Nikah Di Selong: Masalah Bulan Baik Lewat, Tapi Kantong Tebal yang Bicara

Rosyidin S
Jumat, Juli 04, 2025 | 23.13 WIB Last Updated 2025-07-04T15:13:47Z
Penghulu KUA Kecamatan Selong, Darsiah, SH.I., (Foto: Rosyidin/MP).

MANDALIKAPOST.com – Di tengah kepercayaan masyarakat yang sering mengaitkan bulan tertentu dengan keberuntungan pernikahan, sebuah fenomena unik terjadi di Kecamatan Selong, Lombok Timur.


Angka pernikahan di wilayah ini justru tidak terpengaruh oleh bulan baik atau buruk, melainkan lebih ditentukan oleh kesiapan finansial calon pengantin.


Tren Pendaftaran Nikah Bergeser, Ekonomi Jadi Penentu Utama


Penghulu Kantor Urusan Agama (KUA) Selong, Darsiah, SH.I., mengungkapkan adanya pergeseran tren pendaftaran nikah yang mencolok.


Ia mencatat bahwa puncak pendaftaran justru terjadi menjelang Hari Raya Iduladha, bukan di bulan Muharram yang kerap diyakini sebagai bulan baik untuk melangsungkan pernikahan.


"Menjelang Iduladha itu ada 20 pasangan yang daftar," ujar Darsiah pada Kamis (3/7) kamis kemarin saat ditemu di ruang kerjanya.


Namun, tren ini berbanding terbalik dengan kondisi di bulan Muharram. "Selama bulan Muharram ini cuma sembilan orang," tambahnya.


Darsiah menegaskan bahwa sepinya pernikahan di bulan-bulan tertentu bukan karena pantangan, melainkan lebih pada faktor ekonomi


"Bukan soal pantangan bulan yang menyebabkan sepinya pernikahan, tapi karena belum banyak warga yang siap secara finansial," jelasnya.


Panen dan Jual Tembakau, Sinyal Kesiapan Berumah Tangga


Kondisi ekonomi menjadi pertimbangan utama, terutama bagi warga di wilayah pinggiran Selong seperti Denggen. Darsiah memaparkan.


"Di wilayah pinggiran Selong seperti Denggen, biasanya warga nikah setelah panen atau selesai jual tembakau. Kalau sudah ada uang, baru datang ke KUA," katanya.


Fenomena ini, menurut Darsiah, bukanlah hal baru dan telah berlangsung selama bertahun-tahun. Masyarakat di Selong kini lebih realistis dalam memutuskan kapan akan menikah.


"Nikah itu butuh persiapan, terutama ekonomi. Sekarang orang makin realistis, bukan sekadar ikut-ikutan soal bulan baik," tegasnya.


KUA Selong sendiri mencakup 11 kelurahan dan 1 desa yang tersebar di 55 lingkungan, termasuk Pancor, Majidi, Sekarteja, Kelayu Utara, Kelayu Selatan, Kelayu Jorong, Denggen, dan Desa Denggen Timur.


"Biasanya begitu panen selesai, langsung ramai. Tapi kalau belum panen, ya sepi," pungkas Darsiah, menggambarkan bagaimana roda ekonomi lokal secara langsung memengaruhi jumlah pernikahan di wilayahnya.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Nikah Di Selong: Masalah Bulan Baik Lewat, Tapi Kantong Tebal yang Bicara

Trending Now