Program Makan Bergizi Gratis Diduga Jadi Sumber Keracunan, Puluhan Siswa SMK di Lombok Timur Dilarikan ke Puskesmas

Rosyidin S
Jumat, Agustus 22, 2025 | 18.20 WIB Last Updated 2025-08-22T10:20:12Z
Terlihat salah seorang siswi dirawat intensif di Puskesmas Selong, diduga keracunan MBG, (Foto: Istimewa/MP).

MANDALIKAPOST.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan pemerintah pusat kembali menuai sorotan. Sejumlah siswa dari SMK Karya Adi Husada di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, diduga mengalami keracunan massal setelah menyantap hidangan dari program tersebut pada Selasa, 19 Agustus 2025.


Peristiwa ini menambah panjang daftar kasus serupa yang telah mencatat 1.376 korban anak di berbagai daerah sejak Januari hingga Juni 2025.


Salah satu korban, Cici Widia Astuti, siswi kelas III SMK, menceritakan pengalamannya saat ditemui di Ruang IGD Puskesmas Selong. Ia mengalami gejala keracunan, seperti mual, pusing, dan diare, setelah menyantap menu MBG yang terdiri dari ayam goreng, sayur wortel, dan tahu.


"Setelah saya menyantap makanan dari MBG, di hari pertama saya merasa mual dan akhirnya muntah, dan beberapa kali buang air besar dari jam 3 dini hari hingga azan subuh," ujar Cici.


"Hingga di hari kedua ini, tetap tidak ada perubahan. Sehingga hari ini saya dibawa ke Puskesmas, termasuk beberapa teman saya yang lain juga mengalami hal yang sama," imbuhnya.


Cici menduga kuat bahwa keracunan berasal dari ayam goreng yang beraroma tidak sedap. Ia juga menegaskan bahwa sebelum kejadian, ia tidak menyantap makanan lain dan tidak memiliki riwayat penyakit.


Tim medis Puskesmas Selong, Mustiadi, membenarkan kondisi pasien. "Dari hasil observasi, pasien tersebut mengalami mual, muntah, yang disertai diare," jelasnya, seraya menambahkan bahwa pasien kini mendapatkan perawatan intensif.


Sementara itu, ahli gizi MBG Dapur RA. Kartini Rakam, Arif Rahman Hakim, mengakui adanya kendala teknis dan keterlambatan distribusi.


"Saat ini, kami mengelola 3.302 porsi makan untuk siswa dan posyandu," tuturnya.


Namun, yang menjadi pertanyaan adalah mengapa makanan yang seharusnya dikonsumsi pagi hari baru didistribusikan pada pukul 12 siang, padahal jarak antara dapur dan sekolah hanya sekitar 25 meter. Keterlambatan ini tentunya sangat memengaruhi kualitas dan kelayakan makanan.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Program Makan Bergizi Gratis Diduga Jadi Sumber Keracunan, Puluhan Siswa SMK di Lombok Timur Dilarikan ke Puskesmas

Trending Now