Terbaik se Indonesia, Penurunan Stunting di NTB Capai 8,1 Persen,

Ariyati Astini
Selasa, Maret 26, 2024 | 13.26 WIB Last Updated 2024-03-26T05:26:43Z
Plt BKKBN Provinsi NTB DR. Lalu Makripuddin M.Si saat memberikan bantuan telur kepada masyarakat lokus stanting






MANDALIKAPOST.com- Angka prevalensi stunting di Provinsi Nusa Tenggara Barat turun signifikan dalam satu tahun terakhir. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 oleh Kementerian Kesehatan RI, prevalensi stunting di NTB pada 2023 sebesar 24,6 persen. Angka ini turun sebesar 8,1 persen dibandingkan prevalensi stunting tahun 2022 sebesar 32,7 persen.


Plt Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi NTB DR. Lalu Makripuddin M.Si mengatakan penurunan angka stunting di NTB jauh lebih besar dibandinkan dengan Indonesia secara nasional. Secara nasional penurunan angka stunting hanya sebesar 0,1 persen. 


“Kita NTB angka stunting menurun cukup tajam, penurunan ini yang terbaik dibandingkan dengan Provinsi lain,” Kata Lalu Makripuddin M.Si saat ditemui di Mataram, Rabu (20/3).


Makrippudin mengungkapkan berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah Daerah untuk mempercepat penurunan angkan stunting di Bumi Gora. Terbukti prevalensi stunting di NTB memang cenderung menurun dari tahun ke tahun. 


Salah satu inovasi yang digencarkan Pemerintah Daerah adalah melalui gerakan gotong royong bhakti stunting. Dimana seluruh OPD lingkup Pemprov NTB turun langsung ke desa-desa binaan yang menjadi lokus sunting untuk memberikan edukasi serta bantuan telur kepada masyarakat.


“Tentu komitmen dari Provinsi itu kemudian diikuti pada level Kabupaten/Kota. Para Bupati dan Wakil Bupati serta Kepala Dinas turun langsung ke desa-desa. Ditambah oleh stakeholder yang lain sesuai denga formasi masing-masing,” ujarnya


Selain gerakan bahkati stunting, BKKBN sendiri melalui program DASHAT (Dapur Sehat Atasi Stunting) juga rutin memberikan edukasi untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung protein hewani di kampung-kampung KB yang ada di NTB. Diketahui bahwa masalah stunting ini diakibatkan karena kekurangan gizi kronis yang berulang. terutama pada protein hewani. 


“Dan ini kelihatannya mulai berubah pola itu, sekarang masyarakat sudah mulai memperhatikan gizi ketika sedang hamil dan ketika mereka memiliki anak balita. Sehingga ini Alhamdulillah mempengaruhi angka stunting di NTB,” ulasnya 


Ditambah lagi hampir semua Kabupaten/Kota memiliki inovasi dalam upaya intervensi penurunan stunting. Misalnya di Kabupaten Sumbawa Barat menyiapkan sebuah gerakan yang disebut Keluarga Bahagia Bebas (Kebas) Stunting. Sedangkan di Lombok Timur membuat program Canting Mas (Cegah anak stunting bersama masyarakat) untuk mempercepat penurunan stunting didaeerah tersebut.


Upaya lainnya yakni melalui rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI) membuat pengentasan stunting tahun 2023 menjadi lebih terarah dari sebelumnya. Sebab didalamnya ada gerakan Bapak Asuh Anak Stunting melibatkan semua perusahaan dan organisasi kemasyarakatan hingga instansi pemerintahan.


“Kita juga ada inovasi dengan siswa-siswa SMP, SMA itu ikut dengan menyumbang telur. Ini pertama kali terjadi di NTB dan diikuti oleh Provinsi lainnya,” katanya


Persoalan stunting di NTB menurut Makrippudin disebabkan oleh banyak faktor. Maka untuk penangan stunting tidak boleh dilakukan hanya pada satu sektor tetapi harus melibatkan semua pihak. Sesuai amanat Pemerintah Pusat, angka stunting di NTB ditargetkan dapat turun menjadi 14-17 persen di tahun 2024. “Mudah-mudahan bisa dicapai melihat tren penurunan cukup signifikan sesuai hasil SKI tahun 2023 yang dirilis,”ucapnya



Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Dr. H. Lalu Hamzi Fikri, MM menimpali bahwa dalam upaya menurunkan angka stunting di NTB juga perlu dilakukan melalui penguatan-penguatan terutama pada level yang paling terdepan. Di NTB sendiri sudah melakukan pendampingan dan penguatan, pemanfaatan E-PPGBM. 


NTB telah melakukan pendampingan dan penguatan pemanfaatan E-PPGBM pada Posyandu Keluarga. Secara kelembagaan, NTB telah memiliki 7.716 Posyandu Keluarga yang tersebar di 10 Kabupaten/Kota se-NTB.


“Berdasarkan Data Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) menunjukkan tingkat stunting di NTB per November diangka 13,49 persen. Maka dari itu Pemprov optimis tingkat stanting di NTB dapat turun secara signifikan,” timpalnya (rat)



Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Terbaik se Indonesia, Penurunan Stunting di NTB Capai 8,1 Persen,

Trending Now