![]() |
Susana para pendaki Gunung Rinjani saat check-in di Pos Resort TNGR Sembalun, (Foto: Rosyidin/MP). |
MANDALIKAPOST.com – Jalur pendakian Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali dibuka pada Senin (11/8/2025) setelah ditutup total sejak 1 Agustus.
Pembukaan ini disambut antusias oleh ratusan pendaki, di mana sebagian besar di antaranya adalah wisatawan mancanegara.
Menurut data dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), jumlah pendaki di hari pertama pembukaan ini mencapai lebih dari 400 orang.
"Pendakian di hari pertama ini didominasi pendaki mancanegara, mencapai 60% dibandingkan pendaki domestik," ujar Taufikurrahman, Kepala Resort TNGR di Sembalun.
Mayoritas turis mancanegara berasal dari Eropa, khususnya Prancis, yang sedang memasuki masa liburan.
Penutupan jalur pendakian selama kurang lebih 10 hari ini dilakukan untuk perbaikan jalur di enam pintu masuk, serta pemasangan tangga dan pagar demi meningkatkan keselamatan pendaki.
Hal ini juga sebagai respons atas insiden kecelakaan yang sempat terjadi di jalur puncak Rinjani dan Danau Segara Anak.
Pihak TNGR juga merevisi Standar Operasional Prosedur (SOP) pendakian, termasuk penyesuaian kelas jalur menjadi grade IV, peningkatan rasio pemandu (guide) terhadap pendaki, penyempurnaan asuransi, dan penerapan rencana kontinjensi keselamatan.
Sistem kuota pendakian tetap diberlakukan, yaitu 400 orang per hari. "Sistemnya tetap menggunakan kuota 400 orang per hari. Yang mendominasi wisatawan mancanegara, sebagian besar dari Eropa dibandingkan wisatawan domestik. Ya, persentasenya 60 banding 40," jelas Taufikurrahman.
Salah satu perubahan signifikan dalam SOP baru adalah penyesuaian rasio pemandu. Jika sebelumnya satu pemandu mendampingi enam orang pendaki, kini rasionya menjadi satu pemandu untuk lima pendaki.
"Hal itu dilakukan untuk memastikan sistemnya dengan perbandingan rasio antara guide dengan pengunjung itu 1 berbanding 5," kata Taufik.
Perubahan ini sempat menimbulkan antrean panjang di loket registrasi pada pagi hari. Petugas membutuhkan waktu lebih lama untuk menyesuaikan data di sistem.
"Biasanya pada pukul 09.00 WITA, pengunjung yang check-in sudah bisa terurai, tapi pada hari ini agak mundur karena penyesuaian SOP," tambahnya.
Meskipun demikian, para Trekking Organizer (TO) dinilai sudah dapat beradaptasi. "Alhamdulillah, para TO sudah bisa menyesuaikan dengan adanya SOP baru ini," ujar Taufik.
Kerisma, seorang pendaki asal Tegal, Jawa Tengah, mengaku menerima persyaratan SOP terbaru ini meskipun sempat beberapa kali menjadwal ulang perjalanannya.
"Insyaallah kita bisa menyelesaikan, termasuk persiapan mental dan fisik. Terutama estimasi juga, satu bulan yang lalu kita persiapkan itenerinya," katanya.
Ia berharap SOP baru ini dapat menjamin keselamatan dan keamanan para pendaki. "Sejauh ini aman, lancar tidak ada kendala. Sempat khawatir juga karena beberapa kali kami re-schedule tiket dan penutupan tiba-tiba," pungkasnya.
Sementara itu di tempat terpisah, Kepala Balai TNGR, Yarman, menegaskan bahwa kebijakan ini akan terus dievaluasi secara berkala.
"Kebijakan ini akan terus dievaluasi secara berkala untuk menjaga keselamatan dan kenyamanan seluruh pengunjung," ujarnya.
Pihak TNGR juga mengingatkan bahwa seluruh tiket pendakian kini hanya dapat dibeli secara daring melalui aplikasi resmi, sebagai upaya untuk mengelola jumlah pengunjung dengan lebih tertib.
Bagi calon pendaki yang tiketnya hangus selama periode penutupan, TNGR memberikan opsi penjadwalan ulang hingga akhir musim pendakian 2025 atau pengembalian biaya tiket.
Dengan dibukanya kembali jalur pendakian, para pendaki diimbau untuk mematuhi semua aturan baru demi menjaga kelestarian alam dan keselamatan bersama.
"Gunung Rinjani bukan sekadar destinasi wisata, tetapi juga warisan alam yang harus dijaga untuk generasi mendatang," tutup Yarman.