![]() |
Ketua Koperasi Merah Putih Desa Waringin, Mohammad Sariin, (Foto: Rosyidin/MP). |
MANDALIKAPOST.com – Koperasi Desa (KOPDes) Merah Putih di Desa Waringin, Kecamatan Suralaga, Lombok Timur, menunjukkan gebrakan baru dalam upaya menggerakkan roda perekonomian lokal.
Dengan rencana ambisius untuk menggandeng pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), pengusaha lokal, serta membangun apotek desa, KOPDes ini bertekad menjadi motor penggerak kesejahteraan warga.
Ketua KOPDes Merah Putih, Moh. Sari'in menegaskan bahwa langkah strategis ini dirancang untuk meningkatkan perputaran ekonomi dan mempermudah akses layanan kesehatan bagi masyarakat.
"Kami ingin koperasi ini menjadi motor penggerak ekonomi desa. Dengan menggandeng UMKM dan pengusaha lokal, diharapkan perputaran ekonomi di desa bisa meningkat. Selain itu, pembangunan apotik juga untuk mempermudah masyarakat dalam mendapatkan obat-obatan,” ujar Sari'in pada awak media Kamis (24/7).
Program ekspansi ini, yang ditargetkan mulai akhir tahun ini, saat ini masih dalam tahap perencanaan dan koordinasi intensif dengan pemerintah desa serta dinas terkait.
KOPDes Merah Putih telah beroperasi selama tiga bulan dan telah mengantongi legalitas serta badan hukum yang sah.
"Artinya, dari tahapan pembentukan nama koperasi, pengurus hingga legalitas koperasi sudah ada. Tinggal kita menunggu arahan dan dananya," jelas Sari'in.
Di balik optimisme pengembangan, Koperasi Merah Putih menghadapi tantangan unik terkait sumber pendanaannya.
Sebagai salah satu program percontohan dari pemerintah pusat, Koperasi Merah Putih mendapatkan dana pinjaman, bukan hibah, yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 49 Tahun 2025. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pengurus koperasi.
"Yang kami bingungkan dari pengurus koperasi ini bukan karena dana hibah yang diberikan kita sama pak presiden Prabowo, kan dana pinjaman. Dana pinjaman ini bagaimana kita mengelola itu,” ungkap Sari'in, menyiratkan kekhawatiran akan konsekuensi jika program tidak berjalan sesuai target, yang berpotensi berdampak pada dana desa.
Meskipun demikian, Sari'in telah memaparkan ide-ide kreatif untuk mengelola dana pinjaman ini secara efisien. Salah satu gagasan menarik adalah membangun apotek pertanian dan menjalin kerja sama dengan agen pupuk atau LPG.
Ia menekankan pentingnya efisiensi dalam pengelolaan dana. “Saya berpikir kalau kita membangun toko, dari mana kita dapat setor? Lebih baik mereka itu sebagai anggota kita. Misalnya ada yang jual pupuk atau agen pupuk di sini, mari jadi anggota koperasi,” jelasnya, mengindikasikan model bisnis yang berfokus pada kemitraan langsung dengan anggota.
Belajar dari pengalaman kasus macet di program simpan pinjam di daerah lain, Koperasi Merah Putih mengambil pendekatan yang sangat hati-hati.
“Kami di KOPdes Merah Putih tidak usah dulu untuk simpan pinjamnya, karena banyak kasus. Kita lihat di BUMDes tuh, banyak yang minjam tapi setoran macet malah ditinggal ke Malaysia,” ungkap Sari'in, menunjukkan tekad untu menghindari risiko serupa.
Untuk meminimalkan potensi masalah, Koperasi Merah Putih berencana memfasilitasi seluruh transaksi melalui perbankan, menghindari pengelolaan uang tunai secara langsung oleh koperasi.
“Kita harapkan nanti Koperasi Merah Putih ini jangan pegang uang, tapi yang pegang itu adalah bank,” pungkas Sari'in, menyoroti komitmen mereka terhadap transparansi dan akuntabilitas keuangan.