![]() |
Narasumber : Shofiyah El Hadi |
MANDALIKAPOST.com- Shofiyah El Hadi, anak berusia enam tahun asal Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, telah lama berjuang melawan penyakit epilepsi yang dideritanya sejak dua tahun terakhir. Meski penyakit tersebut sudah dialami cukup lama, baru pada tahun 2023 lalu Shofiyah benar-benar menjalani pemeriksaan menyeluruh. Sejak saat itu, ia rutin menjalani rawat jalan dan kontrol di Rumah Sakit Risa Sentra Medika, Kota Mataram.
Sang ibu, Tuti Alawiyah, saat di temui di rumah sakit menceritakan perjuangan yang dijalani putrinya. Menurutnya, saat ini Shofiyah harus rutin datang kontrol setiap bulan dan mengonsumsi obat secara teratur.
Awalnya, pemeriksaan dilakukan di fasilitas kesehatan di Lombok Utara. Namun, demi memastikan pengobatan yang lebih komprehensif, dokter merujuk Shofiyah ke rumah sakit rujukan di Kota Mataram.
“Sebenarnya kontrol rutin bisa di Lombok Utara, tetapi ketika perpanjangan rujukan karena Shofiyah sempat batuk pilek, kami diarahkan dari Puskesmas Tanjung untuk kembali melanjutkan perawatan di rumah sakit. Alhamdulillah, semua berjalan lancar tanpa kendala,” ungkap Tuti, Kamis (11/09).
Lebih lanjut, Tuti menyampaikan bahwa dirinya tidak pernah menemui kesulitan selama menggunakan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Seluruh biaya kesehatan Shofiyah ditanggung melalui kepesertaan JKN kelas dua, yang menjadi tanggungan tempat kerjanya sebagai dosen di STTP Hamzah.
“Petugas di Puskesmas maupun rumah sakit selalu membantu dan memberikan edukasi. Jadi meskipun kondisi anak saya membutuhkan pengobatan jangka panjang, kami merasa tenang karena semua biaya sudah ditanggung JKN. Dari administrasi, pelayanan, sampai obat-obatan, semuanya alhamdulilah lancar,” tambah tuti.
Selain rutin berobat untuk epilepsi, Tuti juga mengingat pengalaman putrinya yang harus menjalani operasi pada awal tahun lalu. Shofiyah mengalami kondisi lidah yang menempel ke bawah, sehingga sempat kesulitan makan dan menelan. Ia dirawat inap selama lima hari di Rumah Sakit Risa Sentra Medika untuk menjalani operasi tersebut.
“Syukurnya operasi berjalan dengan lancar. Setelah operasi, kondisi anak saya jauh lebih baik. Sekarang sudah bisa makan, menelan, dan berbicara dengan normal. Semua biaya rawat inap, tindakan operasi, hingga obat-obatan ditanggung penuh oleh Program JKN. Mungkin ini juga bisa jadi bukti kalau Program JKN penting untuk masyarakat. Saya pribadi benar-benar sangat terbantu,” jelas Tuti.
Sebagai seorang ibu, Tuti merasa keberadaan Program JKN sangat membantu keluarganya. Ia tak lagi cemas memikirkan biaya besar yang mungkin timbul ketika anaknya harus mendapatkan perawatan medis. Menurutnya, dengan adanya JKN, ia bisa lebih fokus untuk mendampingi dan memberikan semangat kepada Shofiyah agar rajin menjalani pengobatan.
“Kalau harus membayar sendiri, mungkin akan sangat berat bagi saya. Apalagi epilepsi ini pengobatannya harus terus berlanjut dan tidak bisa terhenti. Dengan adanya JKN, beban finansial keluarga pasti akan jauh lebih ringan. Saya hanya perlu fokus menjaga anak agar tetap sehat dan semangat menjalani terapi,” terangnya.
Di akhir perbincangan, Tuti mengajak masyarakat agar menjaga kepesertaan JKN tetap aktif dengan selalu tertib membayar iuran. Menurutnya, gotong royong menjadi kunci agar semua peserta bisa merasakan manfaat yang sama.
“Kalau kita sehat, iuran yang dibayarkan justru menjadi amal untuk membantu orang lain yang sedang sakit. Sebaliknya, ketika kita sakit, ada orang lain yang menolong kita melalui iuran mereka. Itulah baiknya dari sistem gotong royong dalam Program JKN,” tutup tuti