![]() |
Kampanye: ratusan pencipta alam lakukan aksi clean up di taman wisata Pusuk Sembalun, (Foto: Rosyidin/MP). |
MANDALIKAPOST.com — Ratusan peserta dari berbagai komunitas dan organisasi pecinta alam memadati jalur Pusuk Sembalun, Lombok Timur, dalam kegiatan Kampanye Peduli Satwa Liar dan Aksi Bersih.
Acara yang berlangsung selama dua hari, 19-20 Juli 2025, ini digagas oleh Kader Konservasi Balai Taman Nasional Gunung Rinjani sebagai bagian dari program Layanan Dana Masyarakat untuk Lingkungan (Small Grant) 2025.
Jalur Pusuk Sembalun dipilih sebagai lokasi kegiatan karena merupakan kawasan wisata populer yang ramai dikunjungi wisatawan dan termasuk dalam wilayah Taman Nasional Gunung Rinjani.
Kegiatan tersebut tidak hanya fokus pada aksi bersih-bersih, tetapi juga mengedepankan edukasi konservasi lingkungan bagi para peserta.
Ketua panitia acara, Ahmad Mu'azatul Huzaeri, atau yang akrab disapa Bang Garek, menjelaskan bahwa acara ini dirancang berbeda dengan kegiatan sebelumnya karena melibatkan banyak peserta.
"Kegiatan ini tidak hanya sebatas kampanye dan bersih-bersih, tapi juga memberikan ruang bagi seluruh peserta untuk meningkatkan pengetahuannya di bidang konservasi dan lingkungan," ujar Bang Garek.
Ia menambahkan, tujuan utamanya adalah untuk menyadarkan para pemuda agar lebih peduli dan kompak dalam melestarikan lingkungan.
"Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi langkah awal bagi kita untuk lebih peduli lagi dengan alam ini," tambahnya.
Dengan mengusung tema "Muda Beraksi Untuk Alam Lestari", acara ini mengajak generasi muda untuk tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga bertanggung jawab menjaganya.
Selain aksi bersih-bersih, kegiatan juga dimeriahkan dengan sosialisasi konservasi, penampilan musisi lokal, tarian tradisional, dan pembacaan puisi alam.
Ketua Harian Kader Konservasi, Andriansyah, yang biasa dipanggil Bang Guntur, menegaskan bahwa kampanye ini merupakan ajakan bagi masyarakat untuk tidak hanya membersihkan alam secara fisik, tetapi juga mengubah perilaku terhadap satwa liar.
"Kegiatan ini adalah bentuk edukasi, advokasi, dan aksi nyata," terang Bang Guntur.
Edukasi untuk membuka mata terhadap pentingnya menjaga perilaku terhadap makhluk hidup lain. Advokasi untuk menolak eksploitasi satwa sebagai hiburan dan komoditas.
"Dan aksi nyata melalui pembersihan kawasan yang menjadi habitat satwa agar mereka bisa hidup tenang tanpa ancaman limbah dan kerusakan," pungkasnya.
Ia berharap, aksi ini dapat menjadi langkah awal menuju lingkungan yang lebih bersih dan kehidupan satwa yang lebih layak.
"Mari bersama menjadi generasi penjaga, bukan pewaris kerusakan," tutupnya, penuh harap.