![]() |
Kondisi ruang kelas MTS NW Pangsor Gunung desa Sembalun Bumbung. (Foto: Rosyidin/MP). |
MANDALIKAPOST.com – Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Wathan (MTS NW) Pangsor Gunung di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, terus berjuang mencerdaskan anak bangsa di tengah tantangan fasilitas bangunan yang memprihatinkan. Meskipun demikian, semangat juang para guru dan visi baru dari Ketua Yayasan memberikan optimisme untuk kemajuan pendidikan di Sembalun.
Pasca gempa bumi yang melanda wilayah ini, pada tahun 2018 silam kondisi bangunan MTS NW Pangsor Gunung kian memburuk. Plafon yang tak ada, ruangan yang tidak layak pakai, dan bahkan kekhawatiran akan ambruknya bangunan menjadi pemandangan sehari-hari.
"Banyak sekali masyarakat yang menganggap persepsinya sekolah MTS NW Pangsor Gunung begitu maju, tetapi kemajuan itu harus dibarengi dengan kenyamanan, ketenangan yang ingin dirasakan oleh anak-anak kita dan guru-guru kita termasuk pada fisik bangunannya," ungkap Tirta Jelmi i, Ketua Yayasan Pendidikan Pangsor Gunung saat ditemui di Sembalun belum lama ini.
Sebagai ketua yayasan yang baru, Tirta Jelmi memiliki visi komprehensif untuk memajukan organisasi NWDI dan pendidikan di Kecamatan Sembalun secara umum.
"Saya harus mengambil langkah-langkah konkret, langkah yang pertama saya harus menyusun AD/ART-nya dulu seperti apa visi misi yang ingin kita kerjakan jangka pendeknya dan jangka menengah dan jangka panjang," tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya merekatkan struktur organisasi dan menggerakkan manajemen organisasi dengan basis data yang akurat.
Visi beliau tak hanya terbatas pada satu sekolah, melainkan merangkul semua sekolah NWDI atau sekolah swasta non-NWDI di Sembalun untuk saling mengisi dan bahu-membahu mencerdaskan anak bangsa.
"Tidak ada persaingan, yang ada bagaimana cara kita saling bahu-membahu untuk mencerdaskan anak bangsa ini," pungkasnya.
Upaya perbaikan fasilitas juga menjadi prioritas. Sebelum bantuan besar terealisasi, Tirta Jelmi berinisiatif untuk memperbaiki dan mengecat ulang bangunan yang ada.
"Jangan sampai ketika dia masuk dia akan menemui bangunannya jelek, temboknya banyak tulisan. Maka saya berinisiatif dengan cara saya tanpa melibatkan siapa-siapa saya akan bersihkan ini," katanya, berharap ini akan menanamkan mindset positif bagi para siswa baru.
Meskipun dalam keterbatasan, MTS NW Pangsor Gunung tak pernah berhenti berinovasi. Kerja keras para guru di tengah gaji yang masih jauh dari kata sejahtera patut diacungi jempol.
"Kerja keras, kesabaran, dan keikhlasan daripada guru-guru kita yang di sini di tengah segala kekurangan yang ada mampu mencetak siswa-siswi berprestasi," ujar Tirta Jaelani.
Tirta Jaelani optimistis dengan kepengurusan yayasan yang baru. "Saya optimis dengan terbentuknya struktur kepengurusan yayasan yang baru karena pimpinan yayasan yang sekarang alhamdulillah kalau saya lihat sangat visioner, ide-idenya itu sangat cemerlang," ujarnya.
Sementara itu, guru kordinator MTS NW Pangsor Gunung, Sumarlin menyoroti kondisi bangunan yang ada.
"Bisa dilihat bangunannya sangat memprihatinkan. Kalau kita bercerita kondisi kami terutama pasca gempa itu jauh dari kata layak sebenarnya terutama fasilitas ruang kelas MTS kemudian ruang-ruang penunjang lainnya," jelasnya.
Ia menambahkan bahwa bantuan pasca gempa dari PMI pun hanya bersifat semi permanen, dan hanya kurang dari 50% dari master plan yang tercapai. Bahkan, plafon dan kusen jendela di sebagian ruangan harus dibangun menggunakan dana BOS.
Terlebih saat musim hujan, kondisi menjadi semakin parah. "Musim hujan bocor, becek, kebanjiran. Di musim panas pun panasnya luar biasa, dicampur juga terbuka tidak ada plafon," tutur Sumarlin, menggambarkan tantangan pembelajaran yang sangat mengganggu.
Hal ini terbukti dengan terus bertambahnya jumlah siswa setiap tahunnya, menjadikan MTS Pangsor Gunung sebagai salah satu tujuan utama masyarakat Sembalun Bumbung untuk menyekolahkan anak-anak mereka.
Pihak madrasah juga telah berupaya mengajukan proposal ke dinas dan Kementerian Agama, namun terkendala verifikasi di tingkat pusat.
"Proposal-proposal yang kami ajukan ditolak dengan alasan yang tidak jelas, proposal yang kami ajukan khususnya untuk RKB ruang kelas baru dan fasilitas belajar mengajar seperti meja kursi itu sudah rusak," terang Sumarlin.
Mengenai dana BOS, Sumarlin menjelaskan bahwa besarannya tidak mencukupi untuk pembangunan fisik karena harus dialokasikan untuk operasional sekolah, termasuk seragam siswa baru dan insentif guru.
"Dana BOS besarannya itu sebenarnya tidak seberapa dibanding dengan yang kami habiskan untuk operasional sekolah," ungkapnya.
Kendala eksternal, seperti pergaulan siswa di luar sekolah, juga menjadi perhatian serius. Untuk mengatasinya, MTS NW Pangsor Gunung secara rutin mengadakan kegiatan pondok setiap hari setelah salat Ashar dan setelah Magrib, yang meliputi pengajian kitab, Al-Quran, bahasa Inggris, dan kesenian.
"Ini semata-mata bukan hanya untuk melatih keterampilan anak saja tetapi membatasi ruang gerak mereka agar tidak tergerus dengan pergaulan yang negatif di luar," kata Sumarlin.
Meski prestasi di tingkat kabupaten belum membanggakan, MTS NW Pangsor Gunung sering meraih penghargaan di tingkat kecamatan, terutama dari ekstrakurikuler dan hafalan Al-Qur'an.
Mereka berharap, dengan fasilitas yang memadai seperti ruang kelas kondusif, laboratorium komputer, perpustakaan, dan aula, potensi anak-anak bisa lebih terasah.
Baru-baru ini, MTS NW Pangsor Gunung juga mendapatkan hibah perluasan lahan untuk pembangunan asrama santri, yang sangat dibutuhkan mengingat tingginya minat wali murid dari luar Sembalun. Namun, ketiadaan dana menjadi kendala.
"Kami tidak ada sumber dana untuk membangun padahal rencana kita akan bangun asrama untuk para santri," keluh Sumarlin.
Dalam menghadapi tantangan ini, Ketua Yayasan dan jajaran guru MTS NW Pangsor Gunung berharap adanya dukungan dari pemerintah dan semua pihak.
"Seharusnya perhatiannya kalau tidak sama ya paling tidak jangan terlalu jauh ketimpangannya gitu dari pemerintah yang ingin support dari semua dunia dari semua pihak," harap Sumarlin, menekankan bahwa tugas sekolah swasta, khususnya dengan mayoritas siswa dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, lebih berat.
Harapannya, MTS NW Pangsor Gunung dapat menjadi "role model" pendidikan yang memberikan manfaat positif, tidak hanya bagi siswa tetapi juga bagi masyarakat luas.