Minyak Goreng Paket JPS Gemilang Berkonsep dari UMKM untuk Rakyat Kecil

MandalikaPost.com
Rabu, April 15, 2020 | 23.19 WIB
Proses pengemasan minyak goreng produksi UMKM di Mataram. 

MATARAM - Minyak goreng sebagai salah satu item dalam paket bantuan sembako JPS Gemilang yang akan disalurkan mulai Kamis 16 April, merupakan minyak goreng produksi sejumlah pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di NTB.

Tak heran jika harga minyak goreng tersebut sedikit lebih mahal dibanding dengan minyak goreng pabrikan yang ada di pasaran.

Gubernur NTB, Dr H Zulkieflimansyah mengunjungi sejumlah pusat UMKM yang memproduksi minyak goreng, Rabu (15/4) untuk memastikan kualitas produknya baik dan siap memenuhi kebutuhan paket JPS Gemilang.   

"Minyak goreng dalam paket JPS Gemilang ini kita gunakan minyak goreng produksi UMKM kita, sehingga memang harganya sedikit lebih mahal dari yang pabrikan. Karena memang konsep JPS Gemilang ini dari UMKM untuk masyarakat kecil penerima," kata Zulkieflimansyah, saat meninjau produksi di salah satu UMKM minyak goreng di Mataram.

Gubernur NTB Dr H Zulkieflimasnyah saat meninjau produksi minyak goreng di salah satu UMKM di Kota Mataram. 

Ia menekankan, dengan menyerap produk UMKM seperti minyak goreng ini diharapkan JPS Gemilang bukan hanya bermanfaat membantu 105 ribu keluarga penerima semata. Tetapi sekaligus menggeliatkan sektor UMKM di NTB, di mana saat ini merupakan saat yang sulit dalam menghadapi pandemi Covid-19.

"Kalau kami beli produk lokal lebih mahal itu bukan karena mau korupsi atau mark up harga. Tapi bagaimana menghargai learning, pembelajaran, akumulasi pengalaman dan kemampuan, sehingga produk minyak goreng dari UMKM ini bisa berproduksi," ujarnya.

Ia menegaskan tujuan pembagian JPS Gemilang bukan semata-mata membagi sembakonya tapi juga untuk menggeliatkan ekonomi dengan memberdayakan UMKM lokal.

"Jangan bandingkan harga minyak goreng kita dengan minyak goreng dari perusahaan raksasa itu ya jelas kalah jauh kita. Tapi lihat sisi lainnya, aspek manfaat ekonomi bagi UMKM kita yang tentu juga sangat terdampak dengan pandemi ini," tukasnya.

Menurutnya, untuk pengadaan dan penentuan harga produk UMKM ini pihaknya sejak awal telah berdiskusi dengan Kepolisian, Kejaksaan, BPK, BPKP, Inspektorat untuk memastikan bahwa barang produk lokal pasti lebih mahal dan kualitasnya pasti kalah dengan produk dari pemain yang sudah mapan.

"Nggak mungkin UMKM kita akan bersaing dengan perusahaan - perusahaan besar dalam hal harga dan kualitas. Peralatan kita ala kadarnya. Tapi Insya Allah akan ada learning by doing, akan ada masukan, penyempurnaan dan lainnya, sehingga lambat laun kualitas dan harganya akan mampu bersaing," katanya.

Ia mengingatkan dengan menghargai pembelajaran dan pengalaman inilah produk-produk kita jadi lebih mahal.

"Kalau teman-teman melihat ada yang mark up untuk kepentingan pribadi atau memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan apalagi mengharapkan fee dari pekerjaan-pekerjaan seperti ini, segera  Polisi dan Kejaksaan menangkapnya," ucapnya mengingatkan.

"Kami sengaja membeli produk lokal lebih mahal bukan karena nggak mengerti ada produk lain dari luar yang lebih murah, tapi kami sekali lagi menghargai pembelajaran," sambungnya.

Ia menjelaskan bahwa teori apapun tentang industrialisasi semua akan mengalami hal yang sama.

"Produk awal lebih mahal, kualitas kurang, tapi seiring berjalannya waktu akan ada masukan, kritikan sehingga lambat laut hasilnya akan lebih baik dan sempurna. Perjalanan panjang, selalu harus dimulai dengan langkah pertama," tukasnya. (*)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Minyak Goreng Paket JPS Gemilang Berkonsep dari UMKM untuk Rakyat Kecil

Trending Now