Sinergi Akademik dan Kearifan Lokal: Institut Elkatarie dan Majelis Adat Sasak Resmi Jalin Kerja Sama

Rosyidin S
Minggu, Desember 21, 2025 | 14.01 WIB Last Updated 2025-12-21T06:01:53Z
Rektor Institut Elkatarie bersama pengurus Majlis Adat Sasak menunjukkan MoU nota kesepahaman terkait implementasi Tri Darma Perguruan Tinggi, (Foto: Istimewa/MP).

MANDALIKAPOST.com – Langkah strategis diambil oleh Institut Elkatarie dan Majelis Adat Sasak (MAS) dalam upaya memperkuat akar budaya di dunia pendidikan. Bertempat di Mataram pada Sabtu (20/12/) kemarin.


Kedua lembaga tersebut resmi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) terkait implementasi Tri Darma Perguruan Tinggi yang berbasis pada penguatan budaya Sasak.


Kerja sama ini bertujuan menciptakan kohesivitas antara dunia akademik dengan nilai-nilai kearifan lokal. Fokus utamanya adalah menjadikan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat sebagai sarana untuk merawat serta mentransformasikan warisan leluhur agar tetap relevan di era modern.


Pengurus Majelis Adat Sasak, Agus Marta, yang memandu jalannya prosesi penandatanganan, menekankan bahwa ilmu pengetahuan akan jauh lebih berdampak jika memiliki akar yang kuat pada realitas masyarakatnya.


"Kerja sama ini dilandasi kesadaran bahwa pengembangan ilmu pengetahuan dan pengabdian kepada masyarakat akan menjadi lebih bermakna apabila berakar pada nilai-nilai kearifan lokal yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat Sasak," ujar Agus Marta.


Hal senada diungkapkan oleh Nur Kholis Sumadi selaku inisiator kegiatan. Menurutnya, kolaborasi ini adalah momentum penting bagi Institut Elkatarie untuk berperan aktif dalam pemajuan kebudayaan di Nusa Tenggara Barat.


Rektor Institut Elkatarie, Dr. Asbullah Muslim, dalam sambutannya menegaskan komitmen institusinya untuk memberikan perhatian khusus pada pelestarian nilai-nilai filosofis Sasak. Ia memandang bahwa dinamika sosial masyarakat tidak bisa dilepaskan dari pranata adat yang sudah ada.


"Masyarakat Sasak memiliki adat istiadat dan budaya dengan nilai serta filosofi yang tinggi. Kebiasaan yang hidup di masyarakat memiliki peranan penting dalam memahami dinamika sosial dan alam," terang Dr. Asbullah.


Pemucuk Adat Majelis Adat Sasak, Prof. Galang Asmara, menyambut baik langkah ini. Namun, ia mengingatkan bahwa kesepahaman di atas kertas harus segera diterjemahkan ke dalam program yang nyata dan terukur.


"Dunia pendidikan memiliki peranan penting dalam pemajuan kebudayaan. Penandatanganan MoU ini diharapkan untuk segera ditindaklanjuti dengan kontrak kerja yang lebih operasional dan taktis," tegas Prof. Galang.


Melalui kemitraan ini, Institut Elkatarie memposisikan diri sebagai pusat pengembangan keilmuan yang responsif budaya.


Di sisi lain, Majelis Adat Sasak mendapatkan ruang akademik untuk mendokumentasikan dan mentransformasikan filosofi hidup serta etika lokal (local wisdom) kepada generasi muda melalui jalur formal.


Konsep kerja sama ini berpijak pada harmoni antara ilmu dan budaya, memastikan bahwa pendidikan tidak hanya mencetak lulusan yang cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter yang kuat berdasarkan warisan luhur nenek moyang.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Sinergi Akademik dan Kearifan Lokal: Institut Elkatarie dan Majelis Adat Sasak Resmi Jalin Kerja Sama

Trending Now