![]() |
Kepala Dinas DP3AKB Lombok Timur, H. Ahmad saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu 3 September 2025, (Foto: Rosyidin/MP). |
MANDALIKAPOST.com — Program Dapur Bergizi (Dapur MBG) di Lombok Timur terus digulirkan sebagai salah satu upaya pemerintah mengatasi masalah stunting. Namun, program yang kini telah menjangkau seluruh kecamatan ini masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama terkait cakupan sasaran Balita Gizi Kurang (B3) yang belum ideal dan kenaikan angka stunting di tahun 2024.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Keluarga Berencana (DP3KB) Kabupaten Lombok Timur, H. Ahmad, mengungkapkan bahwa cakupan sasaran B3 masih jauh dari target.
"Idealnya satu dapur itu maksimalnya 3.000 sasaran dengan B3 minimal 10%," ujarnya, saat ditemui di Selong belum lama ini.
Ia menjelaskan, 10% sasaran B3 tersebut mencakup balita, ibu hamil, dan ibu nifas. Saat ini, pihaknya sedang berupaya memperbarui data per September 2025 untuk melihat berapa banyak dapur yang telah melayani B3.
Fokus pada Distribusi dan Pengawasan
Selain tantangan cakupan, distribusi makanan juga menjadi fokus utama evaluasi. H. Ahmad berharap, model distribusi bisa lebih efektif dan tepat sasaran.
Ia membandingkan pola yang diterapkan di beberapa tempat, termasuk di Sembalun yang memberikan bantuan dua kali seminggu.
"Yang setiap hari ini dijadikan dua kali seminggu tentunya akan lebih berkualitas," ungkapnya.
Menurutnya, pola ini memungkinkan porsi makanan yang diberikan lebih banyak, sehingga lebih efektif.
Lebih dari sekadar kuantitas, pengawasan juga menjadi isu krusial. H. Ahmad menyoroti kekhawatiran bahwa makanan yang diberikan tidak selalu dikonsumsi oleh sasaran yang tepat.
"Kalau begitu kita antarkan makanan itu hanya di rumahnya, dipindahkan ke tempat yang lain tidak ada pengawasan, belum tentu dia makan nanti," jelasnya.
Ia menyarankan model distribusi kolektif, di mana sasaran mengonsumsi makanan di tempat yang sama, seperti saat jadwal posyandu maupun diluar jadwal posyand.
"Kalau kita monitor di tempat yang sama, dia makan bersama, selesai makan baru piringnya (ompreng) ditarik, ini akan lebih mengena," tambahnya.
Kenaikan Angka Stunting dan Harapan Evaluasi
Tantangan lain yang muncul adalah data stunting di Lombok Timur yang menunjukkan kenaikan. Berdasarkan data terbaru, angka stunting naik dari 27% pada tahun 2023 menjadi 33% pada tahun 2024, yang berarti ada kenaikan sekitar 6,3%. Meski demikian, H. Ahmad menjelaskan bahwa pihaknya belum bisa mengevaluasi dampak program ini secara keseluruhan karena masih banyak dapur yang baru mulai beroperasi.
"Kita belum bisa mengevaluasi ya karena ini ada yang baru mulai walaupun ada yang sudah 3-4 bulan," katanya.
Ia menambahkan bahwa perbaikan gizi memerlukan proses panjang. Pihaknya menargetkan evaluasi baru bisa dilakukan setelah tiga bulan pemberian bantuan makanan, yang kemudian akan dilanjutkan dengan tiga bulan edukasi agar keluarga dapat mandiri.
"Harus ada edukasi dan evaluasinya juga di seluruh dapur MBG. Jangan sampai tiga bulan kita berikan bantuan cukup sampai disitu tidak lagi dilanjutkan, kan kembali lagi dia stunting," pungkasnya.