Pria Australia Korban KDRT Kecewa dengan Sistem Hukum di Indonesia

MandalikaPost.com
Senin, September 12, 2022 | 10.31 WIB
Ilustrasi KDRT.

MANDALIKAPOST.com - Pria berkebangsaan Australia, Michael David Cordell (50), mengaku kecewa dengan sistem peradilan di Indonesia.


Michael David Cordell menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) oleh mantan istrinya berinisial HM, saat masih tinggal di Senggigi, Lombok Barat tahun 2019 silam.


Menurut pria yang akrab disapa Mich ini, awal mula kejadian bermula ketika dirinya dan HM, sepakat untuk berpisah. Dan rumah bersama yang mereka miliki di Grand Valey Senggigi, Lombok Barat tetap menjadi milik bersama. 


Tapi kemudian Mich mengetahui HM menikah lagi dengan pria lain, sebelum resmi bercerai dari Mich, dan membawa suaminya ke rumah milik bersama.


"HM membawa suaminya ke sana lebih dulu, mereka menikah pada 2016, HM dan saya putus pada 2010. HM dan suaminya tinggal di rumah sendiri ketika kami memiliki masalah ini, saya merenovasi rumah, atap baru dan lainnya," kata Mich melalui sambungan telepon, Minggu, 11 September 2022.


Percekcokan sering terjadi. Terutama saat Mich membawa pacarnya pulang. Pada Desember 2019, Mich mengaku diserang tiga kali dalam waktu yang berbeda oleh HM. Dan dirinya mengaku tak pernah membalas perbuatan HM. Kasus KDRT itu kemudian dilaporkan ke Polda NTB dan diproses.


Toh, di Pengadilan Mataram HM hanya divonis hukuman percobaan. Ini membuat Mitch kecewa.


"Saya diserang pada tiga waktu yang berbeda, saya tidak menyentuhnya sama sekali, Hakim berkata HM punya alasan untuk melakukan ini padaku, coba membutakanku, bolehkah?  Mengapa dia tidak pergi ke polisi jika dia memiliki masalah dengan pacar saya di rumah, tetapi tidak apa-apa bahwa dia ingin mengambil pandangan mata saya dari saya," ujarnya.


Menurut Mich, HM sering membawa laki-laki pulang ke rumah tersebut, namun ketika dirinya yang membawa pacarnya ke rumah tersebut, HM malah melakukan kekerasan terhadap Mich dan pacarnya.


“Saya diserang dengan disiram cabai dicampur pemutih,” ujarnya.


Atas kejadian tersebut, Mich kemudian melakukan pembelaan diri dengan melakukan kekerasan terhadap mantan istrinya. Karena itu dirinya dilaporkan oleh HM yang membuat dirinya dihukum penjara selama dua setengah bulan dan mendapat blue stamp selama 6 bulan. Di mana dirinya tidak bisa masuk ke Indonesia selama blue stamp berlaku.


Mich merasa rekonstruksi yang dilakukan oleh pihak APH banyak yang tidak sesuai dan dipalsukan. Sebab itulah dirinya merasa tidak adil atas hukum yang terjadi di Indonesia. 


Lalu bagaimana dengan HM? HM kemudian disidang setelah kasus berjalan dua tahun, namun HM tidak dipenjara seperti Mich, yang mana kemudian Mich merasa ketidakadilan atas apa yang terjadi padanya.


"Saya mendapatkan kabar jika HM (mantan istri saya) dituntut hanya enam bulan penjara dengan masa percobaan satu tahun oleh jaksa penuntut umum, atas tuntutan tersebut saya sangat merasa kecewa dan tidak adil bagi saya,” tutur Mich.


Mich merasa dirinyalah korban sebenarnya dan menganggap hukum yang berlaku di Indonesia ‘lucu’ karena dirinya merasa diperlakukan tidak adil lantaran dirinya seorang WNA.


Bahkan Mich hingga saat ini masih mengalami trauma dan mata sebelah kirinya masih mengalami gangguan atas kekerasan yang dilakukan HM.


“Karena saya selalu menjadi korban dari kekerasan yang dilakukan oleh HM, hingga saat ini meninggalkan luka yang amat dalam bagi saya dan mata sebelah kiri saya hingga saat ini mengalami gangguan yang cukup serius, dikarenakan disiram oleh KM menggunakan air cabe dan dicampur dengan cairan pemutih pakaian,” ujarnya. 


Dirinya merasa seharusnya jaksa penuntut umum bersikap adil dan menuntut HM dengan adil dan setimpal dengan apa yang telah dilakukan kepadanya.


“Dalam persidangan segalanya saya sudah sampaikan bersama dengan bukti-bukti kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan oleh saudara HM,” katanya.


Sementara dari pihak kejaksaan melalui Kasi Intel Kejari Mataram, Ida Bagus Putu Widnyana mengatakan yang dijadikan tolak ukur sehingga HM tidak ditahan adalah karena dipicu oleh perbuatan Mich yang membawa perempuan lain ke rumah.


“Latar belakang perkara dipicu oleh perbuatan korban, yang kedua terdakwa belum pernah dihukum, yang ketiga terdakwa juga mengalami kekerasan, seperti itulah yang dijadikan pertimbangan," ujarnya.


Ketika ditanya terkait HM yang diduga menikah lagi dengan orang lain sebelum dirinya resmi bercerai dari Mich tidak dijadikan pertimbangan, Kasi Intel enggan mengomentari.


“Nah kalau kita fokus terhadap apa yang didakwakan dari JPU, artinya kami menjelaskan sesuai apa yang tertuang atau apa yang diuraikan dalam surat dakwaan, biar tidak berkomentar terlalu jauh nanti saya," katanya.


Menurut JPU, HM dinyatakan terbukti  bersalah secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana KDRT yang masing-masing berdiri sendiri melanggar pasal 44 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang PKDRT junto pasal 65 ayat (1) KUHP. 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Pria Australia Korban KDRT Kecewa dengan Sistem Hukum di Indonesia

Trending Now