![]() |
| Lurah Ijo Balit (dua dari kanan) bersama jajarannya foto bersama perwakilan delapan warganya yang mengundurkan diri penerima manfaat PKH, (Foto: Rosyidin/MP). |
MANDALIKAPOST.com — Di tengah situasi ketika sebagian masyarakat berlomba-lomba berharap masuk sebagai penerima bantuan sosial, delapan warga Kelurahan Ijobalit, Kecamatan Labuan Haji, justru menunjukkan sikap sebaliknya.
Mereka menandatangani surat graduasi mandiri dari Program Keluarga Harapan (PKH) pada Senin, 1 Desember 2025. Keputusan ini lahir bukan dari tekanan, melainkan dari kesadaran diri bahwa mereka sudah cukup secara ekonomi.
Langkah delapan warga tersebut sontak menjadi perbincangan hangat. Tidak banyak masyarakat yang berani melepaskan hak bantuan apalagi di tengah tekanan ekonomi yang masih dirasakan di banyak tempat. Namun, bagi mereka, keberkahan harus dibagi, bukan ditimbun.
Lurah Ijobalit, Hasibullah, menyampaikan apresiasi mendalam terhadap pilihan warganya itu.
“Apa yang dilakukan delapan warga kami murni kesadaran diri. Alhamdulillah, mereka merasa sudah mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari tanpa bergantung pada PKH,” ujar Hasibullah, saat ditemui di kantornya, Rabu (3/12).
Ia menilai keputusan itu sebagai tanda perubahan positif. Menurutnya, peningkatan ekonomi dan kemandirian keluarga penerima manfaat menunjukkan bahwa program bantuan selama ini berjalan dengan baik.
“Dengan adanya kesadaran warga untuk mundur dari PKH, berarti ada peningkatan ekonomi. Mereka merasa lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya,” tambahnya.
Salah satu warga yang memilih mengundurkan diri adalah Asmiati, ibu rumah tangga dari Lingkungan Ijobalit Daya. Sejak tahun 2016, ia telah menerima keuntungan dari program tersebut. Namun tahun ini, ia merasa sudah saatnya memberi kesempatan kepada keluarga lain yang lebih membutuhkan.
“Saya merasa sudah cukup dari segi ekonomi. Banyak keluarga lain yang lebih pantas dan membutuhkan bantuan ini dibandingkan dengan keluarga saya,” tuturnya dengan suara mantap.
Keputusan Asmiati bukan hanya bentuk kemandirian, tetapi juga pesan moral bahwa bantuan sosial harus tepat sasaran, bukan menjadi ketergantungan jangka panjang.
Keberhasilan proses graduasi mandiri ini juga tak lepas dari peran pendamping PKH yang terus mendorong anggota agar meningkatkan kemandirian dan pengelolaan ekonomi keluarga.
Kasi Kesra Kelurahan Ijobalit, Ziat Wijaya, menegaskan bahwa PKH memang diperuntukkan bagi kelompok miskin ekstrem dan keluarga yang benar-benar tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok.
“Bantuan sosial PKH seharusnya untuk keluarga miskin ekstrem. Semoga ini menjadi inspirasi kalau memang sudah merasa tidak perlu, lebih baik mengundurkan diri,” ujarnya.
Ia berharap kebijakan graduasi mandiri ini membuka ruang bagi masyarakat lain yang belum pernah tersentuh bantuan.
Langkah delapan warga Ijobalit menjadi gambaran kecil bahwa nilai-nilai kejujuran masih tumbuh kuat di tengah masyarakat.
Tindakan mereka memberikan contoh bahwa bantuan pemerintah bukan untuk dipertahankan selamanya, tetapi untuk menjadi pijakan menuju kemandirian.
Dengan semakin banyak warga yang berani jujur dan mawas diri, penyaluran bantuan sosial diharapkan lebih tepat sasaran, lebih adil, dan lebih memberi dampak bagi mereka yang benar-benar membutuhkan.

