetapkan batas waktu cat off time (COT), maksimal delapan jam untuk kategori 20 kilometer.
"Kalau start jam 05.30, berarti yang 20 kilometer harus finish paling lambat jam 13.30," pungkas Lusianto.
Sementara itu, kategori 10 kilometer dianggap sebagai rute pemula dengan mayoritas lintasan yang "runnable" atau mudah dilalui dengan berlari.