Petani di NTB Menjerit, Hasil Panen Melimpah Tak Terserap Bulog

MandalikaPost.com
Jumat, Juni 25, 2021 | 15.41 WIB
Ilustrasi.

MANDALIKAPOST - Para petani di Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa menjerit. Pasalnya hasil panen padi kali ini tidak terserap pasar. Gabah mereka pun tidak dibeli Bulog.


Ironi ini terjadi di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang selama ini terkenal sebagai salah satu daerah lumbung pangan nasional.


Ketua Gapoktan Merente Kecamatan Alas, Subhan menjelaskan, para petani di Kecamatan Alas hingga kini kesulitan. Susah payah mereka menanam padi selama ini ternyata tak membuahkan hasil. Panen yang melimpah tak terserap pasar. Para pengepul yang biasanya menyerap hasil panen mereka, berdalih alasan alasan penyerapan dihentikan oleh pihak Bulog.


Subhan mengatakan para petani kini tengah kesulitan akibat gabah mereka tidak diterima. Padahal banyak dari petani menanam dengan modal hutang.


"Kasihan kita di sini. Banyak teman-teman petani harus berutang untuk menanam. Tapi setelah panen, gabah mereka tidak diterima," ujar Subhan, Jumat (25/6). 


Subhan menjelaskan, tadinya mereka sangat berharap gabah hasil panen bisa terserap. Sebab, kebutuhan ekonomi harus ditutupi, selain biaya operasional tanam, perewatan, dan juga kebutuhan rumah tangga para petani. Tapi, justru disaat panen pelimpah, justru Bulog tidak menyerap gabah mereka. Bahkan, soal penghentian penyerapan itu, para petani tidak dikabari sebelumnya oleh Bulog.


"Setiap mulai panen, lincah-lincah kami mencari harga yang cocok. Tapi momen panen saat ini justru tidak dibeli. Kenapa pas sebelum panen turun harga atau tidak dibeli, sehingga kami tidak menanam. Kenapa enggak suruh kami jangan tanam padi sebelumnya biar kami tanam yang lain," sesal Subhan.


Subhan menegaskan, hal ini kontras sekali dengan program ketahanan pangan yang diusung pemerintah. NTB yang menjadi lumbung pangan, justru petani kesulitan menjual gabah. 


"Titip salam untuk Pak Jokowi, tolong lirik petani di Kecamatan Alas. Gabah kami tidak mau dibeli sama Bulog. Bagaimana kami bisa dukung program ketahanan pangan kalau hasil pertanian kami tidak dibeli," katanya.


Sementara itu, Pimpinan Cabang (Pinca) Bulog Sumbawa, Kurnia Rahmawati mengatakan, penyerapan gabah dihentikan sementara sejak 10 Juni 2021 lalu.


Beberapa hal yang melatarbelakangi dihentikan penyerapan hasil pertanian tersebut karena Cadangan Beras Pemerintah (CBP) telah memenuhi target nasional. 


"Kemudian gudang-gudang Bulog di seluruh Indonesia sudah penuh, termasuk di Sumbawa," katanya.


Dia mengungkapkan banyak faktor yang juga mempengaruhi, di antaranya Bulog belum memiliki pasar tetap untuk menyalurkan stok gabah atau beras dan menghindari bunga kredit Bulog yang kian membesar.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Petani di NTB Menjerit, Hasil Panen Melimpah Tak Terserap Bulog

Trending Now