MANDALIKAPOST.COM- Bayangkan tempat suci yang katanya menempa akhlak mulia, tapi malah jadi kandang predator seksual yang kelaparan. Itulah wajah Pondok Pesantren (Ponpes) di Nusa Tenggara Barat (NTB) saat ini. Setidaknya 17 kasus pelecehan seksual sudah terbongkar, ratusan santri lugu jadi korban, dan pelakunya? tidak lain adalah para "guru" mulia pimpinan dan pengasuh ponpes yang seharusnya jadi teladan.
Di tengah kekacauan ini, ada sosok megah yang bertahta di Kanwil Kemenag NTB yaitu Zamroni Aziz, sang maestro retorika yang lidahnya lebih lincah dari tindakannya. Sejak 2022, ia dengan gagah berjanji membentuk Satgas PPKS di setiap ponpes untuk mencegah kekerasan seksual. Tapi sampai 2025? nol besar kosong melompong. Mungkin ia terlalu sibuk mengasah jurus “omon-omon” di podium, sementara santri-santri menjerit dalam diam. Janji itu cuma angin lalu, Zamroni.
Lalu Nazir Huda, Presma BEM UNRAM, tak bisa lagi menahan amarah dan miris melihat kasus demi kasus terus terjadi.
“Kami tidak bisa diam melihat adik-adik kami di ponpes jadi mangsa pelecehan hanya karena Kakanwil Kemenag NTB gagal melindungi mereka. Ini pengkhianatan moral. Jangan cuma omon-omon, kami tuntut tindakan nyata!” tandasnya.
Tapi apa yang dilakukan, Zamroni? menutup telinga rapat-rapat, pura-pura tuli, atau sibuk mencari alasan di balik meja mewah? suara mahasiswa ini bukan sekadar teriakan, ini tamparan keras untuknya yang tak juga bergerak.
Ironi terbesar ada di ponpes yang katanya mengajarkan kebajikan, malah jadi panggung para predator berjubah. Pimpinan dan pengasuh, yang seharusnya melindungi, justru jadi algojo yang menghancurkan masa depan santri. Kakanwil Kemenag NTB, apa kabar? masihkah nyaman bermain petak umpet dengan tanggung jawab? atau memang sengaja membiarkan 17 kasus ini jadi angka biasa, sementara korban terus bertambah?
Mahasiswa sudah muak dengan drama ini. Mereka menuntut tindakan cepat, bukan lagi kata-kata manis yang berbau busuk. Tanpa reformasi segera, ponpes di NTB tak ubahnya kuburan moral yang di gali sendiri oleh Zamroni. Bangunlah dari kursi empuk, atau bersiaplah dicatat sejarah sebagai birokrat yang membiarkan santri jadi santapan predator. Pilihannya sederhana, bertindak sekarang, atau mundur saja, karena jelas ia tak layak memimpin kalau cuma bisa berjanji.
Ini bukan cuma skandal, ini tragedi kemanusiaan yang dibiarkan berlarut-larut. Ratusan korban menanti keadilan, tapi yang diberi hanyalah keheningan dan kegagalan. Jadi, Zamroni Aziz, apa lagi yang ditunggu? mundur atau bertindak, tapi jangan harap mahasiswa diam melihat ia terus bermain sandiwara di atas penderitaan santri!.
PRESENTER :LALU NAZIR