Taman Nasional Gunung Rinjani Siap Revisi Aturan Pendakian Demi Keamanan dan Kenyamanan Pengunjung

Rosyidin S
Selasa, Juli 22, 2025 | 20.25 WIB Last Updated 2025-07-22T12:25:25Z
Pertemuan: Rapat koordinasi pengelolaan wisata gunung Rinjani berbasis kawasan, (Foto: Rosyidin/MP).

MANDALIKAPOST.com – Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) menunjukkan komitmennya untuk meningkatkan kualitas layanan dan menjamin keselamatan para pendaki. Berbagai aspek, mulai dari prosedur operasional standar (SOP) bagi pemandu, komposisi ideal rombongan, hingga penataan kuota pendakian, sedang dalam tahap evaluasi dan penyegaran.


Kepala Balai TNGR, melalui Kepala SPTN Wilayah II Taman Nasional Gunung Rinjani, Lidya Tesa Vitasari Saputro menyatakan bahwa langkah-langkah ini diambil menyusul beberapa insiden dan masukan dari berbagai pihak. Salah satu fokus utama adalah penertiban kembali praktik penggunaan tiket dan pembatasan jumlah pendaki yang ditangani oleh seorang pemandu.


"Nanti kami akan merefresh kembali, baik petugas kami maupun menginfokan lagi kepada semua TO (Tour Operator) maupun guide dan porter terkait yang ada supaya tidak membawa tiket itu lagi," ujar Tesa, dalam rapat koordinasi bersama masyarakat Sembalun dan stakeholder lainnya belum lama ini.


Salah satu sorotan utama adalah masalah rasio pemandu dan pendaki. Pihak TNGR mengakui adanya pelanggaran SOP terkait satu pemandu yang menangani rombongan besar, bahkan hingga 11 orang, SOP yang berlaku saat ini menetapkan satu pemandu untuk enam pendaki.


"Itu sebenarnya sudah melanggar SOP, karena di SOP itu satu guide untuk enam orang. Dari kejadian kemarin itu, nanti akan kami evaluasi kembali, mungkin komposisinya menjadi satu banding tiga atau satu banding empat," jelas Tesa.


Perubahan rasio ini didasarkan pada pertimbangan keselamatan dan kenyamanan, terutama mengingat variasi tingkat pengalaman dan kecepatan pendaki dalam satu rombongan.


"Kalau ada satu guide misalnya empat orang itu speed-nya sudah sering mendaki gunung, sedangkan yang dua lagi baru pertama kali mendaki gunung, itu akan sangat memberatkan bagi guide dan membahayakan juga bagi tamu," tambahnya.


Terkait masalah pendapatan pemandu dan porter, TNGR menegaskan bahwa hal tersebut berada di luar ranah kewenangan mereka. Namun, aspirasi mengenai penyesuaian tarif dapat disampaikan melalui asosiasi terkait atau forum, mengingat forum terakhir telah menyebarkan surat edaran tarif porter Rp275.000 per hari dan pemandu (guide) Rp300.000 per harinya.


"Kalau mengenai upah guide dan porter, itu  bukan ranah kami. Tapi aspirasinya bisa disampaikan melalui forum, melalui asosiasi, supaya bisa di tindak lanjuti oleh forum," terangnya.


Tesa juga menyoroti kemandirian porter dan pemandu. "Porter guide itu, menurut saya, mereka atau teman-teman itu bisa jalan sendiri tanpa harus ada TO," katanya, mengindikasikan bahwa para porter dan pemandu memiliki daya tawar yang cukup tinggi.


Mengenai kuota pendakian, TNGR menegaskan komitmen mereka untuk menjaga kuota 150 orang per hari di tiga jalur pendakian yakni, pintu Sembalun (Lotim), Senaru dan Toren (KLU).


"Kouta ini tidak bisa di ubah, ini aturan dari pusat juga kita tidak boleh main-main untuk mengurangi dan menambah kouta disemua jalur pintu masuk Gunung Rinjani. Jadi kalau kuotanya memang 150 ya 150, enggak bisa naik," tegasnya.


Apabila ada keinginan untuk mengkaji ulang daya dukung dan daya tampung kawasan untuk kuota, TNGR menyatakan kesiapannya. Namun, hasil kajian terbaru itulah yang akan menjadi patokan, terlepas dari apakah hasilnya lebih rendah atau lebih tinggi dari kuota saat ini.


Pada kesempatan itu, Tesa juga menanggapi fenomena penjualan paket wisata dengan sistem sharing yang kerap menimbulkan masalah, seperti pendaki yang terpisah dari rombongan atau terlambat tiba di pos.


Ia menjelaskan bahwa hal tersebut di luar kendali mereka, karena bisa jadi pendaki tersebut adalah tamu mandiri yang hanya janjian naik ke Rinjani sewaktu bertemu di Gili atau dijalan.


"Itu sudah di luar kewenagna kami, Pak, itu karena bisa jadi tamu mandiri cuma janjian aja dijalan seperti itu," jelasnya.


Tesa pun menyarankan agar pemandu yang mengalami kendala tersebut dapat berkomunikasi langsung dengan Tour Operator (TO) mereka.


Pihak TNGR akan terus memastikan bahwa komposisi rombongan pendakian telah sesuai SOP, terutama untuk pendaki mancanegara yang diwajibkan membawa paspor, dan diharuskan menggunkan jasa guide, porter.


"Seharusnya pengunjung dari manapun, harus menggunakan jasa guide, porter jika hendak ke Rinjani. Apa lagi WNA diharuskan, agar tidak terjadi insiden di Rinjani," pungkas Tesa.


Langkah-langkah evaluasi dan penyegaran ini diharapkan dapat menciptakan pengalaman pendakian yang lebih aman, nyaman, dan terorganisir di salah satu gunung berapi terindah di Indonesia ini.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Taman Nasional Gunung Rinjani Siap Revisi Aturan Pendakian Demi Keamanan dan Kenyamanan Pengunjung

Trending Now