![]() |
| Pose: Anggota Unit Mahasiswa UMKM Adat UIN, (Foto: Istimewa/MP). |
Acara yang berlangsung khidmat ini dihadiri oleh mahasiswa dari tiga suku besar di NTB—Sasak, Samawa, dan Mbojo (Sasambo)—yang bersatu dalam wadah UKM Adat.
Momentum ini menjadi alarm bagi civitas akademika akan pentingnya mempertahankan akar budaya di tengah gempuran modernisasi.
Pembina UKM Adat UIN Mataram, Rizqi Adiarta, M.Sos, dalam sambutannya mengungkapkan kekhawatiran mendalam atas fenomena "buta budaya" di kalangan pemuda. Ia menegaskan bahwa abainya generasi muda terhadap tradisi bisa berujung pada hilangnya warisan leluhur.
"Mirisnya, kondisi generasi muda sekarang sudah mulai banyak yang tidak peduli dengan tradisi adat dan budayanya. Jikalau terus dibiarkan begini, maka lambat laun warisan leluhur akan punah dan tidak akan dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya," ujar Rizqi.
Beliau menekankan bahwa adat bukan sekadar seremonial, melainkan prinsip hidup yang melekat sejak lahir hingga akhir hayat.
"Adat budaya adalah jati diri kita. UKM Adat harus menjadi langkah awal untuk kembali mengingat asal kita; lahir beradat, hidup dengan adat, mati pun beradat," tambahnya menekankan pentingnya menjaga identitas bangsa.
Senada dengan hal tersebut, Presiden Mahasiswa UIN Mataram, Abed Aljabiri Adenan, melihat UKM Adat sebagai instrumen penting dalam merajut keberagaman di kampus.
Menurutnya, pemahaman budaya lokal adalah kunci terciptanya toleransi antar mahasiswa yang berasal dari berbagai latar belakang daerah.
"Melalui UKM Adat ini, semoga kerukunan antar sesama mahasiswa, khususnya yang menempuh pendidikan di UIN Mataram, dapat berjalan harmonis dan penuh toleransi. Kami berharap organisasi ini menjadi contoh bagi organisasi lain dalam upaya pelestarian budaya," kata Abed.
Ketua Umum UKM Adat UIN Mataram, Deri Herjian Cusuri, optimis bahwa organisasi yang dipimpinnya akan menjadi simbol kebanggaan baru bagi universitas. UKM Adat dirancang untuk memberikan stimulus nyata bagi seluruh civitas akademika agar lebih mencintai budaya daerah.
"UKM Adat UIN Mataram ini akan menjadi sebuah icon baru bagi UIN Mataram nantinya. Kami berkomitmen memberikan dampak langsung melalui berbagai program nyata," jelas Deri.
Sejauh ini, UKM Adat telah aktif menggelar berbagai program edukatif dan kreatif, mulai dari festival budaya, pelatihan tarian adat, workshop bahasa daerah, hingga tur budaya ke berbagai situs bersejarah di NTB.
Pelaksanaan Sangkep Beleq tahun ini juga dimeriahkan dengan berbagai atraksi seni yang memukau, seperti pertunjukan tarian adat, lantunan musik tradisional, hingga pembacaan syair tembang yang sarat makna.
Tidak hanya itu, sesi diskusi dan berbagi (sharing) antar suku menjadi agenda yang paling diminati, di mana mahasiswa saling bertukar pengetahuan tentang keunikan adat daerah masing-masing.
Melalui Sangkep Beleq ini, UKM Adat UIN Mataram berharap semangat melestarikan budaya tidak hanya berhenti di meja diskusi, tetapi mewujud dalam tindakan nyata setiap mahasiswa untuk menjaga kekayaan tradisi NTB agar tetap abadi ditelan zaman.

