Kisah Amel, Janda Cantik Pemilik Cafe Kini jadi PS Freelance

MandalikaPost.com
Sabtu, Maret 04, 2023 | 18.29 WIB
PS Freelance di hiburan malam./Ilustrasi.

MANDALIKAPOST.com - Roda kehidupan memang selalu berputar. Tak ada yang tahu hari ini sebagai apa dan esok menjadi apa. Demikian juga yang dirasakan Amel, sebut saja namanya begitu.


Tadinya, saat masih bersuami, Amel sempat merasakan kemewahan menjadi pemilik sebuah Cafe dan Karaoke di kawasan selatan Lombok. Tapi kini, Amel malah menjadi pemandu lagu (PS) freelance, dari cafe ke cafe kecil di Kota Mataram.


BACA JUGA : Kisah Anisa, PS Cantik yang Anti Pakai Susuk


Janda cantik berusia 26 tahun ini, kini merasakan bagaimana harus banting tulang demi menghidupi satu anak lelakinya yang masih balita.


"Ya, roda hidup memang berputar. Malah  saya sering ketemu mantan anak buah, saat ada kerjaan di Senggigi," kata Amel, yang ditemui Mandalika Post di sebuah cafe kecil di bilangan Sweta, Kota Mataram.


Pendidikan Amel sebenarnya lumayan. Wanita yang mengaku berasal dari Kecamatan Kuripan, Lombok Barat ini lulusan SMK, jurusan tata boga.




Setelah lulus sekolah Amel menikah dengan suaminya, sebut saja Budi, warga Lombok Tengah. Rumah tangga mereka awalnya baik-baik saja dan rukun.


Bahkan, dengan usaha bersama, pasangan ini bisa membuka usaha lapak kecil-kecilan di salah satu destinasi wisata ternama di Lombok ini.


"Setelah gempa bumi 2018 itu, usaha kami malah berkembang. Sampai kita bikin cafe dan karaoke," kenang Amel.


BACA JUGA : Kisah Nabila, jadi PS di Lombok Karena Gempa Cianjur


Seiring dengan usaha itu, Amel pun diberi rezeki lain. Anak yang cukup lama dinantikan dari pernikahannya akhirnya hadir. Amel hamil dan melahirkan anak pertamanya.


Toh, bukannya menambah kebahagiaan. Kelahiran anak pertama itu justru menjadi awal mimpi buruk Amel. Usaha cafe dan karaoke yang berkembang membuat sikap Budi mulai berubah.


"Yang buat saya sakit hati, suami saya selingkuh dengan PS kami. Dan itu PS yang saya bantu supaya dapat kerja," katanya.


Sebut saja wanita itu bernama Susi. Amel mengajak Susi bekerja di cafe miliknya sehabis gempa. Karena Amel merasa kasihan dengan Susi yang selama ini sering mangkal di Senggigi.


Karena kondisi pasca gempa memang Senggigi sangat sepi waktu itu. Amel menganggap Susi seperti saudara sendiri. Di Cafe milik Amel, Susi pun pelan-pelan dipercaya menjadi kasir.


Menurut Amel, desas-desus soal suaminya yang selingkuh dengan Susi sudah dia dengar dari beberapa karyawannya. Tapi Amel saat itu tak menggubris. Apalagi dia tak menyaksikan sendiri.






Sampai suatu pagi, di saat Amel dan beberapa karyawan pergi berbelanja kebutuhan di pasar.. Pulangnya Amel memergoki mereka.


"Pas saya pulang, si PS itu ternyata ada di kamar dengan suami saya. Saya langsung berkemas dan bawa anak bayi saya, pulang ke orangtua. Sakit hati saya," katanya.


Budi memang beberapa kali mencari Amel dan minta maaf agar Amel bersedia kembali. Tapi Amel terlanjur sakit hati. Amel pun memilih minta cerai. Susi baginya, ibarat air susu dibalas dengan air tuba yang pahit. 


Menjadi single parent buat Amel ternyata hal yang berat. Apalagi kebutuhan anaknya cukup banyak termasuk yang mendasar susu formula, pakaian, dan pampers.


Amel hanya bertahan enam bulan di kampungnya, dia pergi untuk cari kerja di kota. Ia tak ingin membebani orangtuanya yang hanya bekerja sebagai  buruh tani musiman.


"Akhirnya saya dapat kerjaan di sebuah Laundry. Dan saya bawa anak saya ngekost dekat tempat kerja. Adik perempuan saya juga saya ajak buat jaga anak kalau saya kerja," katanya.


Hanya saja, biaya hidup di Kota memang jauh lebih besar. Mengharapkan gaji Laundry, tentu tak bisa cukup bagi Amel bersama adik dan anaknya. Sampai satu ketika dia diajak teman lamanya untuk jadi PS Freelance di cafe-cafe yang ada di Suranadi dan sekitarnya.


"Ini sudah jalan hampir setahun jadi freelance, tapi di Laundry juga tetap kerja, dan keluarga saya nggak tahu saya begini," katanya.


Kerja Laundry Amel hanya tiga hari dalam seminggu. Itu pun hanya sampai petang. Selepas itu Amel banyak nganggur. Hal ini yang membuat dia mau menjalani profesi ini.


""Kan kalau di cafe gini kita kerjanya malam. Lagipula kalau freelance kan kita bisa atur waktu, pas mood ya kita kerja, kalau nggak ya nggak apa-apa juga karena nggak terikat kontrak dengan cafenya," katanya.


Setahun ini, Amel lebih banyak kerja di Suranadi dan sekitarnya. Tapi karena sejak awal tahun banyak cafe di Suranadi ditertibkan dan ditutup pemerintah daerah, kini Amel mulai menjelajah Kota Mataram.


Amel mengaku sebenarnya risih dan malu menjalani pekerjaannya. Apalagi stigma buruk selalu saja melekat pada wanita pekerja hiburan malam. Tapi desakan kebutuhan ekonomi membuatnya terpaksa terjun ke dunia begituan.


"Cuma syukurnya, sampai saat ini saya masih bisa menjaga diri. Saya tahu batasnya menemani tamu. Banyak yang ngajak check-in, tapi selalu bisa saya tolak, tanpa membuat tersinggung tamu," katanya.


Amel berharap suatu saat bisa mendapatkan pekerjaan formal yang lebih baik. Ijazah SMK jurusan tata boga miliknya hanya akan menjadi pajangan yang sia-sia, jika terus menekuni pekerjaan yang sekarang.




Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kisah Amel, Janda Cantik Pemilik Cafe Kini jadi PS Freelance

Trending Now